Bagian 27

2.5K 133 0
                                    

Seminggu kemudian

Aira telah diperbolehkan pulang, setelah seminggu lamanya dia harus menjalani perawatan di rumah sakit. Hafiz membawa Aira ke gendongannya, memasuki rumah.

Aira memaafkannya? Tentu saja. Tapi untuk mempercayai semua perkataan yang Hafiz lontarkan seminggu yang lalu Aira belum bisa. Rasanya sangat sulit untuk mempercayai suaminya.

Hafiz menidurkan Aira di ranjangnya. Dia menatap lama wajah Aira. "Aku-"

Ucapan Hafiz terpotong karena ponselnya yang berdering. Dirogohnya saku celananya.

"Assalamualaikum, Ali."

"Waalaikumsalam. Hafiz kau di mana?"

"Aku di rumah. Hari ini Aira pulang dari rumah sakit. Ada apa?"

"Ada apa? Kau bertanya ada apa? Apa kau lupa jika hari ini ada rapat?" Gerutu Ali di seberang sana.

Ya Allah, kenapa dia bisa lupa jika hari ini akan ada rapat? Dalam hati Hafiz beristighfar.

"Maaf, aku lupa. Tapi apa rapat ini tidak bisa diundur? Besok mungkin?"

"Maaf Hafiz, sepertinya tidak bisa. Besok beberapa staf yang akan mengikuti rapat harus ke Osaka, meninjau restoran di sana."

Dia menatap Aira. "Baiklah aku akan ke sana. Tapi bisakah kau menghubungi istrimu, untuk menemani Aira selama aku pergi?"

"Ya, aku akan menghubunginya. Kalau begitu aku tutup dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Pandangan Hafiz beralih ke istrinya. "Aku harus ke restoran. Ada rapat yang mengharuskanku kesana. Ali sudah meminta Sarah kemari, sebentar lagi mungkin dia akan sampai."

Aira mengangguk, kemudian mengambil tangan kanan Hafiz dan menciumnya. Hafiz mengecup kening Aira cukup lama. Aira sedikit terhenyak dengan perlakuan Hafiz yang menciumnya, tidak biasanya Hafiz seperti ini.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati."

Hafiz mengangguk, lalu beranjak pergi. Aira menatap punggung Hafiz yang hilang di ambang pintu.

Dia menghela napas pelan. Kejadian kemarin tak pernah bisa untuk dia lupakan.
Selama ini dia menganggap bahwa rumah tangganya baik-baik saja. Dia mencintai Hafiz begitu pula sebaliknya. Tapi semua itu ternyata salah. Hafiz tak mencintainya, suaminya mencintai orang lain.

"Assalamualaikum, Aira." Suara itu menghentikan lamunannya. Ditolehkan kepalanya ke sumber suara. Di sana, di ambang pintu, ada Sarah yang berdiri sembari menggandeng tangan mungil Nazeera.

"Waalaikumsalam." Nazeera berjalan menghampirinya. Gadis mungil itu tampak menggapai ranjang Aira mencoba menaikinya.

Berkali-kali Nazeera mencoba naik, namun terus gagal. Sontak hal tersebut mengundang tawa Aira dan Sarah. Gadis itu menatap Sarah seraya mencebikkan mulutnya, matanya tampak berkaca-kaca, mungkin karena dia sudah jatuh berkali-kali.

Hampir saja air mata Nazeera jatuh jika Sarah tidak segera menaikkannya ke ranjang Aira.

"Bagaimana keadaanmu, Aira?" Tanya Sarah setelah mendudukkan Nazeera di sebelah Aira.

Aira mengulas senyum, "Alhandulillah, lebih baik."

Setelahnya keduanya berbincang-bincang seperti biasanya. Sebisa mungkin Sarah tidak  bertanya mengenai masalah yang menimpa rumah tangga Aira. Bukan apa-apa, dia tidak mau ikut campur urusan rumah tangga orang lain, meskipun itu sahabatnya sendiri. Biarlah mereka menyelesaikan sendiri masalahnya, mereka sudah cukup dewasa untuk semua ini. Dan lagi, dia tidak mau senyum dan tawa Aira hari ini, terganti dengan air mata.

Tok tok tok!

Ketukan pintu menginterupsi perbincangan keduanya.

"Biar aku saja yang membuka pintu Aira, kau tunggu saja di sini." Aira mengangguk, mengiyakan.

"Ty..ty..ty," Nazeera menarik-narik ujung baju  Aira.

"Ada apa hm?"

"Mau num (minum)." Aira mengambil gelas yang berisi air putih yang sengaja Hafiz letakkan di meja samping tempat tidurnya.

"Aira, ada yang ingin bertemu denganmu," Ucap Sarah yang berdiri di ambang pintu.

"Siapa?"

Sarah mempersilahkan masuk orang tersebut. Dan betapa terkejutnya Aira ketika melihat siapa tamu tersebut.

~~~~~~~~~~~SCDNS~~~~~~~~~~~

Sorry for typo

'Sa

Sajadah Cinta Di Negeri Sakura |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang