Bagian 26

2.2K 139 6
                                    

"Ceraikan aku!"

Deg.
Tubuhnya seperti dihantam beton besar. Hafiz menatap Aira tak percaya.

Istrinya mengucapkan kalimat yang penuh makna. Meminta cerai padanya. Sebuah tanda berakhirnya hubungan antara suami dan istri. Dan itu berarti, dia meminta berpisah.

"Apa yang kau katakan, Aira? Jangan bercanda!" Dia menggendong tubuh mungil Aira. Hafiz mendudukkan Aira di pinggir ranjang rumah sakit.

Awalnya Aira menolak untuk dibopong Hafiz. Dia memukuli bahu Hafiz, namun usahanya sia-sia, tenaga Hafiz lebih besar dari tenaganya. Hingga mau tak mau dia dibopong Hafiz.

"Aku tidak bercanda Hafiz, aku meminta cerai padamu,"

"Apa kau sadar dengan apa yang telah kau katakan Aira? Kau memintaku menceraikanmu?"

Aira mengangguk mantab, "Kenapa? Aku tidak salahkan? Bukankah hukum asli cerai itu makruh? Yang artinya, bila dikerjakan tidak mendapat dosa tapi jika tidak dikerjakan mendapat dosa."

Aku mengusap wajahku gusar, "Tapi perceraian itu adalah hal yang dibenci Allah, Aira. Allah mengharamkan perceraian tanpa alasan yang jelas. Dan sampai kapanpun, aku tidak akan menceraikanmu, Aira."

"Kenapa? Kenapa kau tak mau menceraikanku, Hafiz? Bukankah jika kau bercerai denganku, kau bisa menikah dengan perempuan yang kau cintai itu? Apalagi saat ini keadaanku yang lumpuh. Aku tidak sempurna, wanita itu lebih sempurna dibanding denganku."

Hafiz menghembuskan napas panjang. Berulang kali dia beristighfar, berharap dia tidak berbicara kasar pada istrinya.

"Berapa kali ku katakan, Aira. Aku tidak mencintainya. Dan aku, minta maaf padamu."

Bulir hangat itu kembali mengalir ke pipi putih Aira. "Kau tahu Hafiz, selama ini aku berpikir bahwa kau mencintaiku, dari semua perlakuan manismu padaku. Tapi nyatanya itu semua hanya mimpi untukku. Mimpi yang tak pernah terwujud. Karena apa?" Aira menatap Hafiz, "Karena kau menikahiku hanya demi memenuhi permintaan ayahku. Dan kau juga mencintai wanita lain sebelum kau menikahiku."

Dengan air mata yang berderai, Aira menatap ke arah Hafiz. "Untuk itu, aku mohon ceraikan aku. Lepaskan aku dari semua sakit ini."

Air mata Hafiz menetes. Sungguh dia merasa berdosa karena telah membuat istrinya menangis. Dia telah menyakiti hatinya.

Hafiz melangkah nendekati Aira. Dia mengambil posisi berlutut di depan Aira.

"Aira, aku minta maaf padamu jika telah menyakitimu. Tapi aku mohon, jangan memintaku untuk menceraikanmu."

"Kenapa? Kenapa kau tak mau menceraikanku?! Apa kau mau menyiksaku lagi Hafiz?"

Hafiz menggeleng. "Tidak Aira. Tidak begitu. Demi Allah aku tidak berniat untuk menyiksamu."

"Lalu apa? Kenapa kau tak mau menceraikanku?" Cecar Aira.

Hafiz memejamkan matanya sejenak. "Aku akui, aku memang pernah mencintainya sebelum kita menikah." Aira menatap Hafiz. "Tapi saat aku menjabat tangan Paman Ismail, berjanji untuk selalu menjagamu dan tidak menyakitimu di hadapan Allah, malaikat, dan semua orang, semua rasa itu hilang entah kemana, Aira. Dan saat kau mencium tanganku, aku benar-benar merasakan jatuh cinta padamu. Jatuh cinta pada perempuan yang memang seharusnya ku cintai."

Aira menatap dalam mata Hafiz, mencari apakah ada kebohongan di sana. Namun nihil, dia sama sekali tak menemukannya. Hanya ada ketulusan dan kejujuran yang terpancar dari matanya. Mata itu sedikit membuat hatinya goyah.

Oh Allah, apa yang harus Aira lakukan? Apa Aira harus mempercayai ucapan Hafiz? Atau dia tetap bersikukuh untuk berpisah dengan suaminya?

Ingin sekali dia mempercayai semua ucapan Hafiz. Tapi dia takut, takut jika dia akan merasa sakit lagi.

~~~~~~~~~~~SCDNS~~~~~~~~~~~

Sorry for typo

Sekitar satu atau dua part lagi insyaallah SCDNS akan ending. Makasih buat yang udah mau luangin waktu buat baca karya pertama aku. 🙏😊

'Sa

Sajadah Cinta Di Negeri Sakura |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang