Bagian 6

2.4K 166 0
                                    

Seperti yang aku duga sebelumnya, setelah Ospek aku jadi pusat perhatian. Bukan karena aku yang melihat sosok menyeramkan saat Ospek kemarin. Tapi karena Zen yang begitu mencemaskanku dan memelukku seenaknya, apalagi karena dia juga memintaku menginap diruangannya bersamanya. Entah apa yang mereka semua pikirkan tentangku, padahal aku tidak melakukan apapun dengan Zen. Bahkan Ana dan Dita pun menatapku penuh kecurigaan tanpa sedikitpun bertanya apa yang terjadi sebenarnya. Dan mungkin, karena Zen aku kehilangan dua teman baruku.

Seperti sekarang ini, banyak orang yang memperhatikanku sejak aku memasuki kantin. Banyak diantara mereka yang berbisik membicarakanku.
“Jadi dia yang kemarin mengarang cerita menyeramkan untuk menarik perhatian Prince Zen dan membuatnya menginap diruangan prince?”
Apa maksud ucapan mereka coba. Kenapa mereka yang sama sekali tidak tahu duduk ceritanya, seenaknya saja membuat cerita sendiri dan menyebar fitnah seperti itu. Dan parahnya lagi, kenapa mereka malah menuduhku mengarang cerita seram hanya untuk menarik perhatian Zen. Mereka pikir aku ini seseorang yang suka mengarang cerita hanya untuk menarik perhatian cowok seperti Zen.

Aaarrggghhhhhhhh!!

Kupotong-potong dengan kasar siomay dipiringku sampai menimbulkan suara yang cukup membuat seisi kantin menoleh kearahku. Ini gara-gara Zen sialan. Seandainya saja kemarin dia tidak memaksaku menginap diruangannya, semua ini tidak akan terjadi. Gara-gara ulahnya itu aku jadi bahan gunjingan satu kampus. Gara-gara dia aku bad mood seharian. Gara-gara dia aku mempermalukan diriku sendiri ditengah kantin yang cukup ramai ini. Awas saja kalau ketemu, tidak akan aku ampuni dia. Pokoknya aku tidak akan puas sebelum aku isengi dia habis-habisan.

“Ternyata kamu disini.”

Aku mendongakan kepalaku. Vito ada dihadapanku, dan dengan cepat dia sudah  duduk di kursi seberang mejaku.

“Kasihan siomaynya diacak-acak sampai begitu, tidak dimakan pula.” Vito melirik siomayku yang sama sekali tidak terlihat seperti siomay pada umumnya, acak-acakan tidak termakan.

“Tidak lapar.” Jawabku jutek

“Kalau tidak lapar kenapa malah dibeli, jadi mubazir kan.”

“Vito tidak usah sewot deh, bikin kesal saja.”

Mata Vito melebar mendengar ucapan ketusku. Dia sempat kaget dengan keketusanku namun kemudian dia tersenyum.

“Masih kesal dengan mereka semua?” tebak Vito “Sudahlah Vi, toh kamu kan tidak melakukan yang mereka tuduhkan.”

“Tapi tetap saja cerita mereka membuatku kesal.” gerutuku.

Aku menusuk kuat-kuat siomay dipiringku dengan menggunakan garpu sampai terdengar bunyi “Ting.” Vito hanya tersenyum kecil melihat tingkah BT ku. Kuangkat siomay yang menancap digarpu. Namun baru setengah jalan sebelum masuk kedalam mulutku, seseorang meraih tanganku dan mengarahkan siomay itu kemulutnya.

Aku menengadah. Kebetulan sekali, pelaku utama penyebab aku kesal seharian ada disini. Pelaku utama yang menyebabkan semua cerita ini terbentuk. Dialah Zen. Yang paling membuatku heran adalah Zen sama sekali tidak marah bahkan menyangkal semua tuduhan itu.

Dan sekarang tanpa permisi dia duduk tepat disampingku. Dia juga yang seenaknya memakkan siomay dari sendokku.

“Tidak biasanya siomay disini seenak ini.” Sekali lagi Zen memakan siomayku, menggerakan tanganku untuk menyuapinya. Saat itu ingin sekali kumasukkan lebih dalam garpunya kedalam mulutnya. Tapi mengingat ada Vito disitu, aku urungkan niat jahilku itu.

“Wah,Via benar-benar kuliah disini.” Arian langsung duduk disamping Vito tanpa permisi. Namun dia tiba-tiba terdiam, menatapku dan Vito bergantian “Kalian kembar yah?” tanya Arian polos

RewriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang