Bagian 28

1.9K 160 8
                                    

Seperti janjinya kemarin, siang ini Zen kembali mengirimi Via makan siang dengan menu ayam kodok. Ketiga teman Via bersorak senang karena lagi-lagi mendapatkan makan siang gratis yang dijamin enak. Apalagi selain makanan, ada empat lemon tea dingin. Dan keempat perempuan itu langsung bersemangat menuju rooftop.

Ternyata keadaan rooftop jauh berbeda dari kemarin, di sana terlihat lebih ramai. Seluruh meja bundar berpayung ternyata sudah penuh, dan hanya ada beberapa meja di samping pagar kaca yang kosong.

"Yah, rejeki kita deh kepanasan." Dena mengedikkan dagunya ke arah meja kosong di tepi pagar.

"Nggak masalah. Anggap saja kita sedang berjemur di pantai sambil makan siang." Via menjawab diplomatis. Dia memilih meja yang terletak pada sisi yang tertutup bayangan gedung dan disusul oleh yang lain.

Kemudian Sasmi membuka seluruh kotak makanan yang terdiri dari satu kotak besar berisi ayam kodok beserta sayuran dan empat kotak nasi putih. Sasmi juga tidak lupa mengeluarkan empat gelas lemon tea dingin.

"Wah, kalau begini terus kita bakalan nambah berat badan nih," ucap Novi antara protes dan bersyukur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, kalau begini terus kita bakalan nambah berat badan nih," ucap Novi antara protes dan bersyukur.

"Udah sih di syukuri saja. Kalau begini terus tiap hari, uang untuk ke salon kan makin longgar," ujar Dena senang.

"Vi, kamu beneran nggak punya hubungan istimewa dengan Zen? Interaksi kalian kemarin itu sudah seperti sepasang kekasih loh, yang cium-cium di tempat umum," tanya Sasmi penasaran. 

Hanya orang buta yang tidak bisa melihat kemesraan antara Via dan Zen kemarin. Dan bagaimana Zen yang biasanya sedingin kutub dengan tatapan tajamnya, mampu memandang Via dengan begitu hangatnya.

Via mengangguk mantap, "harus berapa kali aku jawab? Kami nggak memiliki hubungan seistimewa itu. Lagian aku sadar diri kalau aku nggak bisa menggapai dia. Dia itu terlalu tinggi buatku. Seperti kata kalian."

Via menyesap minumannya sebelum menambahkan, "aku hanya merasa nyaman saat dia berada di dekatku. Itu saja." Dan aku juga penasaran mengenai masa lalu kami yang sebenarnya.

"Semua berawal dari kata nyaman kalau lo belum tahu," Dena mencebik, "memangnya sebelum kalian terpisah selama tiga tahun, hubungan seperti apa yang kalian jalani?"

Via menggeleng pelan, "aku nggak ingat."

"Hah?" Dena, Novi dan Sasmi mendesah serempak.

"Aku nggak mengingatnya, sungguh. Tapi berhubung dia sahabat kakakku, aku pikir setidaknya kami saling mengenal sekedarnya." 

Via menghela nafas, "tapi yang aneh, aku merasa kalau aku sangat mengenalnya. Tapi aku nggak mengingat apapun tentangnya."

"Belibet amat sih omonganmu, Vi." Novi mencibir.

"Kamu pernah kecelakaan sebelumnya dan kehilangan ingatanmu sebagian, mungkin?" tebak Sasmi. 

Melihat Via dan Zen yang yang berpandangan saja sudah membuat semua orang iri. Seolah ada hal magis dalam tatapan keduanya. Apalagi melihat Zen yang biasanya sekaku kanebo kering bisa tersenyum dan tertawa saat bersama Via. Sasmi sangat yakin kalau keduanya memang memiliki hubungan istimewa sebelumnya.

RewriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang