“Arrrgggggghhhh!!!!!!! Sial!” Makiku dalam hati.
Gara-gara ulah Zen yang seenaknya bilang “Aku mencintaimu” dengan sangat sweet kemarin, sekarang aku sama sekali tidak bisa konsentrasi melakukan apapun. Apalagi setelah dia menghilang dari kamarku, Bunda memberondongku dengan banyak pertanyaan. Dan bodohnya lagi kemarin aku bisa berdebar-debar dengan hebatnya. Sepertinya aku memang harus memeriksakan kondisi jantungku nanti.
“Arrrgggghhhh!!!!” Aku mengeram lagi. Kulangkahkan kakiku dengan cepat menuju kelasku. Gara-gara memikirkan kejadian kemarin, sampai membuatku tidak bisa tidur semalam dan membuatku bangun kesiangan. Vito yang biasanya membangunkanku entah mengapa dia tidak melakukannya pagi ini.
“Via….”
Aku menghentikan langkahku kemudian menoleh, dan aku terkejut saat tahu siapa yang memanggil namaku. Ken, dengan penampilan barunya. Tanpa kacamata bututnya.
“Aku terlihat aneh yah?”
“...” Aku bengong, tidak percaya kalau Ken bisa sekeren itu tanpa kacamata bututnya. Dengan rambut acaknya dan kaos putih berkerah V yang menempel pas ditubuhnya dibalik kemeja kotak-kotaknya.
“Via...” Panggil Ken pelan. Aku terkejut saat tangannya menyentuh wajahku.
“Sepertinya aku memang terlihat aneh.” Ken menggumam.
Aku melepaskan tangan Ken yang menyentuh wajahku, lalu tersenyum. “Aku kira tadi siapa, kamu kelihatan berbeda.”
Wajah Ken tersipu “Benarkah begitu?”
Aku mengangguk mantap. “Kamu tambah keren.” Ucapku sambil memukul lengannya pelan.
“Syukurlah.” Ken menghela nafas, lega. “Kukira aku tidak cocok dengan penampilanku ini.”
“Sepertinya sekarang Zen dapat saingan nih.” Godaku. Ken terlihat terkejut dengan ucapanku.
“Aku tidak akan bisa menyainginya Vi.”
“Aku akan jadi pendukung pertamamu.” Ucapku sungguh-sungguh. Ken hanya tersenyum samar.
“Kamu tidak ada kelas?”
Aku nyengir “Aku kesiangan.”
Ken tersenyum samar “Habis memikirkan sesuatu yang penting semalam?”
“Apa didahiku tertulis kalau aku sedang memikirkan sesuatu yang penting?” Tanyaku polos.
Ken terdiam sebentar lalu entah apa yang lucu, dia tiba-tiba tertawa.
“Aku sering berfikir, mungkin hidupku akan lebih berwarna jika ada kamu bersamaku.” Ucap Ken disela tawanya.
“Eeeh??” Apa maksud ucapan Ken itu.
“Jadi, kamu berencana tetap ikut kuliah atau akan membolos?”
“Eng….” Aku berfikir sejenak “Mungkin aku akan mengikuti alternative yang kedua itu.”
“Bolos?” Tebak Ken dan aku mengangguk.
“Jangan pernah beritahu Vito soal ini yah?” Bisikku pada Ken, kemudian kami tertawa.
Kami melangkah menuju kantin. Ken bilang dia akan mentraktirku untuk merayakan perubahan penampilannya itu. Ketika sampai dikantin, kami memilih duduk disudut kantin.
Aku sempat kaget ketika Ken menanyakan kejadian kemarin. Dimana Princess Charming menyerangku didepan umum dan Zen menjadi pangeran yang menolongku. Aku tidak menyangka kalau kabar itu dapat secepat itu menyebar, padahal kupikir saat itu tidak begitu banyak orang yang menyaksikan kejadian itu. Tapi mungkin aku lupa tentang satu hal, semua itu menyangkut soal Zen dan fansnya, Princess Charming.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite
RomanceBagi Via, Zen adalah penggangu, tapi bagi Zen, Via ibarat mentari yang bersinar dengan hangat. Bagi Via, Zen adalah lelaki menyebalkan, tapi bagi Zen, Via adalah gadis lucu yang membuat harinya lebih berwarna. Menurut Via, meski hanya tersisa Zen le...