"Ray!"
Via berteriak nyaring saat dirinya melihat adik lelakinya berada di gendongan Rey yang tengah menunggunya di pintu keluar stasiun. Dia sampai berlari dan mengabaikan Zen yang berjalan di belakangnya.
"Ah, Ray. Kakak kangen sekali." Via menguselkan pipinya ke pipi Ray hingga membuat adiknya itu tertawa-tawa.
"Ayo sini ikut kakak." Via mengambil Ray dari gendongan Rey kemudian menciumi lagi seluruh wajah sang adik.
"Sekarang gue tahu maksud isi pesan Vito mengenai Via yang membawa samsak hidup." Rey menatap Zen yang berjalan menghampirinya dengan tas berukuran sedang di tangan kirinya dan plush doll milik Via di tangan kanannya.
"Kamu bisa melakukannya di rumah nanti. Tidak ingin membuat keributan disini, kan?" Zen tersenyum miring kemudian memberikan boneka Via untuk Rey pegang.
"Halo, ini pasti Ray." Zen menyapa anak laki-laki berumur dua setengah tahun yang berada di gendongan Via.
"Kamu tampan sekali, sangat berbeda dengan kakakmu itu." Zen melirik Rey yang langsung mendengkus sinis atas ucapannya.
Tanpa diduga, Ray mengulurkan kedua tangan mungilnya ke arah Zen. Membuat Zen terperangah.
"Mau ikut kakak?" tawar Zen.
Ray menjawab dengan gumaman khas anak balita dan tepukan tangan. Zen langsung memberikan tas milik Via yang sedari tadi dipeganganya pada Rey kemudian mengambil Ray dari gendongan Via.
"Kamu pintar sekali." Zen mengecup pipi Ray, membuat Ray kembali menggumam entah apa, "ayo kita ke mobil, kakak punya sesuatu untukmu."
Zen melangkah dengan menggendong Ray di tangan kanannya, sementara tangan kirinya berada di pinggang Via, membuat Rey ternganga oleh sikap sahabatnya itu. Yang lebih membuat Rey semakin heran adalah saat Zen membisikan sesuatu pada Via dan gadis itu langsung tertawa kemudiam membalas pelukan Zen dengan merangkul pinggang pria itu.
"Apa-apaan mereka itu." Gerutu Rey tidak terima.
Saat dimobil, Rey semakin geram karena Via dan Zen memilih duduk di kursi belakang dengan Ray yang berada di pangkuan Zen. Bocah balita itu sedang memeluk boneka berkarakter Baymax yang diberikan oleh Zen tadi.
"Gue akan mengabaikan kalian yang menjadikan gue sopir sekarang, tapi apa-apaan dengan boneka itu? Lo ngasih adik lelaki gue boneka, Zen? Really?" Rey memelototkan matanya melalui kaca spion tengah kepada Zen yang hanya terkekeh meresponnya.
"Apa yang salah, ini boneka Baymax bukan barbie. Aku akan menerima kemarahamu jika aku memberi Ray boneka barbie."
Zen mengambil boneka Baymax dari tangan Ray lalu menjauhkannya. Ray langsung berteriak dan mengangkat kedua tangannya seolah memprotes apa yang dilakukan Zen.
"Nah kan, dia menyukainya." Zen memberikan lagi boneka itu dan langsung diterima Ray dan digigiti olehnya. Untung saja sebelumnya Zen sudah mencuci boneka itu.
Zen menoleh pada Via saat kekasihnya itu menyandarkan kepalanya di lengan Zen. "Kamu mengantuk, Honey bee?" tanya Zen dan dijawab anggukan oleh Via.
"Tunggu," Rey berseru, "apa barusan gue denger lo manggil adek gue, Honey bee?" Ray menatap Zen dari kaca spion tengah.
Zen mengangguk mantap, "yap. Kami sudah menjadi sepasang kekasih sekarang." Zen menjawab santai.
Namun Rey bereaksi lain. Pria itu langsung menginjak rem secara mendadak membuat Via terlempar ke depan dengan wajah menghantam kursi mobil di depannya, sementara Zen bergerak cepat untuk menahan tubuhnya dengan satu tangannya di belakang kursi yang Rey duduki mengingat Ray berada di pangkuannya. Klakson mobil saling bersahutan di belakang mobil Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite
Любовные романыBagi Via, Zen adalah penggangu, tapi bagi Zen, Via ibarat mentari yang bersinar dengan hangat. Bagi Via, Zen adalah lelaki menyebalkan, tapi bagi Zen, Via adalah gadis lucu yang membuat harinya lebih berwarna. Menurut Via, meski hanya tersisa Zen le...