Bagian 36

805 82 29
                                    

Bisik-bisik terdengar lirih di penjuru divisi operasional. Bahkan bisik-bisik itu sudah terdengar semenjak Via menginjakkan kakinya di loby gedung Dreamland Property karena dia berangkat bersama Zen. Apalagi dengan santainya Zen melingkarkan tangannya di pinggang Via semenjak turun dari mobil yang mereka tumpangi.

"Sepertinya aku perlu bicara dengan bagian HRD agar memindahkan posisimu menjadi asistenku, agar kamu bisa selalu bersamaku." Zen menatap Via dengan tatapan penuh kasih.

Zen tengah mengantarkan Via ke ruangan gadis itu, bahkan sampai sang kekasih duduk di kursinya.

Via yang mendudukan dirinya langsung mendongak dan tersenyum lebar. "Ide bagus. Aku setuju kalau begitu."

Zen mengangguk, "oke. Aku akan menyuruh asistenku untuk mengurus hal itu."

Dahi Via mengerut dalam. "Itu kamu sudah punya asisten."

"Untuk pekerjaanku. Belum untuk hal di luar pekerjaan."

"Seperti apa misalnya?" Via menatap Zen penasaran.

Zen menunduk hingga mencapai telinga Via. Mengabaikan seisi divisi operasional yang terkesiap.

"Memeluk dan menciumku, misalnya."

Via langsung melayangkan pukulan pelan di dada Zen dengan wajah yang merah padam karena malu.

"Zen ihhhh."

Zen terkekeh kemudian menyematkan sebuah kecupan di dahi Via. "Aku harus pergi, kita akan bertemu saat makan siang."

Via mengangguk, "okey."

"Jangan rindu."

Via mencebikkan bibirnya. "Coba deh ngomongnya sambil ngaca."

Ucapan Via membuat tawa Zen pecah. Hingga terdengar suara benda jatuh di beberapa tempat.

Via cemberut mendengar tawa Zen yang seolah menghinanya. "Udah sana pergi." Via mendorong pelan Zen agar pergi.

Zen mengangguk, masih dengan sisa tawa manis di bibirnya. "I will miss you."

Zen mengusap pipi Via dengan lembut kemudian menyematkan sebuah kecupan terakhir di puncak hidung Via sebelum pergi.

"Hati-hati di jalan." Via melambaikan tangannya mengiringi kepergian kekasihnya.

Kemudian Via berbalik ke arah mejanya dengan memegangi kedua pipinya yang terasa memanas. Jika semanis itu, Via akan semakin jatuh cinta pada Zen.

Via mengerang lirih, "astaga aku senang sekali." Via memeriksa dada kirinya yang berdetak begitu kencangnya.

Tadi pagi saat membuka mata, yang pertama kali dilihatnya adalah wajah terlelap Zen yang begitu damai. Dia bahkan bisa merasakan pinggangnya yang sedikit terasa berat karena ada tangan Zen yang melingkar di sana. Bahkan Via tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata bagaimana bahagianya dia saat itu.

Namun semua itu hanya berlangsung sekejap saja karena Ken yang mengganggu dengan membangunkan Zen menggunakan cara kekanakan yaitu berteriak begitu keras tepat di telinga Zen hingga membuat Zen terlonjak kaget.

Via yang melihat itu langsung bangkit kemudian menyerang Ken membabi buta karena sudah menganggu pemandangan di pagi indahnya. Membuat Ken tertawa keras karena Via menyerang pria itu dengan gelitikan dan cubitan di sekujur perut dan pinggang Ken.

Saat sarapan, Zen membuatkan pancake yang begitu lezat di lidahnya. Sementara Ken membuatkan smootie dari campuran buah-buahan, sayuran dan yogurt yang begitu enak.

Pagi tadi adalah pagi terindah yang pernah dilalui Via. Apalagi melihat interaksi Zen dan Ken yang begitu luwes seolah sebelumnya diantara keduanya tidak ada masalah sama sekali.

RewriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang