Chapter B

9K 1.4K 152
                                        

"Dor!"

Ryujin menoleh malas, tangannya masih menepuk-nepuk pundaknya letih, "Ada cara ngagetin baru ga? Udah ga serem lagi, sumpah." Ucap gadis bersurai sebahu itu.

"Hehe ... kenapa sih? Mukanya kusut banget?" Tanya wanita itu sambil berjalan mundur agar dia dapat menatap Ryujin.

"Cape, sana pergi." Titah Ryujin, wanita itu hanya mendengus pelan lalu menghilang dari hadapan Ryujin. "Kenapa sih seneng banget dateng pergi seenaknya gitu." Kesal Ryujin sambil mencari kunci kamarnya di saku jaket.

"Hey!"

Ryujin menghentikan langkahnya, tatapannya tertuju pada sosok pria di depannya, "Lo pasti bisa liat gue? Iya kan?!!" Tanyanya heboh sambil berjalan mendekat.

"Anjrit! Kuncinya ada di jaket apa gue tinggal di sepatu ya?" Gumam Ryujin sambil menunduk pura-pura mencari kunci kamarnya.

"Yah, ga bisa juga?" Gumam pria itu kecewa lalu kembali duduk di depan pintu kamar tetangga baru Ryujin.

Ryujin dengan segera masuk ke dalam kamarnya, dia mengintip dari jendela, pria yang tadi tampak asing baginya. Seingat Ryujin dia belum pernah bertemu dengan sosok itu di sini, apa dia arwah baru buangan dari gang sebelah?

Tapi tidak mungkin, keliatannya dia baru meninggal seminggu yang lalu karena dia masih bisa Ryujin tipu.

Iya, Shin Ryujin adalah seorang anak indigo, gadis itu bisa melihat, mendengar, merasakan, bahkan berkomunisasi dengan mereka yang bukan manusia. Berbeda dengan orang lain yang sengaja ingin dibuka mata batinnya, Ryujin justru tidak terlalu suka kelebihannya. Menurutnya ini sangat menganggu.

"Kok melamun?" Ryujin menoleh dan melihat Siyeon, arwah remaja perempuan yang sudah ada semenjak dia pindah kemari duduk di atas lemarinya, "Kok lo tadi pura pura ga ngeliat?"

"Kayaknya dia salah satu yang ga tenang," jawab Ryujin sambil duduk di tempat tidurnya, menatap Siyeon, "Kenapa dia diem di depan kamar Kak Hyunjin terus?" Tanya Ryujin bingung.

"Ya kenapa lagi kalau bukan punya urusan sama Hyunjin," Siyeon menatap kuku-kukunya, "Kayaknya dia butuh bantuan."

"Engga!" Seru Ryujin cepat, "Ga, gue kapok bantuin yang gitu."

"Ih! Lo tuh punya kelebihan, jangan sampai lo sia-siain kelebihan lo itu."

Ryujin mendengus, "ya .. ya terserah," Ryujin segera bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya setelah seharian beraktivitas.

---;---

Ryujin menyumpal telinganya dengan earphone, karena jika tidak maka semua suara tangisan, erangan, kikikan, atau apapun itu akan menggema di indra pendengaran Ryujin.

"Bang!! Jangan tidur lagi woy! Udah mau nyampe!"

Dari sekian banyak suara yang menganggu, suara pria yang duduk dua bangku didepannya berhasil mengalihkan perhatian Ryujin. Pemuda tadi malam sedang berdiri di samping Hyunjin sambil berteriak tapi terasa percuma karena Hyunjin tidak mungkin mendengarnya.

Hwang Hyunjin. Tetangga baru Ryujin di kosan, katanya sih pindahan dari Korea. Katanya. Ga tau dari Kroya tapi salah denger jadi Korea.

Ryujin berdiri untuk bersiap turun, dia melihat Hyunjin masih betah menutup matanya sambil menyumpal telinganya dengan earphone. Ryujin menghela nafas, saat supir bus berhenti dia sengaja menyenggol tubuh Hyunjin sedikit keras berharap pria itu bangun.

"Hng?" Hyunjin menggeliat lalu membuka matanya.

"Sorry kak tadi busnya ngerem," ujar Ryujin cepat dan gadis itu segera berlari kecil keluar dari bus.

"Kan Bang Hyunjin kebo banget sih!" Gerutu pemuda itu sambil mengikuti Hyunjin turun dari bus.

---;---

"Kenapa, Jin?" Tanya Somi saat melihat Ryujin terus menatap ke arah pintu dan kurang fokus pada pelajaran.

"Kasian Som, bunuh diri," ucap Ryujin pelan. Somi hanya bergidik, ya udah lumayan kebal juga sih sama kelakuan temannya ini.

"Yu ah kantin," ajak Somi sambil menarik tangan Ryujin, "Kyla, Lami caw!" Ajak Somi.

Mereka berempat pergi ke kantin yang untungnya belum terlalu penuh karena memang bel istirahat belum berbunyi. Siang ini Ryujin memilih nasi goreng sebagai makan siangnya.

"Tuh, tuh Kak Hyunjin," bisik Somi heboh.

"Njrit makin blessed aja squad itu!" Saut Kyla. Ryujin menoleh ke arah meja di ujung kantin, ya seperti biasa ada geng Jeno yang kedatangan satu anggota baru, Hyunjin. Dan tidak lupa, tetap ada pemuda yang sama berdiri di belakang Hyunjin seraya menatap Hyunjin sendu.

"Kenapa?" Tanya Lami, "Ganteng kan?"

"Bukan," Ryujin segera mengahlihkan pandangannya saat pemuda dibelakang Hyunjin menoleh ke arahnya. Sebagian wajahnya dipenuhi luka parut seperti habis kecelakaan. Ryujin menunduk.

"Lo bisa liat gue ya?" Tanya pemuda itu yang tiba-tiba ada di depan Ryujin.

"Astaga!" Ryujin memegang dadanya kaget, "Somi lupa balikin buku perpus!"

"Tolong gue, tolong ... tolongin gue Ryujin." Ucap pemuda itu sendu.

"Oh?! Ah ntar aja abis makan," balas Somi. Ryujin mengusap tengkuknya tidak nyaman, masalahnya pemuda ini terus berbisik di telinganya.

"Lo beneran ga bisa liat?" Tanyanya bingung, "Tapi lo tuh ngeliatin gue terus dari tadi!"

Ryujin menyumpal telinganya dengan earphone, "Eh Lam, nih lagi baru Khalid enak," Ryujin menyumpal telinga Lami dengan sebelah earphonenya.

"Yah!! Ciri-ciri anak indigo gimana sih???" Keluh pemuda itu seraya kembali pada Hyunjin.

Ryujin mendengus, apa harus dia membantu pemuda itu? Tapi Ryujin sudah kapok.















"Bantu dia, kasian,"

...

Wadoo hy guys jan luoa vote dong ):

Peek a boo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang