Chapter R

4.2K 939 104
                                    

Sejenak Ryujin dan Hyunjin hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Jeongin sudah tidak duduk di samping ranjang Hyunjin lagi, Ryujin tidak perduli, dia harus menemani Hyunjin yang terlihat kurang baik. Tidak baik malah.

Suara pintu yang dibuka membuat keduanya menoleh, disana terlihat dua orang perawat masuk untuk megantar makan malam. "Makannya dihabiskan ya," kata salah satu dari mereka sebelum kembali keluar ruangan.

"Mau makan?" Tawar Ryujin dengan suara pelan.

"Belum." Suara Hyunjin terdengar sangat rendah.

Ryujin membawa nampan makanan ke meja, "Ya udah, tapi harus makan."

Hyunjin menidurkan dirinya, menarik selimut sampai leher dan merubah posisi tidur membelakangi Ryujin. Samar-samar Ryujin mendengar isakan kecil dari Hyunjin, bahkan sekarang pundak pemuda itu sudah bergetar.

"Sebenarnya, laki-laki nangis itu bukan cengeng, tapi manusiawi." Kata Ryujin, "Lagipula kalau ditahan jadi penyakit."

Ryujin mengusap lengan Hyunjin pelan, "Gue kasih space ya?"

"Jangan," Hyunjin bangun, menatap Ryujin sendu, "Boleh minta peluk?"

Ryujin mengerjap.

"Sebentar aja, boleh?" Ulang Hyunjin. Ryujin hanya diam, dan diamnya Ryujin Hyunjin anggap iya.

Hyunjin menarik Ryujin ke dalam pelukannya. Hyunjin memeluk Ryujin hangat, pemuda itu menaruh dagunya di pundak Ryujin, "Kalau mau nampar gue, abis ini ya?"

"Lo pasti bisa laluin ini, tenangin diri dulu ... lo fokus sehat dulu." Bukannya marah, Ryujin mengelus punggung Hyunjin lembut, "Gue bantu apapun kesulitan lo .. ya?"

Ryujin bisa merasakan jantung Hyunjin berdetak tidak beraturan, sama dengan dirinya. Bedanya, Ryujin tidak tau apa yang membuatnya berdebar.

"Makan dulu, ya?" Tanya Ryujin. Hyunjin menggeleng, masih betah memeluk Ryujin erat. Lama kelamaan pelukan Hyunjin mengendur sampai sepenuhnya lepas.

"Gue marah," gumam Hyunjin, "Kenapa gue ga nahan dia waktu itu?" Tanya Hyunjin, "Dia bilang jangan ngambek, gue ga dengerin dan memilih pulang ke Jakarta, hari itu ulang tahunnya."

"Sambil gue suapin ya?" Tanya Ryujin sambil membuka makan malam Hyunjin.

"Katanya, 'bang Hyunjin jangan ngambek, maafin Jeongin' gue ga dengerin." Hyunjin membuka mulutnya saat Ryujin menyodorkan nasi, "Katanya-"

Ryujin pura-pura mengunyah, Hyunjin diam lalu mengunyah makanannya cepat, "Katanya jangan pulang dulu, dia ga mau ditinggal sama gue, Mas Chan udah pulang duluan karena masalah di kampus."

"Emangnya kesel kenapa?" Tanya Ryujin sambil nyuapin Hyunjin lagi.

Hyunjin tidak menjawab karena masih mengunyah makanannya, "Gue kesel karena gue ga bisa ngasih hadiah yang Jeongin mau." Kata Hyunjin.

Ryujin menelan salivanya kasar, "Kenapa?"

"Gapapa, gue ga bisa aja."

"Trus kenapa lo ga tetap disana?"

"Gue .. ga tau .. waktu itu pengen pulang, ga mau ketemu Jeongin."

Ryujin pusing.

"Ya seharusnya lo ga pergi, seharusnya, tapi mungkin lo kalit waktu itu. Gapapa, yang namanya takdir itu, emang selalu,"

"Tapi kalau gue ga pergi mungkin dia-"

"Nasi udah jadi bubur, lo harus makan gimanapun caranya." Kata Ryujin. Hyunjin menghela nafasnya berat.

Peek a boo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang