Chapter N

4.3K 929 40
                                    

"Lo dengerin gue ga sih?!" Tanya Heejin sedikit keras, Haechan yang ada disana juga ikut terkejut mendengar suara Heejin.

"Kenapa?" Tanya Hyunjin sambil menoleh, "sorry ga denger."

Heejin berdecak kencang, "Fokus siswa!"

Hyunjin berdeham pelan, "Kenapa?"

"Acara api unggun terlambat 10 menit, sedangkan anak anak belum pada ngumpul."

"Pake pengumuman," kata Hyunjin santai.

"Udah dari tadi gitu Jin," saut Haechan.

"Publikasi ke semua tenda," Hyunjin mengusap wajahnya kasar, "Maaf maaf gue ga fokus."

Heejin mengangguk pelan sebelum melengos pergi. Sedangkan Haechan yang masih disana sama Hyunjin cuman bisa ngeliatin temennya aneh, "Kenapa lo? Ga enak badan?"

Hyunjin menoleh, "Kecapean kali ya gue."

"Ya udah biar gue aja, lo makan dulu gih. Tadi pas makan malam lo jaga kan?" Haechan menepuk pundak Hyunjin. Sebagai penanggung jawab acara, sudah pasti Hyunjin ga punya waktu walau buat makan malam doang.

"Gue ambil minum dulu, tolong atur anak anak" kata Hyunjin pada Haechan yang notabenenya wakil penanggung jawab. Hyunjin pergi ke tenda panitia, dia duduk sebentar disana.

Kepalanya terasa berdenyut, sepertinya Hyunjin demam. Dia meraih tasnya dan mengeluarkan obat yang sengaja dia masukan untuk berjaga jaga takut hal semacam ini terjadi.

Hyunjin pergi ke tenda panitia bagian konsumsi dan melihat Jeno sedang minum susu disana, "No bagi dikit dong."

"Pucet amat Jin" Jeno menyodorkan segelas susu ke Hyunjin, "Demam lo?"

"Kaga ... biasa maag gue kambuh." Kata Hyunjin sambil menyeruput susu Jeno, "Thanks .. gue ke lapang lagi."

"Kalau sakit jangan di paksain bro!" Seruan Jeno yang hanya dibalas anggukan dari Hyunjin yang sudah mulai jalan menjauh.

Saat Hyunjin sampai di lapang, api unggun sudah menyala dan anak-anak juga sudah mulai menampilkan penampilan yang sudah di persiapkan sebelumnya.

Mata Hyunjin mencari. Dan dia berhenti saat matanya menemukan Ryujin yang sedang berpelukan dengan Somi, mungkin kedinginan. Gadis itu tertawa riang, seakan sehat sehat saja. Berbeda dengan kemarin yang hanya diam dengan muka pucat pasi seperti mayat. Hyunjin bahkan bergidik ngeri membayangkannya.

Ryujin punya hubungan baik dengan teman temannya, malahan teman Ryujin banyak, jadi luka lebam di tubuhnya tidak mungkin karena dibully. Dia tinggal di kosan jadi tidak mungkin juga kalau lukanya karena kekerasan di rumah.

Kenapa? Luka lebam Ryujin itu membuat Hyunjin semakin pusing.

Bukannya apa. Hyunjin penasan itu karena kalau seandainya luka Ryujin diakibatkan karena bully, maka dia harus tau. Tapi ini bukan.

Hyunjin ingin menghampiri Ryujin dan bertanya. Tapi maaf, harga diri Hyunjin tidak serendah itu.

Tanpa Hyunjin sadari, sejak tadi Ryujin sudah mulai memperhatikan Hyunjin juga. Gadis itu menatap Hyunjin seakan banyak sekali hal yang ingin dia ucapkan tapi Hyunjin terlalu malas untuk perduli.

Lebih tepatnya terlalu gengsi untuk perduli.

Hyunjin segera mengalihkan pandangannya dan mulai memperhatikan penampilan setiap kelas di lapang sana. Sedangkam Ryujin terlihat menggeleng pelan.

---

Benar saja. Waktu pagi mau pulang lagi ke Jakarta, badan Hyunjin udah ga enak dan kepalanya pusing. Tapi acara belum beres semuanya, dia harus bertanggung jawab sampai lokasi benar benar bersih dan anak anak benar benar udah nyampe ke sekolah dengan selamat. Tapi masalahnya, badan Hyunjin udah ga memungkinkan.

Peek a boo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang