Chapter P

4K 933 97
                                    

Selama Hyunjin sakit, Ryujin yang nemenin di rumah sakit. Ya soalnya kasian juga ga ada yang nungguin, kadang gantian sama Jeno atau Haechan. Hubungan Ryujin sama Hyunjin sih, biasa aja, tetep sering ribut, tapi setidaknya karena mereka jadi sering bertatap muka dan ngobrol, mereka jadi lumayan dekat.

Ryujin jadi tau kalau sebenarnya orang yang di puja puja di sekolah karena visualnya ini adalah orang tertolol dan receh yang pernah Ryujin temui.

Masa iya makan jeruk pake nasi????????

Ryujin udah ga bisa ngomong apa apa lagi.

"Woy gue pengen pipis." Kata Hyunjin yang tiba tiba bangun dari tidurnya, Ryujin yang sibuk main ML noleh, "Bantuin kek jangan di liatin doang."

"Manja ah." Kata Ryujin tapi dia tetap berdiri untuk membantu Hyunjin ke kamar mandi. Setelah beberapa menit menunggu, Hyunjin kembali keluar dari kamar mandi.

"Infusnya berdarah." Kata Hyunjin sambil nyodorin tangannya.

"YA AMPUN!!! IH MAKANYA KALAU PIPIS TUH SANS!" Heboh Ryujin sambil buru buru menuntun Hyunjin agar kembali berbaring di tempat tidur dan menekan tombol darurat untuk memanggil suster.

"Bego banget sih ya ampun, ga ada manusia kaya lo pipis doang infus berdarah." Ryujin ga berenti misuh misuh.

"Malu sama suster woy!" Kata Hyunjin.

"Lagian-"

"Sudah mas, nanti kalau ada apa apa panggil aja saya." Kata susternya sambil keluar kamar. Ryujin duduk di kursi sebelah Hyunjin lalu menumpu dagunya.

"Masih lemes?" Tanya Ryujin.

"Masih."

"Manja."

"Goblok."

Ryujin malah tertawa sambil mengambil apel di meja samping ranjang Hyunjin. Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang wanita muda dan diikuti seorang pria di belakangnya.

"Astaga anak bunda.." katanya heboh sambil menghampiri Hyunjin dan memeluk pemuda itu erat, "Kenapa kamu sakit ga bilang sama bunda? Ya Tuhan Hyunjin.." air mata Bunda Hyunjin terus mengalir.

Ryujin mau tidak mau berdiri kaku di samping ranjang Hyunjin, "Hai om tante."

"Siapa ini Jin?" Tanya Minhyun pada putranya.

"Ryujin, temen Hyunjin. Bunda kok tau Hyunjin disini?"

"Kamu ga perlu tau. Nakal ya kamu kabur dari rumah, kamu tuh ga bisa jauh jauh dari bunda."

Ryujin bingung harus seperti apa, masalahnya orang tua Hyunjin ini datang sangat tiba-tiba. "Oh iya, Ryujin, kenalkan saya bundanya Hyunjin, Bona."

"Ryujin, tante." Ryujin nyium tangan Bona, Bona tersenyum jahil sambil melirik putranya dan Ryujin bergantian.

"Kalian pacaran ya?"

"Engga tante!"

"Bunda apaan sih?!"

Bona hanya tertawa, "Iya iya .. makasih ya Ryujin sudah ngejagain Hyunjin disini."

"Iya tante gapapa.." Ryujin melirik Hyunjin sebentar, "Kalau gitu Ryujin pamit ya tante."

"Loh mau kemana?"

"Mau kemana?"

"Lah kok pergi?"

Tiga kalimat itu terucap hampir bersamaan dari ketiga orang di depan Ryujin. "Anu .. kan udah ada tante sama om, aku pulang."

"Eh? Ga usah." Kata Hyunjin.

Ryujin menatap Hyunjin tajam, "Pamit ya om tante." Setelah cium tangan ke kedua orang tua Hyunjin, Ryujin segera keluar dari ruangan itu dan pulang ke kosan. Lumayan sakit badan karena selama di rumah sakit, Ryujin ketiduran dalam posisi duduk terus.

---;---

Ryujin melihat Siyeon sudah duduk manis di atas lemarinya, menatap Ryujin sedikit panik. "Jin penting.."

"Apa?"

"Jeongin tinggal empat hari lagi ... gimana dong? Anaknya nangis mulu."

Ryujin berdecak, "Hyunjinnya aja masih di rawat gitu, mana bisa gue kesana?"

"Ya gimana dong??? Kasian banget ih."

"Emang dia dimana sekarang?" Tanya Ryujin.

"Di atap, lagi di tenangin sama Jaehwan sama Shindong di atap."

Ryujin langsung keluar dari kamarnya dan berlari kecil ke atap. Sebenarnya dia tidak mau lagi membantu, tapi sepertinya nasi sudah berubah menjadi bubur, Ryujin tidak bisa lepas tangan begitu saja.

Ryujin mendapati Jeongin sedang duduk di loteng dan ada Jaehwan + Shindong disana. Terdengar isakan pilu dari arah Jeongin membuat Ryujin semakin merasa bersalah.

"Jeongin maafin gue.." lirih Ryujin sambil memelankan langkahnya, "Maaf gue ga bisa tepati janji gue, maaf, kalau aja Hyunjin bisa sembuh dengan cepat, gue bisa bantu."

"Jeongin udah saya kasih pengertian tadi, katanya ngerti, tapi masih sedih sama kecewa kenapa kamu ga dari lama aja mempertemukan dia sama Hyunjin." Saut Jaehwan.

"Percuma! Hyunjin ga bisa liat Jeongin, kan bapa sendiri yang bilang. Kecuali Jeongin ngasih tau dari awal dimana kuburan dia." Balas Ryujin tidak mau dihakimi Jaehwan.

Jeongin terlihat menyeka air matanya, dia berdiri dan berjalan menghampiri Ryujin. Jeongin menatap Ryujin sebentar sebelum memeluk Ryujin erat. "Makasih banyak Jin."

Ryujin yang kaget hanya bisa diam sambil melirik Jaehwan, "Lo harusnya marah."

"Gue ga bisa marah. Mau bagaimanapun lo itu udah nolongin gue. Lagipula kemarin itu cukup, Bang Hyunjin udah ngeliat gue, itu cukup," kata Jeongin masih betah memeluk Ryujin, "Setelah gue pikir lagi, gue emang ga seharusnya nampakin diri gue ke Bang Hyunjin, kita udah beda, gue ga mau ambisi gue ini malah bikin Bang Hyunjin tersiksa."

Ryujin hanya bisa diam mendengar penuturan Jeongin.

"Terimakasih, gue senang bisa kenal sama lo Ryujin."

"Jangan pergi dengan cara kaya gini," kata Ryujin pelan, "Maaf Jeongin gue pernah ngeraguin lo."

"Gue senang bisa kenal sama lo,"

"Engga." Ryujin mengusap wajahnya kasar, "Jangan kaya gini.."

"Ryujin gapapa, gue udah bisa terima. Gue emang udah beda sama Bang Hyunjin."

Ryujin menatap Jeongin "Gue akan berusaha, pesan lo harus tersampaikan gimanapun caranya."

--

Aku gantungin kesel ga?

Peek a boo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang