Chapter D

5.1K 1.1K 62
                                    

"Ada yang merokok di atap, aduin gih."

"Ryujin..."

"Itu di atap, cek sana."

"Hampir ketauan guru loh, kalau kamu yang aduin nanti kamu bisa dapet poin tambahan dari guru."

"Ayo Shin Ryujin, ciduk dia."









Ryujin muak. Sumpah. Kenapa sih semuanya harus berbisik tepat di belakang telinganya. Semua suara bersatu membuat telinga Ryujin pengang.

"Kenapa?" Tanya Somi melihat teman sebangkunya bergerak gelisah.


"Shin Ryujin, pergi!"

"Somi bilangin gue ke wc!" Ryujin segera keluar dari kelas. Gadis itu berlari kecil ke arah belakang sekolah, membuka pintu besi, lalu menaiki tangga untuk menuju rooftop. Dia memelankan langkahnya saat sudah berada tepat di depan pintu besi -lagi-yang dibaliknya ada teras luas yang sebagian isinya hanya bangku-bangku yang sudah tidak di pakai. Ryujin mengatur nafasnya sebelum membuka pintu tersebut.

Ada Hyunjin disana, bibirnya mengapit sebatang rokok yang terus mengeluarkan asap. Hyunjin yang kaget langsung menarik rokoknya, "Ngapain lo?" tanya Hyunjin terdengar tidak suka.

Ryujin berjalan cepat, merebut rokok yang ada di tangan Hyunjin dan menjatuhkan batang haram tersebut ke tanah, "Kakak gila apa?" tanya Ryujin kesal, kakinya menginjak rokok Hyunjin sampai mati.

"Bukannya kebalik, gue yang harusnya nanya kaya gitu," balas Hyunjin sengit.



kret


Ryujin menyambar buku cetak yang entah untuk apa Hyunjin bawa ke atap, "Jadi, kalau x nya kita pindah, boleh?" tanya Ryujin.

Hyunjin menghela nafasnya, "Boleh tapi ada syaratnya,"


"Kalian sedang apa?" tanya Bu Dasom, guru BK itu mendekat ke arah Hyunjin dan Ryujin, "Belajarnya kok disini?"


"Iya bu, soalnya di kelas berisik." jawab Ryujin, "Lagian bu, sayang dong rooftop bagus kaya gini cuman dijadiin gudang. Tempatnya nyaman buat belajar, apalagi kalau cuaca cerah gini,"


Bu Dasom terkekeh, "Bisa aja kamu, Jin. Nanti ibu coba ngomong ke kepala sekolah, kalian lanjut aja belajarnya. Bagus ini, senior memang harusnya membantu junior kan?" mendengar pertanyaan Bu Dasom, Ryujin dan Hyunjin saling melirik lalu tertawa kikuk. "Ya udah, ibu turun lagi ya ... selamat belajar." Bu Dasom berbalik lalu melengos pergi.



"Sana, lo juga pergi." usir Hyunjin sambil menyambar buku cetak di tangan Ryujin, "Ganggu."


"Lah?" Ryujin berkacak pinggang, "Kak, gue tau lo itu kaka kelas. Tapi, serius? Gue baru aja nyelametin lo dari surat SP BK dan lo ngusir gue gitu? Bener-bener ya."


Hyunjin mengangkat sebelah alis, "Lalu? Gue harus repot-repot ngucapin terimakasih hanya untuk hal seperti tadi? Lo lagi bercanda?"



Sumpah kesel banget Ryujin denngernya. Ryujin mendengus keras, "Ya ... kalau lo pinter harusnya lo bisa ngerti."


"Sebenernya apa sih mau lo? Datang tiba-tiba tanpa diundang, lo suka sama gue?"


"Gila kali ni cowo," gerutu Ryujin setelah mendengar pertanyaan Hyunjin, "Gue cuman mau ngebantu."


"Dan gue ga butuh bantuan lo." balas Hyunjin sarka lalu melengos pergi dari pandangan Ryujin. Sumpah, kalau memukul orang sampai mati bukan tindak pidana, mungkin Ryujin sudah melakukan hal itu sekarang.


"Hadeuh ... Bang Hyunjin sih emang suka egois gitu," Ryujin menoleh ke arah Jeongin yang berdiri di sampingnya, "Kasian deh, padahal lo ga perlu repot-repot kaya gitu. Pokoknya, jangan pernah harepin Bang Hyunjin bilang makasih atau maaf deh."


"Ga pernah. Sama sekali ga pernah. Lagian gue juga ga sudi." balas Ryujin masih terbawa suasana. Tanpa dia sadari, Jeongin mulai mendekat dan menatapnya.


"TUHKAN LO TUH BISA NGELIAT GUE!" pekik Jeongin, "Kenapa lo bohong?!"


Ryujin menepuk dahinya. Ck, kenapa musti lupa sih.



"Ryujin, tolong, bantu gue. Cuman sekali setelah itu gue ga akan minta bantuan lagi ke lo." Jeongin mulai memelas. Ryujin yang hanya bisa pasrah mengambil duduk di tembok pembatas,



"Kenapa?"


"Gue di kasih tau Jaehwan, dia bilang setelah 40 hari nasib gue baru ditentukan. Entah gue akan pergi, reinkarnasi di tubuh orang lain, atau tetap seperti ini. Gue takut sebelum itu gue belum bisa nyampain pesan gue ke Bang Hyunjin. Tolong, sampaikan pesan gue." ucap Jeongin.


Ryujin menghela nafas panjang, "Ga semudah itu, lo masih tetap bisa bicara langsung dengan Kak Hyunjin ... tapi ga sembarangan, cuman beberapa aja yang bisa."



"Dan kata Jaehwan gue salah satu yang ga bisa. Tolong gue Ryujin, gue ga tenang. Bang Hyunjin harus tau apa yang sebenarnya terjadi." Ryujin menggaruk kepalanya frustasi. Ini alasan kenapa dia tidak ingin membantu. "Jadi menurut lo, gue harus ngapain?"



"Ya ... terserah."

Jeongin mengusap wajahnya, "Tolong ... Bang Hyunjin benar-benar harus tau masalah ini."

---;---

Siyeon seperti biasa duduk di atas lemari, Jeongin berdiri di dekat pintu, sedangkan Ryujin duduk di tempat tidur. Mereka hanya diam, bingung harus siapa yang memulai.

"Jadi," Siyeon mulai buka suara, "Lo masuk ke tubuh seseorang aja,"

"Emang bisa ya? Kesurupan?" Tanya Jeongin heboh, "Gila, hahaha"

"Kok ketawa?" Tanya Ryujin bingung.

"Ya lucu aja, dulu gue suka main pura-pura kesurupan soalnya" Jeongin mengusap tengkuknya, "Tapi gue pengen Bang Hyunjin melihat gue sebagai diri gue sendiri, bukan orang lain."

"Gue tau!" Seru Siyeon, "Satu-satunya cara yang bisa lo lakukan supaya Hyunjin bisa ngeliat lo itu .... lo ajak dia ke kuburan lo, nah biasanya sih energinya kuat."

Ekspresi Jeongin berubah sendu, "Jasad gue belum ditemuin ... masih ada di tempat gue meninggal." Lirihnya.

"Astaga..." Ryujin berjalan mendekat, "Keluarga lo? Apa mereka ga berusaha mencari jasad lo?" Tanya Ryujin seraya berdiri di hadapan Jeongin.

"Mereka ga perduli, bahkan gue udah ga berhubungan lagi sama mereka." Jeongin menunduk, "Gue ingin Bang Hyunjin yang menemukan jasad gue, bukan orang tua gue, bukan polisi, bukan siapapun"

"Lo mau gue peluk?" Tawar Ryujin, Jeongin tanpa ragu memeluk Ryujin erat. Hangat. Jeongin tidak seperti yang lainnya, dia tidak dingin, dia juga tidak panas, Jeongin hangat.

Ryujin mengerti, sungguh. Hyunjin pasti punya hubungan dekat dengan Jeongin sampai Jeongin seperti ini. "Kehidupan lo pasti sulit," gumam Siyeon, "Tapi kehidupan lo setelah ini lebih sulit lagi."

Jeongin memeluk Ryujin lebih erat, "Bantu gue Ryujin...." Jeongin mengambil jeda, "Tolong..."

....

K vommentnya yaaa wkwkw :)))))))

Peek a boo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang