Benar apa yang SinB bilang. Ini masih jam setengah 5 tapi pembantu Hyunjin udah ngebangunin Ryujin katanya disuruh Hyunjin.
Ryujin maunya ngehujat, tapi ya udah iyain aja, bukannya lebih cepat lebih baik kan.
Ryujin keluar kamar dengan baju yang Bona udah pilihin, anehnya sesuai banget sama style dia. Sweater kuning sedikit ngatung dan celana jeans putih panjang.
Ryujin lihat Hyunjin udah duduk di meja makan, ada Minhyun dan Bona, tapi ada pemuda lain. Chan.
"Sarapan dulu Jin, biar ga masuk angin." Kata Bona nyuruh Ryujin duduk, "Ini Chan, temennya Hyunjin."
"Eh lo cewe yang di kosan Hyunjin kan?" Tanya Chan, "Hai, gue Chan."
"Ryujin." Ryujin menjabat tangan Chan lalu duduk di sebelah Bona dan mulai sarapan.
--
Ryujin tersenyum tipis melihat kedekatan Chan dan Hyunjin, sejak tadi mereka sibuk bercanda, sesekali curhat. Chan yang nyupir, disebelahnya ada Hyunjin, dan Ryujin duduk di bangku belakang.
"Jadi .. lo indigo sejak umur berapa?" Tanya Chan setelah topik dengan Hyunjin selesai.
"Kayaknya umur tiga tahun.."
"Oh ya? Mamah gue indigo juga soalnya." Kata Chan, "Serem banget anjir jadi anak indigo."
"Udah biasa mah sih ya ga serem-serem amat."
"Eh btw, ini kita mending ke lokasi perkemahan atau villa waktu itu Jin, mas?" Tanya Hyunjin.
"Eung .. kalau gue ga salah inget, lokasinya jauh dari perkemahan, jadi mungkin di villa bisa." Balas Ryujin.
Hyunjin mengangguk samar. Hatinya kembali berdegup. Sebenarnya dia sengaja menyibukam diri mengobrol dengan Chan supaya dia tidak tegang. Tapi gimana Hyunjin bisa tenang di suasana seperti ini coba?!
Chan membawa mobilnya masuk ke halaman villa besar di tengah kebun teh. Bahkan tidak ada bangunan lain lagi disini selain villa tersebut. Hyunjin turun dari mobil dan diikuti Ryujin dan Chan setelahnya. Ryujin mengusap tengkuknya, suasananya memang kurang enak disini.
"Jadi ... disini ada tebing gitu ga?" Tanya Ryujin pelan.
Chan melirik Hyunjin yang ternyata juga sedang meliriknya, "Ada sih .. tapi lumayan jauh, mungkin sepuluh menitan kalau jalan."
"Jurang?" Tanya Ryujin.
"Ya ... itu jauh banget jurangnya kebawah," jawab Chan ragu, "eung .. disana ya?"
"Gue juga ga tau sih, tapi feeling gue kuat disana." Kata Ryujin pelan.
"Ya udah kita cek aja," kata Hyunjin. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk pergi ke tebing yang di maksud Chan. Lumayan jauh juga dari lokasi villa.
Samar samar terdengar suara gemercik air, ada air terjun kecil disana. Ryujin melihat sedikit ke bawah. Hutan pinus.
Hutan pinus!
"Kita bisa turun ke bawah ga?" Tanya Ryujin.
"Bisa." Jawab Chan singkat. Ryujin mengangguk pelan lalu melirik Hyunjin yang mulai gelisah.
Jalanan untuk turun kebawah harus muter karena jalan muter itulah yang paling mending daripada jalan motong yang curam ditambah licin. Ryujin udah cape duluan, tapi kayaknya Chan dan Hyunjin engga. Dia masih keliatan semangat.
"Jin, lo emang punya petunjuk?" Tanya Chan pelan, "Tapi dia udah meninggal sebulan yang lalu, mungkin aja,"
"Kalau kemungkinan dimakan binatang buas?" Tanya Hyunjin ragu.
"Bisa jadi sih, tapi ga tau juga." Saut Chan.
Ryujin mendongkak memperhatikan pohon pinus yang menjulang menutupi sinat matahari pagi ini. Hawanya sedih, bahkan Ryujin tiba-tiba ingin menangis tanpa tau kenapa.
"Coba kesini.." ajak Chan sambil terus jalan masuk ke hutan, Hyunjin dan Ryujin hanya mengikut dibelakang.
Ryujin pusing. Dia menunduk untuk memperhatikan jalan dan kalau dipikir pikir sejak tadi dia banyak menginjak tumbuhan liar seperti semak dan tumbuhan paku.
Ryujin kembali mengangkat kepalanya, terlihat tebing besar menjulang. Dia sedikit menurunkan pandangannya lalu menoleh ke kanan ke kiri. Tidak ada petunjuk lagi, Ryujin frustasi.
"Sst!"
Gadis itu menoleh, sekilas dia melihat ada seorang anak kecil yang sedang bersembunyi di balik pohon. Ryujin tertarik, dia jalan mendekat. Anak itu lari lagi, lari menjauh sampai berhenti di bawah pohon. Anak berumur sekitar 4 tahun itu memakai baju merah lusuh dan dia menunduk dalam.
Ryujin hendak melangkah lagi sebelum merasa kakinya menendang sesuatu.
Nafas Ryujin tercekat seperti ditelan lagi di faringnya. Ada tulang berulang berserakan di depan Ryujin.
"KAK HYUNJIN!!!" Pekik Ryujin histeris sambil menangis keras. Jelas jelas sisa kain yang melekat di kerangka tersebut adalah baju yang sering Jeongin pakai.
Itu Jeongin.
"Kenapa Jin?!!" Tanya Chan panik. Ryujin yang mulai melemas itu berbalik lalu jongkok dan kembali menangis.
"Mas," bisik Hyunjin, "Mas Chan ... ini bukan.." Hyunjin berlutut, dia menyentuh sisa kain disana, t-shirt anti social social club hadia ulang tahun dari dirinya, Hyunjin ingat betul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peek a boo ✅
Fiksi PenggemarTentang Jeongin yang gentayangan, Ryujin yang indigo, dan Hyunjin yang penakut.