Flag 2.4

479 79 3
                                    

Aomine mengerjap dua kali. Ia membuka maniknya dan disambut cahaya kelewat terang yang menusuk retina.

“Apa aku sudah mati?” gumamnya pelan.

Suara buku dibalik menyahuti diteruskan suara tenang, “Hampir pindah alam faktanya.”

Dan suara gedebuk menguar dari bangsal 201 rumah sakit swasta tersebut.

Kuroko no Basket Fanfiction Indonesia

The Story of Aomine Daiki
Oleh AomineRin1410

Kuroko no Basket milik Fujimaki Tadatoshi

Sebuah cerita kolaborasi bersama member Kurobas_Is_Life

Flag 2.4
Danau yang Menenang

“Berhentilah muncul tiba-tiba seperti Tetsu!” sentak Aomine kesal setelah bangkit dari terjengkangnya dan duduk kembali di atas ranjang.

Yoshio, sosok yang mengejutkan Aomine siang itu, menutup buku Panduan Bunuh Diri Ampuh dan menatap Aomine lekat-lekat.

“Bagaimana kondisimu?” gadis itu bertanya.

Aomine mengernyit, “Baik... ?” ujarnya ragu.

“Kau bunuh diri, sungguh,” ujar Yoshio gemas, “Kenapa tidak lari?” tuntut gadis itu.

Yoshio mengembuskan napas saat Aomine terlihat kelabakan dengan pertanyaannya.

“Sudahlah,” gadis itu berujar malas, “Aku berhutang penjelasan padamu, ingat?”

“Erm, aku tidak mati?” tanya Aomine.

Yoshio mengangkat buku tebalnya, “Mau kubuktikan?”

“Cara----Ouch! Hei! Aw!”

Lima menit lebih Yoshio menimpuki Aomine dengan bukunya hingga gadis itu lelah sendiri mendengar rintihan Aomine.

“Bagaimana aku bisa selamat?”

“Tuhan kelewat membencimu hingga tak sudi memanggilmu sekarang,” jawab Yoshio gemas, “Ponsel itu,” ia menunjuk ppnsel flip dengan peluru menancano di tengah yang tergeletak di nakas.

“Bagaimana (Name)?” tanya Aomime lagi, “Dia baik saja?!”

“Tak ada luka tapi dia sedang istirahat di ruang sebelah. Dengar, Daiki...”

***

(Name) membalas senyum seorang perawat cantik yang baru saja mengganti infusnya kemudian menyandar pada kepala ranjang. Kepalanya pening saat ia memaksa mengedarkan pandang ke sekeliling.

Sebuah ruangan luas dengan dinding bercat biru telur asin, satu set sofa dan meja yang menampung buah-buahan dalam keranjang, lemari di ujung dan sebuah kursi di dekat ranjang.

Satu pertanyaan timbul: “Dimana aku?”

Pintu yang berderit membuka seolah menjadi pemjawab bagi tanya si gadis. (Name) hampir bersorak gembira saat melihat Aomine, satu-satunya yang ia kenali di tempat asing ini.

“Bagaimana kondisimu?” pemuda itu beryanya pelan.

(Name) mengangguk, “Kau sendiri? Bagaimana bahu dan pahamu?” tanyanya balik.

“Yaah,” pemuda itu mengangkat bahu acuh tak acuh, kemudian menatap balik manik coklat (Name).

“Apa Ay---” Aomine menghentikan ucapan, menggeleng pelan saat ucapan Yoshio terngiang.

(i) Apapun yang kau lakukan, jangan langsung tanyakan padanya mengenai semua ini. Buat ia rileks dan tanyakan dengan lembut (i)

“Apa?”

“Bukan apa-apa. Hanya... penasaran apakah kau mengenal orang yang menculikmu itu.”

Seseorang tampar Aomine Daiki sekarang juga!

Dengan hatu penuh rasa waspada Aomine menatap (Name) yang menunduk.

“Aku tak tahu,” balas gadis itu pelan.

Seperti dugaannya, pikir Aomine cepat.

“Di mana ini?” tanya (Name) setelah hening lama.

“Rumah sakit keluarga milik temanku, lima blok dari rumahmu,” ujar Aomine.

(Name) mengernyit.

“Ini rumah sakit milik Ketua OSIS kita,” jelas Aomine akhirnya.

Hening.

(Name) menunduk, “Berapa lama...” gadis itu meneguk ludah, lalu melanjutkan, “Aku koma?”

“Kau tahu kalau kau koma?!” seru Aomine spontan.

(Name) tak menjawab, “Berapa lama?”

“Apa ini berhubungan dengan rasa takutmu pada bola basket?!” tuntut Aomine sembari duduk di kursi dekat ranjang (Name). Menatap lekat gadis itu.

Si gadis melengos. Menatap jendela dan hanya terdiam. Bahkan saat seorang oerawat masuk membawa troli makan siang (Name).

“Itu rahasia.”

***

Setelah lima hari rehat di rumah sakit, (Name) diperbolehkan pulang ke apato sederhananya. Mulai bersekolah seperti biasa dan mengikuti pelajaran seperti sebelumnya.

Namun satu yang menarik perhatian (Name). Bangku kosong di kelasnya. Ia memaklumi jika itu hanya satu, ini karena Aomine masih harus merawat bahu dan pahanya, namun beda kondisi saat bangku kosong itu terdapat dua.

Inginnya mencari tahu, namun gadis itu kelewat malas mempermasalahkan itu dan memilih menjalani kehidupan normalnya.

Seperti ikan yang dilepaskan ke danau tenang penuh kedamaian yang beriak hingga menghentikan gejolaknya.

***
!bersambung!

The Story of Aomine Daiki [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang