Flag 3.2

411 43 0
                                    

Aomine menatap (Name) canggung.

“Jadi?” pemuda itu berujar kering.

(Name) menaikkan sebelah alis, “Aku mau pulang,” gadis itu berujar judes.

“Tak perlu kuantar?” Aomine menawarkan.

(Namel memicingkan mata gemas, “Tak perlu.”

Kuroko no Basket Fanfiction Indonesia

The Story of Aomine Daiki
Oleh AomineRin1410

Kuroko no Basket milik Fujimaki Tadatoshi

Sebuah cerita kolaborasi bersama member Kurobas_Is_Life

Flag 3.2
Kubangan Merah dalam Lautan Api

(Name) mengembuskan napas.

Berada di dekat Aomine Daiki terlalu lama tak baik bagi jantung dan wajah serta sirkulasi darahnya.

Langkah kakinya berdepak sendirian dalam hening. Sesekali sinar temaram lampu jalan menimpa, menyelamatkan dari gelap.

“Tunggu, Aomine ‘kan, juga gelap?” gumam (Name).

Nah, kan, Aomine lagi.

Gadis itu mendecak. Melangkah dengan menggeleng-gelengkan kepala untuk mengenyahkan seringai songong Aomine dari benak. Namun berakhir ia malah berjongkok pundung di dekat tiang lampu.

Apakah ini yang namanya cinta?

Gadis itu menegakkan tubuh.

Hadapi sajalah.

(Name) hendak melanjutkan langkah. Namun ia menahan diri untuk melangkah lebih jauh saat melihat siluet aneh di depan. Mondar-mandir di tikungan depan.

Peilik siluet menoleh, pancaran keterkejutan yang teramat dari manik violet tajam itu tertangkap indra (Name) saat sebuah mobil lewat.

“Mairi-san?!”

.

Gelas berisi teh diletakkan ke atas meja pendek. Bersisian dengan sepiring mochi sisa semalam. Lalu (Name) meletakkan nampan ke tatami sederhana, duduk bersimpuh menghadap tamunya, Mairi Christine.

“Kebetulan sekali aku bisa bertemu denganmu, Mairi-san,” (Name) berujar ramah.

Mairi menunduk seraya tersenyum canggung, “Minoura-san meminta Saya membelikan rojok. Tapi sepertinya Saya kehilangan arah,” ujarnya malu.

(Name) mengukir senyum tipis, “Tak apa. Aku juga sering tersesat padahal sudah setahun tinggal di sini,” hibur gadis itu. Ia mendorong gelas ke dekat Mairi, mengisyaratkan wanita itu untuk meminumnya.

“Terima kasih,” wanita itu mengambil satu teguk, lalu memgamati sekeliling, “Anda tinggal sendiri, (Surname)-san?”

(Name) mengernyit tak nyaman, “Jangab panggil begitu, keformalan tak diperlukan sekarang,” gadis itu menambahkan, “Seperti yang terlihat.”

The Story of Aomine Daiki [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang