Flag 3.3

362 47 0
                                    

(Name) menutup locker. Mengembuskan napas berat. Ia tak punya semangat untuk menhalani hari.

Yoshio bertolak ke Kyoto, meninggalkan penyelesaian kasus pada dirinya dan Aomine. Sekarang ia membawahi pasukan kepolisian elit Yoshi, menggantikan Yoshio menerima laporan dari pasukan Minoura.

“Hoi!”

The Story of Aomine Daiki
Oleh AomineRin1410

KnB milik Fujimaki Tadatoshi

Sebuah cerita kolaborasi bersama member Kurobas_Is_Life

Flag 3.3
Menangkap sang Kucing

(Name) berjengit terkejut saat tepukan dilanjutkan teriakan cukup keras itu menyapa bahu dan telinganya. Ia menoleh dan mendapati Aomine menjulang di belakangnya.

“Jangan terlalu dipikirkan. Nyatanya kau masih hidup,” ujar Aomine lalu membuka lockernya sendiri. Memasukkan majalah belian dan menguncinya rapat-rapat.

“Aku tidak,” bantah (Name), “Polanya acak. Aku hanya memikirkan saja langkah berikutnya.”

Aomine berdecak, “Kita fokus pada kasus si guru biologi dulu,” ujarnya cepat. Hendak melanjutkan namun dering dari ponsel flipnya mendahului.

Pemuda itu mendecak.

(Name) sempat mencuri pandang pada wallpaper ponsel Aomine, fokus pada sisik bersurai kuning.

“Hah? Apa?!”

(Name) terhenyak, “Ada apa?”

“Rin diserang,” ujar Aomine sembari menyimpan ponsel ke saku.

(Name) terkejut. Rasa bersalahnya membumbung.

“Tak apa, Akashi akan mengurusnya,” ujar Aomine, “Rin menitip pesan kita harus fokus pada kasusnya.”

“Boleh kulihat ponselmu?” sela (Name).

Aomine mengernyit, “Untuk apa?” namun tetap merogoh saku dan memberikan ponselnya pada (Name).

Gadis itu cepat mengamati pemuda berambut pirang yang berpose peace disamping Aomine.

(i) “... keyboard ctrl dan c-nya memang memiliki bekas darah...” (i)

“Kau masih punya foto korban?” tanya (Name) tetiba.

“Ada di ruangan Rin,” jawab Aomine.

“Bisa ambilkan?” pinta (Name).

.

Manik (Name) menjelajah cepat foto print-out yang dipegangnya. Aomine menguap lebar, menyandar pada sofa ruang OSIS dan menatap malas pada (Name).

Keduanya kini berduaan di ruang OSIS. Dikelilingi berkas 2 korban pembunuhan Perguruan Touou yang banyaknya tak terhitung.

“Kenapa dia memegang kabel mouse?” gumam (Name).

“Berpura-pura jadi kucing? Hanya kucing yang bisa menangkap tikus alias mouse,” balas Aomine malas dengan nada sarkas yang gagal.

(Name) mendongak. Menelengkan kepala, berpikir.

(i) “... ctrl dan c...” (i)

Maniknya melebar, “Copycat Killer! Pelakunya adalah Copycat Killer, Aomine!” seru (Name).

“Tapi siapa?”

“Bawa aku ke ruang seni.”

.

“Aku tak tahu mau apa kalian tapi yang jelas jangan berbuat yang aneh-aneh,” Kenichi dengan suara mala memperingati.

“Terima kasih,” balas (Name).

Kenichi mengangguk dan melangkah pergi.

“Percuma, barang buktinya sudah diangkut,” ujarnya tak sabar, “Oh, cepatlah. Aku mau segera tidur di rumahku.”

(Name) mendecak, “Bilang saja kau takut,” cibirnya.

Keduanya melangkah ke tempat penemuan mayat beberapa minggu lalu.

(Name) memencet salah satu tonjolan dan bunyi ribut terdengar.

Keduanya berjengit, menoleh ke sumber bunyi dan menemukan sebuah lubang di bawah.

(Name) menoleh pada Aomine di sisi, kemudian mengangguk.

.

Simar senter memantul-mantuk seiring langkah yang berdepaj. Aomine berjengit takut-takut. Merapat sedekat mungkin pada (Name).

Keduanya berjalan menyusuri lorong gelap itu.

Manik (Name) melebar saat menemukan cahaya. Titik terang dari lorong dan kasus ini.

***

“Anoo, aku ingin minta data kematian (Surname) Aori, tolong,” (Name) meminta pada salah satu petugas yang lewat.

“Maaf, tapi aku...”

“Kami dari Yoshio,” sela Aomine.

Pegawai itu terdiam, mematung sejenak kemudian tersenyum canggung, “Ah, maafkan saya. Mari saya pandu ke ruang arsip,” ia melangkah mendahului (Name) dan Aomine.

“Apakah aku bisa bertemu dengan Mairi Christine?”

“Mairi Christine?”

***

“Pelakunya Kenichi Motoba, penjaga sekolah,” (Name) berujar tegas. Entah kenapa kedengaran bangga.

Kepala sekolah, Minoura dan dua bodyguard keluarga Yoshio terkesima.

“Atas dasar aoa kau bilang begitu, (Surname)-kun?” kepala sekolah berkacamata itu bertanya tenang.

“Saya dan Aomine menyelidiki ruang seni,” gadis itu memulai, “Anda tahu metode gangsing?”

“Menerobos ke dalam tanah?” tebak Minoura.

“Tepat,” (Name) menunjukkan sebuah topi berles ‘HA’, “Kami mengikuti jalurnya dan mengambil ini sebagai barang bukti. Silakan tes DNA di sana,” (Name) mletakkan topi ke meja, “Kasus pertama...”

Seyelah diselidiki lebih lanjut, ternyata korban pertama yang diketahui bernama Kion adalah mantan kekasih Kenichi yang mengakhiri hubungan dengan tidak hormat. Kenichi membunuh Kion persis dengan metode pembunuhan Ibu (Name), overdosis alkohol dioplol dan beberapa sayatan di bagian vital.

Pria itu ditahan dan kasus ini...

“... Selesai.”

***
!bersambung!

The Story of Aomine Daiki [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang