Flag 0.0

1.2K 118 1
                                    

1 April, 25 tahun lalu.

Gadis itu berlarian ke sana kemari. Bertepuk tangan riang saat berhasil melemparkan bola basket di tangan dan masuk dengan mulus ke ring tanpa menyentuh sama sekali keranjang.

Senyumnya mengembang.

“Kak, sudah mainnya,” panggilan dari ujung menggema.

Gadis itu menoleh, mengukir senyum pada sosok pria berbadan tegap yang melempar senyum padanya.

“Kau ingin jadi apa saat besar nanti?” tanya si pria. Berjongkok di hadapan gadis kecil dan tersenyum manis.

“Aku mau jadi pebasket professional!” si gadis berseru riang.

Pria itu terkekeh, menepuk kepala si gadis dua kali dengan lembut, “Boleh.”

“Benarkah?!”

“Bercanda~ Selamat hari April Mop, (Name) Sayang! Sore nanti kita ke kilang minyak, ya?! Ayah sudah janji, bukan?”

(Name) kecil mengangguk semangat, “Aku mau main 2 kali, dulu! Ya?!”

Pria itu mengelus kepala (Name), “Tentu. Ayah pemanasan dulu.”

***

Sebuah bangunan 2 lantai. Mobil limousin mulus tanpa cela. Uang tinggal cabut, bahkan bisa mandi dengan uang.

Tapi, ada kalanya (Name) menginginkan hidup selayaknya gadis biasa.

Ia memandang malas pada ayah dan koleganya yang membahas bisnis dan berakhir saling berjabat tangan.

“Wah, untung tidak ada api yang di luar kendali.”

Duaaar!!

Dan semuanya hanya tinggal sebuah kenangan kecil yang terpisah bagai puzzle berbataskan trauma.

***
!!

A/n: Kolaborasi finished, yak. Ada minusnya dikit, pass 15 chapter dengan chapter ini sebagai pelengkap. Kehitung chapter, ya, Nes, walaupun ditatanya habis epilog? Sip.

Enjoy, ya!

The Story of Aomine Daiki [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang