Flag 3.1

458 57 5
                                    

“Kami ingin menyelidiki soal ini,” Aomine berujar serius.

Yoshio menatap kertas print-out bergambar korban temuan pagi tadi dalam resolusi blur kemudian menyandar ke kursi beroda, singgasananya, untuk meregangkan tangan.

“Kalian berdua yakin? (Surname)-san, kau sudah memeriksa kondisi mental Daiki hari ini, ‘kan?” Yoshio bertanya main-main.

“Dia sedang dapat halangan,” jawab (Name).

“Mungkin kesambet hantu kuburan?” timp Yoshio dan dua gadis itu tertawa.

Sementara si kulit matang hanya pundung karena jadi bahan ijime di siang yang cerah itu.

Kuroko no Basket Fanfiction Indonesia

The Story of Aomine Daiki
Oleh AomineRin1410

Kuroko no Basket milik Fujimaki Tadatoshi

Sebuah cerita kolaborasi bersama member Kurobas_Is_Life

Flag 3.1
Meraih Sobekan

(Name) tanpa sadar menahan napas saat seorang polisi mempersilakan ketiganya menyeberang. Sempat ada perdebatan kecil antara Minoura, kepala satuan polisi elite keluarga Yoshio, yang bersikeras agar Nona-nya tak ikut campur masalah kepolisian.

Tapu, Yoshio muda yang cerdas berhasik meyakinkan pria tegap berpangkat tinggi itu.

“Mayatnya sudah dipindahkan tapi baunya tak mengenakkan sama sekali,” Aomine menggerutu setelah menghirup udara ruangan tersebut.

“Mirip dakimu,” Yoshio berujar santai, menekan saklar lampu sehingga ruang seni tak terpakai itu dilimpahi cahaya. Kemudian gadis itu mendekat ke sebuah meja di sudut.

Kursi bernodakan darah dan sedikit bekas tebasan. Disinilah sang korban ditemukan tak bernyawa.

“Seperti yang diambul dalam foto, keyboard ctrl dan c-nya memang terkena bekas darah,” Yoshio menjelaskan, lalu tersenyum sekilas, untuk kemudian kembali berujar, “Ini di luar wewenang kalian. Tapi kalau kalian mau mengambil kasus ini, akan kuperintahkan pihak kepolisian tak terlalu banyak mengganggu,” ujar gadis itu menatap Aomine, lebih-lebih (Name).

Yoshio mengembuskan napas saat Aomine dan (Name) hanya saling tukar pandang, saling perintah agar mengatakan pendapat lewat sorot mata, kemudian tersenyum, “Mau ditolak bagaimanapun kalian pasti bersikeras, bukan?”

“Demu sekolah,” ujar Aomine mantap, dilanjutkan anggukan (Name).

Yoshio tersenyum, “Kalian memang kompak.”

“Kami tidak!” balas keduanya, bersamaan lagi kompak, kemudian saling memalingkan wajah.

Yoshio tersenyum lembut.

“Oh, ya, ada sesuatu untukmu,” ujar Yoshio kemudian setelah lama hening.

(Name) mendongak dan menggumam ‘he’ pelan dengan heran.

“Untukmu, (Surname)-san,” jelas Yoshio saat (Name) masih mengerjap bingung, “Tampaknya dari korban.”

“Aku merasa pernah menghadapi situasi begini,” Aomine menggumam saat Yoshio mendekati seorang polisi muda untuk meminta ‘sesuatu’ yang ia katakan.

The Story of Aomine Daiki [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang