Flag 2.0

805 108 7
                                    

Gadis itu mengembuskan napas. Cerek berdengung pelan bersamaan dengan berembusnya harapan.

Kuroko no Basket Fanfiction Indonesia

The Story of Aomine Daiki
Oleh AomineRin1410

Kuroko no Basket milik Fujimaki Tadatoshi

Sebuah cerita kolaborasi bersama member Kurobas_Is_Life

Flag 2.0
Dandelion

Gadis itu mengerjap saat seberkas cahaya menusuk kelopak mata. Suara percakapan yang terdengar kabur di telinganya membuat gadis itu mendudukkan diri dan mengedarkan pandang ke sekeliling. Menyadari sepenuhnya berada di Ruang Kesehatan.

(Surname)(Name), begitulah yang tertulis di data pasien pada ranjang. Manik coklatnya mengerjap saat tirai biru telur asin disibak oleh sesosok pemuda tinggi.

“Kau sudah sadar?” sosok itu berujar santai. Langkahnya berdetak lima kali sebelum ia duduk di kursi dekat ranjang (Name).

Dengan kikuk si gadis mengiyakan.

“Sepertinya kau ada sedikit masalah dengan sesuatu,” ujar pemuda berkulit gelap itu. Ia kini telah sibuk mengamati sebuah majalah di tangan.

Hening.

Gadis itu kelewat malas untuk menjawab. Kepalanya terasa sedikit berputar dan matanya agak berkunang.

“Namamu?” suara si pemuda menariknya kembali pada kenyataan.

Manik coklat mengernyit, menatap sosok di hadapan, “(Surname) (Name),” balasnya, lalu berujar, “Bukannya kita sekelas, ya?”

***

Aomine menopang dagu dengan malas di atas meja. Manik biru malam tak lepas dari sosok di barisan depan sepanjang pelajaran Fisika hari ini. Diam-diam Aomine menertawai diri sendiri. Pertemuan kemarin dengan (Surname) masih terngiang di otak sederhananya.

Harga dirinya terlukai karena ucapan gadis berambut coklat itu.

Bagaimana mungkin seorang Aomine Daiki tak mengenali gadis itu?

Konyol sekali, memang. Terlepas dari fakta bahwa Aomine sering membolos setidaknya ia mengenali wajah-wajah teman sekelasnya. Mereka selalu menemui Aomine tiap hari, bukan?

Tapi gadis itu berbeda.

Dari sudut pandang Aomine, ia mendapati seorang gadis pendiam yang benar-benar diam. Saat gadis lain sibuk bergossip, menarik kursi untuk diduduki dan mendengarkan cuap-cuap tak penting yang dipertanyakan kebenarannya, gadis itu hanya duduk diam di bangkunya. Menyantap bekal dengan tenang atau sekadar memandangi buku catatan.

Aneh, komentar Aomine saat gadis itu hanya duduk diam dengan memandang keluar jendela.

Tak ada yang tak membuat Aomine terkejut terhadap gadis itu.

Terlebih, fakta bahwa gadis itu benar-benar takut terhadap bola basket. Dua hari lalu, saat kelas 1-C mendapat pelajaran Olahraga, gadis itu tak menyentuh bola sama sekali. Ia hanya berdiri termangu di pinggir lapangan mengamati teman-temannya berebut bola basket. Namun saat sebuah bola mendekatinya, ia buru-buru menjauh dan bahkan sempat hampir pingsan.

“Aomine-san!” seorang menepuk pundak Aomine.

“Apa maumu?” tanya Aomine saat ia memutar pandang dan mendapati gadis yang kemarin sekelompok dengannya.

“Hanya mau melapor kalau tugas sejarah kelompok kita telah sampai di ruang guru dengan aman,” balas gadis itu.

Aomine mendengus, “Ya,” balasnya singkat. Kembali memandang ke depan.

“Aomine-san menyukai (Surname)-san, ya?”

Tebakan jahil itu membuat Aomine spontan menoleh dan membantah cepat.

Gadis itu tertawa pelan, “Tak apa. Tak ada yang aneh jika menyukai seseorang,” ujarnya saat tawa telah reda.

“Kau tahu sesuatu?”

“Hm?”

“Tentang (Surname)?”

Gadis itu menggigit bibirnya dan mengerang pelan, “Aku tak terlalu yakin, tapi banyak yang mengatakan dia sering main api dengan banyak pria,” jelas si gadis dengan roman serius.

Aomine diam, mendengarkan.

“Beberapa teman sekelas pernah menemukannya duduk sendirian di dekat bar malam, kawasan Shibuya, dengan pakaian minim,” gadis itu berbisik dengan sesekali melirik ke arah (Surname).

Aomine memandangi (Surname), gadis itu kelihatan terlalu diam untuk dicap sebagai pelacur. Bahkan, Aomine yakin benar mengenai ini, untuk melirik lelaki saja gadis itu takkan sudi.

Sembari terus mendengarkan ocehan yang mengalir dari mulut teman sekelompoknya, Aomine menatap gadis itu.

Menimbang.

Menelaah.

Dan akhirnya memutuskan.

“Aku akan sedikit membantunya,” gumam pemuda itu, bertekad.

***
!bersambung!

4 Januari 2018

Aomine Rin

The Story of Aomine Daiki [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang