3

1.9K 216 9
                                    

"Ayo tidur Phí, ini sudah hampir pagi.."

"Eum. Kau saja duluan. Kau yang mudah sakit.. sana pergi jangan ikut-ikutan aku"

"Kau phí yang sering sakit, bukan aku"

Singto tidak lagi menjawab perkataan Krist.
Hanya fokus pada urusan nya yang sepertinya tak lama lagi akan beres.

Omong-omong, Singto juga sudah merasakan berat pada mata nya, sebenarnya.
Dia belum benar-benar istirahat sejak memulai aktifis nya seharian.
Tapi pekerjaan/tugas kali ini sudah harus diserahkan esok hari..
Eh tunggu 😯
Bukan lagi esok kata yang tepat untuk digunakan di sini.. karena saat ini saja sudah masuk pukul tiga dini hari

"Masih belum selesai?"
Krist meletakkan dagu nya di atas pundak Singto untuk ikut melihat hasil kerja lelaki itu pada tugas kuliah nya..

"Eum..."
Singto hanya menjawab dengan gumaman.
Benar-benar fokus dan tidak peduli pada hal lain.
Sementara Krist hanya terus menempel tanpa membantu sedikit pun.

Wajar saja.
Jurusan yang kedua nya ambil berbeda.
Tidak ada yang bisa Krist lakukan untuk menolong Singto dari 'kesibukan nya' perihal sekolah.. Ah, kuliah maksudnya. *aih, itu sama saja.

"Masih lama phí?"

Setelah beberapa menit berlalu, Singto belum juga menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri pekerjaan nya..
Nada suara Krist mulai berubah..
Bukan menuntut bukan mendesak.
Itu seperti perkataan seorang ibu yang melihat anaknya belum tidur demi mengerjakan PR yang tak berkesudahan.

Sebenarnya sangat dapat dimengerti jika Krist merasa simpatik pada Singto dengan tanggung jawab yang dipikulnya.
Krist sangat tau lelaki itu, untuk dapat segera lulus Singto harus benar-benar bekerja keras karena selain daripada mengejar target lulus tahun ini, Singto juga tengah merangkap bekerja aktif sebagai pemain peran.
Sesekali juga menerima tawaran menjadi model beberapa majalah lokal.

Krist sedikit banyak merasa... kasihan mengetahui fakta itu..
Apalagi jika mengingat bagaimana Singto dengan karakter dia yang sebenarnya.
tapi lagi-lagi tak ada yang bisa Krist lakukan untuk sekedar membantu.
Beruntung dia punya p'Jane yang setia.
Mengenai hal apapun yang menjadi tanggung jawab pribadinya, Singto benar-benar ketat.
Dia tak ingin orang lain ikut mengurusi nya.
P'Jane saja yang sudah seperti kakak kandungnya, yang sudah jauh lebih dulu bersama Singto sebagai 'pengasuhnya', tetap tidak bisa menembus batas yang sudah dipasang oleh lelaki muda itu.

"Eummmm.... kau pergilah tidur duluan sana..."

"Aku bisa menunda, phí.. aku kan sudah sempat tidur tadi. P'Sing yang sama sekali belum istirahat. Besok pun aku masih bisa tidur sampai siang.. tapi kau tidak"

Lagi-lagi Singto tidak menanggapi. Bergeming dengan gerakan jari-jari nya yang lincah menekan tuts pada keyboards dan pandangan yang fokus pada layar monitor..

Setelah beberapa saat Singto akhirnya mengeluarkan suara dari mulutnya

"Sedikit lagi"

Krist yang masih setia dengan menopangkan dagunya ke salah satu pundak lelaki muda yang tampaknya tidak terusik itu tersenyum kecil.

"Ciayo phí"

Sambil mengusap usap punggung Singto, Krist mencoba memberinya tambahan semangat..

"Ah!! Akhirnya"

Krist mengambil dirinya dari menempel pada Singto ketika merasakan Singto butuh meregangkan tubuhnya..
Krist tersenyum melihatnya.
Singto menoleh dan melihat nya.

"Ayo"
Kata Krist yang kemudian bangun dari tempat duduknya bersama Singto. Bersama dengan itu, Singto mendongak.

"Aku tidak bisa bangun"
Ekspresi itu...
Bibir Krist terlihat berkedut karenanya.
Singto yang seperti ini benar-benar menggemaskan. Krist tidak segan menyebutnya imut.

"Oke, aku akan bantu phí.. kemana phí perlu pergi terlebih dulu.."

Setelah kesediaan Krist melalui perkataannya itu, Singto mulai berdiri.

"Kamar mandi tentu saja"

"Ayo"

Krist pun menekuk tubuhnya beberapa derajat dan mengambil paha Singto masing-masing dengan tangannya yang secara otomatis membuat Singto melemparkan tubuhnya ke gendongan lelaki yang satu tahun lebih muda darinya itu.

Carrying a koala style

Dengan posisi itu Krist dan Singto saling menatap dan memberi senyuman yang memiliki makna berbeda.
Dengan iseng Singto bergerak menggesekkan hidung mereka yang kemudian menimbulkan senyum lebar pada wajah orang yang menggendongnya.

"Nah"
Krist menurunkan tubuh Singto

"Phí mau aku menunggu?"

Singto tidak menjawab.
Diambilnya sikat dan pasta gigi lalu mulai melakukan ritual sebelum pergi tidur.

"Kau tidak menggosok gigimu?"
Krist menggeleng satu kali dengan tetap memperhatikan wajah Singto

"Oke, tapi jangan sampai aku mencium bau naga ya nanti.."
Perkataan Singto yang belepotan karena mulut yang penuh dengan sikat gigi dan busa itu berhasil membuat Krist memanyunkan bibirnya..
Lalu
dengan malas dia mulai melakukan hal yang sama seperti yang sudah Singto lakukan duluan.

Me: "phí, is not that sweet, brushing your teeth with your bf?"

Singto dan Krist menoleh dan menggeleng secara bersamaan.
😠
Kalian berdua memang payah.
Nasib baik aku sayang.
😂😂





OKELAH INI CUKUP
😘

Matahari & VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang