19

1K 130 11
                                    

"Boy, aku titip Singto lagi ya.."
Singto menoleh cepat ke asal suara. Suara yang sudah sangat dia kenal.

Mendapati p'Jane tengah menghampiri salah seorang staf.. staf yang juga sudah sangat dia kenal.
Boydtuan

Dia menatap pada dua orang yang segera terlibat pembicaraan setelah suara tidak menyenangkan itu masuk ke pendengarannya.

Singto membuat langkah gegas menghampiri dua orang tersebut 

"Phí, kalau mau pergi, pergi saja.."
Dua orang yang sedang bicara itu menoleh, melihat Singto dengan wajah bete berjalan semakin mendekat ke mereka..

"Tidak perlu menitipkan aku terus seperti itu"
Dengan wajah seperti adik tanpa daya Singto hanya mampu melanjutkan protesnya dengan menggerutu di dalam hati. Sangat tidak senang merasa diperlakukan seperti anak kecil.

"Sudahlah kau diam saja. Menurut saja. Pergi sana"
Singto merengut karena p'Jane mengusirnya. Mendorong tubuhnya agar menjauhi mereka.

P'jane selalu seperti itu pada Singto.  Memperlakukan dirinya seperti adik kecil.
Padahal dia sendiri berpikir bahwa dia bisa mengurus urusannya sendiri dan juga menjaga dirinya sendiri.
Tapi p'Jane tidak pernah mempercayai hal itu.

"Iya kau bisa. Jika itu tentang kau dan duniamu sendiri. Jika berurusan dengan orang lain dan pekerjaan kau tidak meyakinkan"
Begitulah p'Jane... yang baik hati tapi kadang menyebalkan.

Bagaimana bisa Singto dianggap tidak meyakinkan ketika berurusan dengan orang lain?
Jika benar begitu apa kabar tugas-tugas dari kampus yang begitu banyak dan berhasil dia kerjakan?
Dan projek-projek yang lainnya juga..

"Iya kau berhasil. Itu bagus. Walaupun kau masukkan juga bumbu keluhan yang tidak sedikit ke dalamnya sampai-sampai tidak hanya aku yang ikut pusing karenanya. Krist yang tidak bersamamu sesering aku pun ikut mengalami imbasnya"

Sial
Singto mencebik.
Tidak menyangkal pada fakta bahwa dirinya memang sering mengeluh begini dan begitu..

Sementara p'Jane yang hampir setiap hari bersamanya hanya bisa ikut merasakan lelahnya. Lelah karena kelelahan dan keluhan 'anak asuh' nya itu.
Tanpa bisa berbuat apa-apa kecuali merawatnya, menjaganya dan nenyemangatinya karena apa yang saat ini sedang Singto jalani adalah sebuah konsekuensi dari pilihannya dan juga sebuah tanggung jawab dari tantangan yang telah dia terima.

Salah satu sebab Krist sering mengejeknya dengan menyebutnya "bayi p'Jane" adalah karena p'Jane benar-benar merawat Singto seperti anak kecil yang amat disayanginya.

Mungkin benar bahwa Singto selalu membutuhkan orang lain dalam banyak hal. Tapi bukankah setiap orang memang seperti itu?
Ya.
Setiap orang pasti membutuhkan orang lain dalam menjalani hidupnya. Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain.
Jikapun ada, itu hanya satu dari seribu manusia.
Dan mungkin Singto adalah seseorang yang 'lain' tersebut.

Singto memang juga butuh orang lain, itu jelas benar. Tapi kebutuhannya itu tidak seperti orang lain.
Apalagi ketika dia sudah mulai rewel alias kambuh perfeksionisnya.

Dia bisa bilang bahwa dia tidak butuh, tapi orang-orang bahkan sangat tahu yang sebenarnya..

 


''''''''''
Setelah diusir p'Jane tadi, Singto merajuk.
Selain karena memang sejak awal dia sedang merasa mulai kehabisan energi, menjadi semakin habis lagi karena pikirannya yang mendadak agak kesal membuat tubuhnya lemas dan bisa kapan saja meletakkan tubuh lemasnya itu dimana saja.

Mengantuk, pikiran terkuras, tenaga hampir habis, dan malah salah satu sumber energi-nya sedang asik sendiri bersama teman-temannya yang lain, jadi tidak tahu bahwa seseorang disini tengah membutuhkan suplay darinya.. atau energi tambahan darinya.

Matahari & VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang