40

818 94 29
                                    

Coba pilih


"Ough"

Singto mengaduh, terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya menerima beban berat pada punggungnya.
Krist yang beberapa saat lalu baru datang, segera merusuhi Singto yang tengah tengkurap di atas tempat tidurnya untuk mengerjakan PR-nya.

"Jangan main laptop sambil tidur, p'Sing.. penglihatanmu bisa cepat rusak"

"Tau"

"Tahu tapi masih melakukan"

"Tanggung"

Singto menyahut dan segera mengambil napas karena beban berat di punggungnya semakin terasa

Krist menopangkan dagunya ke pundak Singto. Dan ketika ia akan ikut melihat ke layar laptop, Singto sudah mematikannya.

"Au?"

Singto menghiraukan reaksi Krist dan hanya menggeliatkan tubuhnya, seperti ia akan mengubah posisi setelah menutup laptopnya itu. Membuat tubuh Krist yang berada diatas punggungnya menjadi terjatuh ke atas bed.

Lengan-lengan Singto segera meraih tubuh itu dan mendekapnya erat secara bertahap.

"Biarkan aku recharge energiku dulu"

Krist mendengus pasrah.

"Dengan begini aku jadi tidak perlu pergi bertemu dokter. Tidak berpikir ingin dirawat di hospital juga"

"Kau benar-benar hiperbolis, singtuan"

"Benar"

"Kalau begitu kenapa tidak katakan terima kasih?"

"Kau sudah melarangku kan?"

"Itu kan di tempat umum, khun"

"Apa bedanya"

"Tentu saja beda.."

Hening mengambil alih waktu diantara keduanya sebelum Singto kemudian menanggapi pertanyaan Krist

"Jadi, haruskah itu?"

"Apa?"

"Mengatakan terima kasih?"

Krist diam.
Iya. Itu tidak perlu. Krist tau. Lagipula itu tidak penting. Untuk apa mengucapkan sebuah kata yang tidak ingin diucapkan.

"Kuharap kau sudah mengerti hanya dengan merasakan.."

"Eum. Aku tahu"

"Meskipun kadang aku juga merasa ingin mengatakannya.."

"Lalu kenapa tidak khun katakan.."

"Tidak tau"

Singto mengeratkan dekapannya ke tubuh Krist. Seperti itu tidak akan pernah cukup

"Aku bisa mati sesak kalau begini, p'Sing"

"Ini masih kurang, sayang. Tapi waktu kita tidak banyak.."

Tak lama setelah Singto menutup mulutnya, Krist melakukan gerakan membungkus tubuh Singto dengan tangan dan kakinya..

Singto secara natural ikut menyamankan dirinya.
Meletakkan dagunya ke atas kepala Krist dan memejamkan matanya

"Kit?"

"Eum?"

"Jika kau harus memilih antara aku dan p'Peck, mana yang akan kau pilih"

"Aku tidak akan memilih"

"Ayolah..."

"Aku tidak akan memilih, khun. Kalian berdua bukan orang yang harus membuat aku memilih salah satu diantaranya.."

Matahari & VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang