7

29.5K 1.3K 78
                                    

Jika ada kekurangan, maaf ya. Belum sempet di edit.

Semoga tetap mau baca.

.○°˙♡˙°○.

"Aku sangat senang saat menerima panggilanmu yang mengajakku bertemu." Elise datang dengan wajah sumringah. Elena mencoba tersenyum walau senyumannya terlihat sangat kaku.

Mereka berdua kini tengah duduk di dalam bar yang sama seperti kemarin mereka bertemu.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan? Apa kau berubah pikiran dan mau membantuku?" Raut antusias terlihat jelas di wajah elise.

"Sebelumnya, aku ingin tau apa kau benar-benar tak bisa hamil? Apa kau harus melakukan ini? Apa kau sungguh tak apa jika suamimu menyentuh wanita lain? Walau dalam kasus ini wanita itu adalah aku, saudara kembarmu tapi tetap saja apa kau rela?" Banyaknya pertanyaan yang elena ungkapkan membuat elise menghela napas panjang. Raut bahagia hilang seketika digantikan kesedihan dan frustasi. Dia menyandarkan punggung ke kursi seakan enggan untuk mengungkapkan kelemahan dan kekurangannya sebagai wanita.

"Aku... " elise menegakkan tubuhnya kembali dan berbicara serius dengan elena. Berharap dengan nenceritakan keadaannya dengan jujur, elena mau membantunya.

"Aku dan brian sudah menikah selama lima tahun lebih. Dan sampai saat ini pernikahan kami belum dikaruniai seorang anak. Kami sudah sering keluar masuk rumah sakit untuk mengecek kesuburan kami. Mencoba pengobatan alternatif atau apapun yang mengatakan bisa membuat seorang istri cepat hamil. Tapi sampai saat ini aku belum juga hamil. Dari hasil pemeriksaan dokter brian dalam keadaan sehat dan subur. Sedangkan aku..." elise menjeda perkataannya, sangat berat untuk mengungkapkan semuanya walaupun kepada saudara kembarnya sendiri.

"Dokter mengatakan aku tak bisa hamil. Sel telurku tidak bagus dan tak bisa dibuahi." Elise menunduk matanya panah dan berkaca-kaca. Siap meneteskan airmata jika dibiarkan beberapa menit lagi.

"Apa tidak bisa melakukan terapi atau program bayi tabung?"

"Bisa, dokter mengatakan itu masih bisa berhasil walau kemungkinannya kecil, tapi kami tidak bisa melakukannya."

"Kenapa?" Kening elena mengerut bingung. Mengapa mereka tak bisa melakukannya? Bukankah suami elise sangat kaya. Dengan melihat penampilan elise saja, elena bisa menebak bahwa suaminya adalah orang yang berkecukupan, atau malah lebih.

"Karena ibu mertuaku tak suka padaku. Dia pasti akan meminta anaknya untuk menceraikanku jika tau aku tak bisa hamil. Rena, ibu mertuaku sudah sejak dulu tak suka. Baginya aku hanya anak yatim piatu yang miskin, tak pantas bersanding dengan putra semata wayangnya yang sangat berkualitas dan memiliki harta berlimpah."

"Dia mengancam brian untuk menceraikanku atau menikah lagi dengan wanita pilihannya jika aku tak hamil juga. Dan batas waktuku tinggal enam bulan lagi. Aku tak mau bercerai ataupun melihat brian menikah lagi. Aku sangat mencintai pria itu. Aku sangat frustasi saat ini. Aku benar-benar tak tau harus bagaimana lagi." Hati elena teriris melihat raut wajah elise yang tersiksa. Seakan dia benar-benar tak bisa lagi menemukan jalan untuk keluar dari masalahnya. Seakan dia akan mati jika hal itu terjadi.

"Dan terlintas ide gila itu begitu saja dalam otakku. Kumohon elena bantu aku." Elise menatap elena dengan intens. Dia tau elena pasti tidak akan membantunya, sangat sulit untuk mendapatkan persetujuan elena untuk membantunya. Tapi hanya elena lah satu-satunya harapan.

"Kau rela melihat suamimu menyentuh wanita lain?"

"Tidak, aku tak rela. Tapi aku harus merelakannya daripada kehilangan dia untuk selamanya. Dan dia menyentuhmu -saudara kembarku, bukan gadis asing lain. Aku yakin kau tak akan merebut brian dariku." Elise sangat yakin dengan opininya itu. Elena tak akan mungkin merebut brian darinya. Elena adalah kakaknya dan wanita itu tak mungkin menyakiti dirinya.

Expensive Baby [Update Di Webnovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang