11

33.1K 1.3K 91
                                    

Happy reading dear..
Buat eka yang nanya'in kapan lanjutannya, gegara berasa digantung kelamaan. Nih aku up.
Hahaha cerita ini molor mulu dari target deadline ku ya.

Maaf ya update malam terus...
Hehehe
.◎°˙♡˙°◎.

Elena baru saja merapihkan penampilannya untuk bersiap pergi bekerja saat Brian datang. Brian juga terlihat lebih fresh namun dengan baju yang sama dengan yang ia pakai semalam. Sepertinya dia belim kembali ke mansion dan langsung pergi kemari.

“Baguslah jika kau sudah siap. Ayo, pergi.” Tanpa menunggu jawaban elena, brian berjalan menuju pintu.
Elena hanya melongo seperti orang bodoh. Karena brian baru saja tiba dan langsung mengajaknya pergi tanpa bertanya atau berkata ingin kemana.

“Mengapa kau masih di sana?” seru brian kesal yang sudah berdiri di depan pintu, tapi elena tak beranjak sedikitpun.

Mendapat tatapan tajam dari brian membuat elena berjalan terburu-buru. Dia tak mau membuat pria itu marah.

Elena terus mengekori brian menyusuri lorong gedung apartemen mewah itu menuju lift. Pikirannya bertanya-tanya, kemana brian akan mengajaknya pergi. Jika seperti ini, elena pasti tidak bisa masuk kerja hari ini. Semoga saja shelina tidak memecatnya. Dia masih membutuhkan pekerjaan di sana.
Saat di mobil pun brian sama sekali tak berbicara atau mengatakan ke mana arah tujuan mereka saat ini. Dan elena terlalu takut untuk bertanya. Bagaimana dia bisa bertanya jika setiap kali matanya bertemu dengan mata brian, hanya ada amarah dan kebencian. Elena tidak ingin memancing amarah brian, lebih baik dia diam.

Mobil brian berhenti di rumah sakit besar di pusat kota. Elena jadi teringat ucapan brian semalam. Perkataan brian yang mengatakan dia tak ingin menyentuh wanita berpenyakitan. Elena mengerti maksud brian. Pria itu berpikir bahwa elena seorang jalang yang menjual tubuhnya ke semua pria dan dia takut jika elena memiliki penyakit kelamin yang menular.

Brian selalu memasang wajah datar dan mata tajamnya. Berjalan begitu cepat meninggalkan tempat parkir, membuat elena kewalahan mengimbangi langkah besar pria itu. Elena bahkan hampir berlari untuk tetap mengikuti brian.

Kini Elena dan Brian sudah berada di ruangan dokter. Brian tersenyum simpul melihat dokter yang bername tag Diana itu duduk di hadapannya.

“Selamat pagi, Brian, elise,” sapa dokter Diana ramah. Brian sama sekali tak membalas sapaan itu. Dia hanya tersenyum simpul sedangkan elena tersenyum canggung.

“Pagi, dok,” ucap elena canggung karena dokter itu menganggap dirinya elise. Ucapan elena membuat Diana mengerutkan keningnya. Dia sedikit bingung, mengapa elise memanggilnya dok? Biasanya wanita itu memanggilnya Diana, karena mereka sudah mengenal lama. Diana salah satu teman Brian dan sudah menjadi dokter kandungan yang menangani elise selama ini.

“Aku ingin kau melakukan pemeriksaan kesehatan padanya,” ucap brian tanpa basa-basi.

“Pemeriksaan? Apa ada yang salah?”

“Tidak, aku ingin kau memeriksa apa dia bersih dan aman, lalu kapan waktu suburnya?” Diana semakin mengernyitkan keningnya bingung.

“Apa maksudmu? Bukankah kau sudah tau kapan waktu suburnya? Dan apa makusudmu memeriksa apakah dia bersih dan aman? Jangan bilang, jika kau berpikir elise memiliki penyakit kelamin.” Mata brian melotot marah mendengar ucapan diana.

“Jangan asal bicara diana. Elise-ku tidak mingkin seperti ini. Dan dia bukan elise.”

“Apa maksudmu?”

“Dia elena, saudara kembar Elise.”

“Apa?” Dokter cantik itu menatap elena penuh selidik. Setelah memperhatikan elena lebih intens, akhirnya dia menyadari jika wanita di hadapannya ini bukan temannya elise. Elise tidak mungkin menunduk dan salah tingkah saat ditatap diana.

Expensive Baby [Update Di Webnovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang