Pasti pada nungguin kelanjutan cerita ini. Apalagi part 13 ini yang sempet gw buat spoiler bakalan ada scane bobol gawang atau gk di author note part 12 kemarin.
Dan maaf lama update ya. Seminggu lebih kayanya. Dan si eka always nanya kapan ini cerita selesai dan po. Gw berharap cepat, semoga aja biar gw bisa nulis kelanjutan ff stone heart. Ff yang lebih dari setahun gk tamat2. Wkwkwkwk.
Happy reading, dear.
.◎°˙♡˙°◎.
Tiga hari telah berlalu, hari ini adalah hari subur elena. Dan seperti yang dikatakan brian. Pria itu akan menyentuh elena hari ini. Sejak pagi elena sudah tak tenang. Jangungnya selalu berdegup kencang. Dia bahkan izin untuk tidak bekerja karena tak bisa menenangkan kegelisahan hatinya. Dia takut dan tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Tak sanggup membayangkan ada seorang pria yang melihat tubuhnya polos, menyentuhnya bahkan mengisi tubuhnya.
Elena juga tak tau kapan brian akan datang, hal itu yang membuat dia semakin gelisah tak menentu.
Hari sudah malam dan hal itu semakin membuat elena gelisah. Brian tak mungkin lupa akan hari ini. Itu artinya sebentar lagi pria itu pasti akan datang. Elena bahkan tak menjenguk diego hari ini, dia hanya menanyakan keadaan pria itu melalui mira. Menelpon mira untuk memastikan keadaan diego baik-baik saja.
Suara pintu apartemen yang terbuka menyentak tubuh elena. Tubuhnya berdenyit pelan dengan degup jantung yang berdetak sangat cepat. Elena menatap ke arah pintu apartemen. Disana brian baru saja masuk. Dia sedang menutup pintu dan melepaskan sepatunya. Tampilannya sedikit brantakan. Dia mengnakan kemeja putih yang lumayan kusut dengan lengan yang digulung hingga ke siku. Dasi yang sudah tak rapi dan jas yang ada di genggamannya.
Mata brian terkunci dengan mata elena. Membuat elena semakin gelisah dan takut. Karena mata tajam itu sangat mempengaruhinya.
"Cepat siapkan air hangat untukku! Aku ingin mandi terlebih dahulu." Brian berjalan menuju sofa yang ada di samping elena. Elena hanya diam dengan terus memandang ke arah brian.
"Apalagi yang kau tunggu? Cepat siapkan air hangat!" bentak brian kesal melihat elena yang diam saja. Elena dengan terburu bangkit dan masuk ke dalam kamar untuk menyiapkan air hangat.
Saat elena sudah selesai dan keluar dari kamar mandi dia terkekut mendapati brian yang sudah ada di dalam kamar tepat di hadapannya. Elena diam mematung.
Brian hanya diam dengan mata yang terus menatap setiap jengkal tubuh elena dengan intens. Membuat elena semakin grogi dan tak nyaman. Dia ingin kabur dari sana tapi kakinya seakan dipaku ke lantai.
"A-airnya sudah...."
"Kau mandilah di kamar mandi luar." perlataan brian membuat elena mengerutlan keningnya.
"Tapi aku sudah mandi."
"Kubilang mandi, ya mandi. Bersihlan seluruh tubuhmu. Alu tak ingin menyentuh wanita kotor." Setelah mengatakan itu brian langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Elena masih berdiri mematung di depan pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Hatinya bagai diiris sembilu saat mendengarkan ucapan tajam brian. Mata elena bahkan sudha berkaca-kaca.
Elena menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Lalu keluar kamar untuk mandi di kamar mandi luar.
Elena berdiri dengan kikuk di depan pintu kamar. Dia sudah selesai mandi dan hanya mengenakan bathrobe. Dia lupa mengambil bajunya yang ada di dalam lemari kamar.
Menarik napasnya panjang dan menghembuskannya perlahan. Berulang kali elena melakukan itu untuk menenagkan degup jantung dan kegelisahannya. Namun semua tak berguna. Elena masih tetep gugup seiring berjalannya waktu.
Dengan tangan yang bergetar elena membuka pintu dan masuk ke dalam. Brian sudah selesai mandi. Pria itu tengah duduk di tepi ranjang dan sedang menelpon. Elena berdiri diam di tempatnya. Tak tau harus melakukan apa.
Brian melirik ke arah elena dan hal itu membuat elena menunduk takut. Pria itu hanya mengenakan boxer tanpa memakai kaos apapun. Tubuh atasnya terekspos dengan sangat jelas.
Rasa panas mulai memenuhi pipi elena. Ini pertama kalinya dia melihat seorang pria shirtless secara langsung selain diego. Dan tubuh brian benar-benar membuat pipi elena memanas. Tubuh dengan bahu yang lebar dengan otot-otot yang kuat dan sixpack yang terbentuk di perutnya.
Oh My God, elena tak bisa berkata-kata. Pria di hadapannya ini punya tubuh yang sangat menarik. Bahkan seorang perawan seperti elena saja langsung memikirkan hal-hal vulgar saat melihat tubuh shirtless nya. Bagaimana jika jari jemari elena menyentuh otot itu? Menyusuri bagaimana rasanya menyentuh perut sixpack seorang pria. Elena menggeleng pelan, mengusir keinginan erotisnya. Tidak seharusnya dia berpikiran seperti itu.
Brian menyudahi panggilannya dan meletakkan ponsel di atas nakas. Lalu berbalik dan menatap elena. Menyadari brian yang sudah menutup panggilannya dan merasakan tatapan tajam di hadapannya membuat elena semakin gugup dan takut.
"Mengapa kau hanya berdiri disana? Cepat kemari! Jangan bertingkah seolah kau masih seorang perawan," ucap brian tajam.
Elena sama sekali tak sakit hati dengan ucapan tajam itu. Dia lebih gugup dan takut. Elena sangat ingin kabur dari kamar ini. Dia belun siap. Elena tak ingin melakukan hal itu dengan pria yang tidak dia cintai.
Elena berjalan mendekati ranjang. Dan berdiri tak jauh dari Brian. Tingkahnya itu membuat brian berdecak kesal.
"Apalagi yang kau tunggu? Lepaskan bathrobe-mu dan berbaring di atas ranjang."
Jantung elena berdegup semakin kencang. Tangannya bahkan bergetar menarik simpul bathrobe di pinggangnya. Lalu meloloskan dari tubuhnya. Elena menunduk sangat dalam. Malu dengan keadaannya yang polos di depan brian. Ini pertama kalinya ada seorang yang melihat tubuh polosnya.
Elena diam dan bergerak untuk naik ke atas ranjang lalu berbaring telentang. Wajahny dialihkan ke arah kanan. Membuang jauh pandangannya dari arah brian. Elena menunggu dengan cemas. Setiap detik terasa begitu lama bahkan waktu seperti tidak berjalan. Elena sangat ingin malam ini segera berakhir. Bisakan dia tidur saja. Dan berharap terbangun dengancepat. Karena elena tak sanggup menghadapi malam ini. Malam pertama dimana elena membiarkan pria asing menyentuh dan mmeenggut kesuciannya.
Brian bangkit berdiri melepaskan penutuh tubuhnya dan ikut menaiki ranjang. Merangkak dan menopang tubuhnya di atas elena. Matanya menatap wajah elena yang tepat berasa dibawah kuasanya. Wajah yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Sesungguhnya ini adalah hal mudah karena elena memiliki wajah yang sama dengan istrinya. Tapi tidak. Brian sadar betul bahwa wanita yang ada dibawahnya bukanlah elise. Dia wanita matre yang memanfaatkan kesusahan elise. Wanita uang menyetujui hal gila ini hanya demi uang semata.
Brian mendengus dengan pandangan meremehkan. Merasa muak dengan tingkah elena yang membuang wajahnya. Brian tak akan termakan dengan alting wanita itu. Akting seakan elena adalah seorang gadis perawan. Bullshit! Tentu saja brian tak akan percaya. Wanita seperti elena pasti sudah sering tidur dengan berbagai pria di luaran sana.
Brian mengabaikan wajah elena yang memerah. Dia harus melakukan semua ini dengan cepat. Dia tak ingin berlama-lama dengan elena. Dia ingin menyelesaikan semua ini dan pulang. Brian rindu dengan istrinya dan ingin tidur sambil memeluk wanita itu.
"Jangan harap aku akan memberikanmu kenikmatan karena kita bukan bercinta tapi sex. Dan aku akan melakukannya dengan cepat dan kasar. Aku ingin ini cepat berakhir agar aku bisa pulang cepat." Elena hanya mengangguk pasrah.
---------tbc---------
140318
Hayoooo pada nyari bagian nc alias adultnya ya.. Maaf bagian adult sudah dihapuskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Expensive Baby [Update Di Webnovel]
Aktuelle Literatur"Maukah kau tidur dengan suamiku hingga hamil dan melahirkan anaknya?" Elena Wasley bertemu kembali dengan kembarannya, Elise. Dia meminta bantuan Elena untuk mengandung anak dari suaminya, Brian Fernandez. Tentu saja, Elena menolak karena sebentar...