18

31.9K 1.5K 266
                                    

Malam dear, aku up ini buat nemanin kamu yang malam minggu di rumah aja.
*padahal aku sendiri di rumah aja malam ini. Hehehe..

Part ini panjang loh sampe 2200word. *keliatan banget ngenes di rumah gk malam mingguan jadi nulisnya bisa panjang gini kekekekeke..

Oh ya, jika ada kesalahan dalam istilah medis yang kutulis mohon info ya.

No edit dan full ranjau typo

Happy reading, dear.

.◎°˙♡˙°◎.

Sudah dua minggu berlalu sejak hari terakhir brian menyentuh elena. Hari ini saatnya pemeriksaan. Apakah benih brian sudah tumbuh berkembang atau belum?

Elena sengaja meminta libur bekerja untuk pemeriksaan ini. Kini elena dan brian tengah duduk di ruangan diana.

"Kau bisa ke kamar mandi di depan dan menampung air senimu ke dalam wadah ini." Diana memberikan sebuah wadah berbentuk mangkuk kecil yang sedikit pipih ke arah elena.

Wanita itu mengangguk, berjalan keluar ruangan dan masuk ke kamar mandi yang tak jauh dari sana. Tak berapa lama elena sudah kembali dengan membawa sample urine nya di dalan cawan itu. Dia meletakkannya di atas meja. Dan diana melakukan tugasnya. Dia mengambil salah satu alat tes kehamilan. Brian menatap setiap gerak gerik diana.

"Kita harus menunggu sebentar. Akan muncul garis merah disini. Jika muncul dua garis merah itu berarti dia tengah hamil dan kau berhasil." Mata brian menatap lekat alat tes kehamilan itu. Satu garis sudah muncul. Perlahan tapi pasti muncul satu garis merah baru. Itu berarti ada dua garis merah di sana. Brian dengan cepat mendongak menatap diana. Dan wanita itu juga melihatnya. Mata brian memandang lekat diana, seakan meminta kepastian wanita itu akan apa yang kini tengah brian pikirkan. Diana tersenyum dan mengangguk. Brian membesarkan matanya. Bertanya dengan nada auntusiasme yang tinggi, "Dia hamil? Dia sedang hamil?"

"Ya, brian. Kau sebentar lagi akan menjadi ayah." diana tersenyum menatap sahabatnya itu.

"Hamil anakku?" brian masih tak percaya. Diana mengangguk sekali lagi.

"Astaga, ya Tuhan. Aku tak percaya ini. Akhirnya aku akan mempunyai anak." senyuman lebar muncul di wajah brian. Bibirnya tertarik membentuk senyuman yang sangat lebar menunjukkan betapa bahagianya saat ini. Dia akan memiliki keturunan. Seorang anak yang akan mirip dengannya. Brian junior. Astaga, luapan kebahagiaan tak bisa brian sembunyikan. Dia bahkan dengan cepat memeluk elena erat. Lalu beralih memeluk diana.

"Aku tak sabar membayangkan akan ada brian junior. Jagoan kecil atau tuan putri. Diana bisakah kita mengetahui jenis kelaminnya saat ini?" diana hanya menggeleng pasrah.

"Tentu saja tidak. Usia kandungannya baru tiga minggu. Jadi kita tak bisa mengetahuinya."

"Aku harus menghubungi elise untuk memberi tahunya tentang kabar bahagia ini. Tolong periksa ulang dengan seksama dan periksa apa kandungan baik atau tidak." setelah mengatakan itu brian keluar ruangan dengan ponsel yang menempel di telinganya, menggubungi elise sesegera mungkin.

Elena masih diam di tempat duduknya. Bibirnya mengukir sebuah senyuman melihat antusiasme dan kebahagiaan pria itu saat mendengar kabar kehamilannya. Elena juga senang dengan kabar itu. Akan ada mahluk kecil yang tumbuh dan bergantung hidup dalam tubuhnya selama sembilan bulan. Tapi ... bayi itu bukan miliknya. Entah mengapa rasa bahagia elena tak sebesar milik brian. Mungkin jika dia berada dalam keadaan yang berbeda saat ini. Elena juga akan berteriak senang. Seandainya ini adalah anak diego. Seandainya dia hamil dalam ikatan pernikahan. Dan seandainya elena tak terikat kesepakatan gila itu. Mungkin saat ini elena menjadi wanita yang paling bahagia.

Expensive Baby [Update Di Webnovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang