1 - Manis-manis Diabetes

79 12 11
                                    

Sakitnya enggak seberapa
Malunya yang masih ngena.

°°°°°°

Matahari menyingsing di ufuk timur, menampakkan cerahnya pagi ini. Begitupun dengannya, si gadis manis berlesung pipit yang beranjak pergi kuliah. Wajahnya yang mirip dengan Nabilah Jkt48 itu menyetop bus yang ada di halte dekat perumahannya.

Jika Nabilah memiliki wajah yang ceria, selalu di kenal banyak orang. Berbeda dengannya, ia adalah gadis biasa yang sama sekali tidak populer ataupun memiliki banyak teman. Namun, gadis itu termasuk salah satu mahasiswi yang aktif di kelasnya.

"Hai Lun." sapa seorang pemuda yang tiba-tiba duduk disebelahnya itu.

Laluna Kahira namanya, ia merupakan mahasiswi disebuah Universitas swasta di Jakarta. Dengan jurusan Akuntansi. Dan pemuda yang ada disebelahnya itu adalah teman dari SMA nya yang sekarang juga kuliah ditempat yang sama. Tetapi dengan mengambil jurusan Sastra Indonesia. Karena menurutnya Sastra adalah hidupnya. Seperti Laluna yang selalu jadi pendamping hidupnya. Eh.

"Lo lagi ada mata kuliah pagi, Ga?"

Pemuda tampan dengan senyum yang selalu terpancar. Namanya Gara, teman Laluna yang paling nyebelin, tetapi juga kata-katanya lah yang selalu menjadi candu. Entahlah.

"Enggak sih, cuman pengen ke kampus aja biar bisa ketemu lo."

Laluna mendecak, selalu seperti itu. Ia sudah biasa dengan gombalan Gara. Ia sudah terlalu kebal kalau harus menanggapi hal-hal semacam itu. Awalnya ia bukanlah gadis tegar seperti sekarang ini. Di setiap gelas kaca yang bersih pasti akan pecah apabila terjatuh ataupun sengaja di jatuhkan. Sama halnya seperti Laluna, ia memiliki masa yang membuatnya terlihat buruk seburuk-buruknya.

"Gue tuh suka lagi liat senyum manis lo. Kayak ada deg-deg an nya gitu." goda Gara yang membuat sedikit rona merah muncul dipipinya.

"Ga, masih pagi. Gausah gombal"

"Lo tau gak? Karena gue mau ketemu lo. Hari ini gue nggak minum susu buatan Bunda." ceritanya sambil mendramalisir.

"Kenapa?"

"Soalnya lo udah kemanisan. Takut kena diabetes."

Bus berhenti di depan gerbang kampus. Mereka turun, berjalan dengan beriringan. Laluna berbelok pergi kekelasnya. Namun, mengapa Gara masih saja terus mengikutinya. Jelas-jelas fakultas mereka berbeda.

"Ga, lo ngapain ngikutin gue?"

"Gue lagi mau ketemu Lisa, temen sekelas lo."

Laluna berdehem, ia tidak ingin tahu urusan Gara. Buat apa ngurusin privasi orang lain. Toh, urusan kita aja belum tentu diselesaiin.

Ia berjalan menuju bangkunya, mengabaikan Gara yang sedang berbicara denga teman sekelasnya itu. Mengingat cowok itu, Gara bukan tipe cowok yang banyak bergaul dengan perempuan. Hanya Laluna saja. Hanya? Laluna mikir apa sih?

"Lun, ada yang nyari. Didepan."

Laluna beranjak dari tempat duduknya keluar kelas melihat siapa yang mencarinya karena teman sekelasnya yang memberitahunya.

"Nanti ada kumpul BEM U."

"Iya"

Cowok itu pergi begitu saja setelah memberitahukan hal tersebut. Sudah menjadi hal biasa mengenai tingkah laku nya yang dingin. Ia adalah ketua BEM U yang ada di kampusnya itu. Laluna menjadi sekretaris, jadi ia termasuk teman seorganisasi Laluna.

Setelah itu, Gara juga pamit pergi. Entah kenapa cowok itu buru-buru pergi dari kelas Laluna. Aneh.

***

Selesai mata kuliah yang berlangsung dengan ditemani dosen yang super killer itu Laluna beranjak menuju ruang BEM.

Nihil. Belum ada satu orangpun yang hadir di ruangan tersebut. Apa ia kecepetan? Rasanya tidak mungkun. Biasanya jam-jam segini mereka udah mulai rapatnya. Apa pulang lebih baik Laluna pulang saja. Benar.

Saat akan membalikkan kakinya keluar ruangan tiba-tiba ketua itu datang.

"Kok sepi? Yang lain kemana?" tanya Laluna.

"Kita aja, ada yang mau gue bahas mengenai pengajuan proposal.", jawabnya sambil duduk membuka laptopnya.

Setelah selesai rapat, Laluna buru-buru pamit pulang. Karena melihat cuacanya yang sepertinya mau hujan saja. Padahal tadi terang benderang.

"Bareng gue aja."

"Enggak usah, makasih Van."

Cowok itu hanya menjawab dengan kata oke, kemudian pergi berlalu begitu saja. Sungguh si kutub utara memang menjengkelkan.

Laluna berdiri di depan halte menunggu bus datang. Saat akan masuk medalam pintu bus ia terpeleset karena hujan telah mengguyur. Alhasil, malulah dia. Buru-buru ia masuk dan duduk di bangku penumpang dengan wajah merah padam. Dan tentunya menahan sakit yang amat sedikit nyeri di pinggang. Sialan.

"Lo, nggak apa-apa kan?" tanya gadis cantik disebelahnya itu.

"Ah, iya. Gue baik-baik aja."

"Biasanya dibalik kata baik-baik saja, pasti ada yang tidak baik-baik saja. Gue tau, sakitnya nggak seberapa. Malunya yang masih ngena." canda gadis itu sembari tersenyum.

Laluna tertawa, benar sekali apa yang di ucapkannya.

"Lo, Laluna anak BEM kan?"

"Iya, kok lo tau?"

"Iya, gue pernah liat lo barengan sama cowok gue. Kayak lagi ngebahas masalah kegiatan gitu."

Laluna menyerngit, ia bingung. Cowok? Laluna mengingat kembali. Kemungkinan gadis disampingnya itu adalah pacar dari salah satu teman organisasi nya itu. Tapi siapa?

"Gue Kiara."

Laluna menyambut tangan gadis tersebut dengan tersenyum canggung. Sesaat ia tersadar menanyakan siapa cowoknya itu. Namun, gadis tersebut buru-buru turun dari bus sembari melambaikan tangannya kearah Laluna.

***

Masih diruang rapat, ia termenung sendirian. Hatinya masih saja berdegup kencang mengingat perempuan barusan. Dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Ada apa dengannya?

"Van, lo ngapain masih disini?" tanya Vino yang masih tiba-tiba datang. Ia adalah teman sekelasnya.

"Gue mesti gimana?"

"Lo harus milih salah satu. Sebelum memulai hubungan lebih baik akhiri dulu hubungan lo yang belum selesai." jawab Vino dengan menepuk bahunya pelan.

Vino adalah temannya dari jaman SMP. Ia tau seluk beluk bagaimana temannya itu.

"Vin, gue gak bisa. Pilihan terlalu menyulitkan"

Kalimat terakhir yang diucapkan Kevan lalu berlalu pergi. Kevan Pratama namanya. Ia adalah mahasiswa jurusan Teknik Informatika. Ia tidak tau lagi harus bagaimana. Yang jelas ia akan mempertahankan dan mencobanya. Untuknya. Untuk dia.



To be continue.

Kalau mau lanjut vote dan comment ya.

Salam manis dari ku 💗.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang