Kebaperan melibatkan
perasaan dan gangguan kejiwaan.°°°°°°
Kevan pergi menemui pacarnya. Karena malam ini adalah jadwal kencannya. Ia pergi menggunakan motor sportnya. Yang menjadi nilai tambah Kevan adalah ketampanan dan cool. Ia juga termasuk mahasiswa keren yang ada di kampusnya. Hanya saja sifatnya yang membuat banyak orang segan menyapanya.
"Hai pacar, sini masuk dulu."
"Kita langsung aja Ra."
Pacarnya itu kembali kedalam mengambil tasnya. Lalu, menaiki motor pacarnya itu dan pergi nonton. Dalam perjalanan mereka masih hening-hening saja. Sampai cewek itu memulai pembicaraan.
"Van, lo tau gak. Dalam seminggu ada hari yang paling gue sukai."
"Hari apa?"
"Hari ini, Jum'at. Karena malam sabtu inilah yang menjadi malam kencan kita. Gue seneng bisa bermalam sama lo meski harus nongkrong di warung Pak Rusdi. Meski cuman lo main kerumah gue. Itu adalah hal terindah yang pernah gue lakuin sama lo." jelas gadis itu dengan panjang lebar.
Kevan hanya tersenyum simpul menanggapinya. Kata-kata seperti itu bisa membuat keputusannya goyah. Entahlah.
"Udah sampai sayang."
Sayang? Kevan barusan bilang sayang? Rasanya Ara seperti di terbangkan saja. Sebut saja alay. Memang, Kevan jarang sekali mengucapkan atau memberi panggilan pacarnya itu selain memanggil namaya saja.
"Iya pacar, kita beli cemilan dulu ya. Gue laper, tadi belum sempet makan."
"Kita beli makan aja, gue nggak mau lo sakit."
Kevan termasuk cowok idaman. Meski terbilang dingin dia cowok yang begitu menyayangi pacarnya itu. Ara, ia adalah teman sekampusnya. Meski beda jurusan tapi mereka adalah pasangan yang sempurna. Fakultas yang sama dengan Gara, mengambil jurusan Sastra Inggris.
Sebenarnya Ara adalah tipe cewek yang friendly. Mudah bergaul dengan siapa saja. Berbeda sekali bukan dengan pacarnya itu.
***
Hari ini Laluna tidak kemana-mana. Malam sabtunya yang biasa di gunakan teman-temannya kencan. Ia dirumah saja. Mengapa? Karena pacarnya saja ia tak punya. Lagian buat apa keluar, buang-buang duit saja. Mendingan dirumah, belajar.
"Lun, ada Gara dibawah." ucap Mamanya yang nongol di depan pintu kamarnya.
Laluna yang tadinya dikamar turun menemui tamu tidak diundangnya itu.
"Ada apa kesini?"
"Jalan yuk Lun. Masak malam sabtu lo dirumah mulu. Sekali-kali lah kita kencan."
"Enggak minat. Udah lo sendiri aja sana."
Gara berdecak, Luna nya selalu seperti itu. Lunanya? Nya? Luna nya Gara? Lo mikir apasih Gar? Kayaknya otak Gara sedikit geser.
"Lun sekali aja, ntar gue yang traktir deh. Gue lagi pengen curhat juga."
Laluna tidak tahan dengan wajah yang sok melasnya itu. Akhirnya ia mengiyakan permintaan Gara.
Malam ini Gara mengajaknya ke warung depan taman yang tidak jauh dari kampusnya. Tempat itu adalah langganan para mahasiswa yang kuliah di kampus tersebut. Setelah sampai mereka memesan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance
Teen FictionLaluna adalah seorang gadis pendiam yang menjadi tambatan hati oleh laki-laki yang telah memiliki kekasih. Bukan salahnya, salah laki-laki ataupun salah kekasihnya. Ini mengenai perasaan, yang sejatinya tidak bisa dipaksakan, maupun dihentikan. "Gue...