6 - Satu Atau Dua

24 2 0
                                    

Jangan pernah memberi janji, kalau tidak mau menepati.
Jangan pernah memberi hati, kalau tidak ingin memiliki.

°°°°°°

Tepat saat pukul 9, Laluna terbangun. Terkejut melihat nakas yang terdapat jam bekernya. Astaga, ia kesiangan. Bahaya.

Segeralah ia beranjak dari tempat tidurnya untuk mandi dan bersiap-siap pergi kuliah. Bagaimana ia bisa sesiang ini bangun? Padahal hari ini mata kuliahnya dimulai pukul setengah 8. Sudah pasti, sampai disana pelajaran selesai. Yasudahlah. Sekalian bolos saja. Ekspetasinya.

Nyatanya ia harus menghadiri acara pertandingan basket di kampusnya. Ia teringat permintaan Kevan yang memintanya untuk datang menyemangatinya. Dengan sennag hati Laluna menyetujuinya.

Selesai berdandan, ia bergegas turun mencari Mamanya. Sejenak ia teringat. Bukannya Mamanya sudah berangkat kalau jam segini. Ah bodoh kamu Lun.

Kalau begitu ia harus naik bus. Tapi sudah pasti akan lama nunggunya, belum lagi macet. Luna kena sial. Sebuah ide cemerlang terlintas di benaknya. Naik sepeda.
Ia mengayuh sepeda gunungnya yang berwarna putih. Dengan sekuat tenaga dibawah terik matahari yang panas dan tentunya tanpa stamina yang kuat karena mengingat ia belum makan sesuap nasi pun. Kasian kamu Lun.

Sampai di kampus, ia langsung menuju lapangan basket. Nampaknya pertandingan baru dimulai.

"Lun, lo kenapa?" tanya Lisa ketika melihat temannya itu seperti dikejar mantan. Eh, di kejar anjing maksudnya.

Dengan tangan kanan menyeka keringatnya, dan tangan kiri mengibas-ibaskan ke arah wajahnya berharap sedikit angin melaluinya.
"Pertandingannya, udah lama mulai?"

"Enggak, barusan kok Lun." jawab Lisa. "Mau liat Gara ya?"

"Iya" jawabnya dengan asal-asalan.

Laluna menoleh sejenak, lalu memfokuskan kembali kearah lapangan. Ngomong-ngomong, tadi Lisa mengatakan Gara? Astaga, bukannya hari ini dia juga ikut pertandingan. Bodoh. Bagaimana Laluna bisa melupakannya?

Terus Laluna akan mendukung siapa? Kevan atau Gara? Memang sih mereka satu tim. Karena melawan kampus lain. Tapi tetap saja, jika ia membeli minuman untuk mereka. Akan ia berikan ke siapa dulu. Kevan atau Gara? Sungguh menyulitkannya.

Ingin rasanya Laluna pergi saja dari lapangan untuk tidak memilih diantara mereka. Tetapi tiba-tiba Laluna teringat, buat apa pusing-pusing memikirkannya. Memangnya Laluna siapanya mereka? Aih, kepedean kamu Lun.

Laluna pergi meninggalkan lapangan, bukan untuk pergi. Melainkan untuk ke kantin membeli minuman untuk mereka.

***

Break berlangsung selama 15 menit. Mereka kembali menyusun strategi tim. Setelah itu Gara tampak berjalan kearah Kevan yang terlihat menyeka keringatnya dengan handuk kecil.

"Sejak kapan lo deketin Laluna?"

"Bukan urusan lo." jawab Kevan tanpa menoleh sedikitpun kearah Gara.

"Gue tau, lo punya cewek. Jadi jangan sekali-kali lo permainkan perasaan Laluna. Karena karma pasti akan tiba pada saatnya." ancam Gara.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang