Sebuah panggilan memang bukan yang utama dalam hubungan. Tetapi tanpa panggilan spesial dari pacar, rasanya akan hambar.
°°°°°°
Satu kata untuk Laluna. Kecewa. Apa yang selama ini ia percayakan kepada Kevan. Hilang. Semua yang Laluna bayangkan dalam imajinasinya, lenyap. Seharusnya dari awal Laluna tidak menaruh hati padanya. Seharusnya Laluna tetap pada pendiriannya. Seharusnya, ah Laluna capek. Ia lelah.
Rasanya Laluna ingin pulang menemui kasurnya. Ia tidak ingin berlama-lama disini. Untuk kedua kalinya, Laluna tersakiti oleh hati yang tak pernah memberikan arah pasti. Laluna sekarang tau bahwa Kevan dan Kiara memiliki hubungan, ia teringat ucapan Kiara saat di bus. Orang yang di maksudnya pacar adalah Kevan. Sungguh menyakitkan.
Saat ini ia sedang berada di rooftop kampus. Tiba-tiba susu kotak menghampiri pipinya. Ia menoleh siapa yang mengulurkan susu kesukaannya itu padanya.
Gara tersenyum melihat Laluna mau menerima susu darinya. Ia selalu ingat setiap Laluna sedih susu yang selalu mengobati.
"Lun, kalo sakit bilang. Gue disini. Ada bahu gue buat sandaran lo. Ada tubuh gue buat peluk lo. Bisa lo manfaatin adanya gue disisi lo?"
Tanpa berkata apapun Laluna memeluk Gara. Erat. Ia seolah menyalurkan kesedihan yang amat mendalam pada Gara.
"Sakit Ga." ucap Laluna yang terus menangis.
Gara terdiam, memdengarkan apa yang Laluna curahkan. Ia bisa menyimpulkan bahwa Laluna memiliki perasaan terhadap Kevan. Mendalam tidaknya ia tak tau. Yang ia tau Laluna begitu mengharapkan Kevan.
"Gue salah apa?" tanya Laluna. "Dia jahat banget ke gue Ga.".
"Lun, lo nggak salah. Dia yang sengaja menyembunyikan semuanya. Gue minta maaf karena gue nggak ngasih tau lo dari awal. Karena gue takut lo kayak gini."
"Gue orang ketiga, Ga."
"Enggak Lun, lo hanya korban. Kalian korban kebejatan Kevan. Gue pengen kasih pelajaran. Tapi gue tau gue nggak berhak ikut campur dalam sebuah hubungan. Cuma lo yang wajib menyelesaikan."
"Gue udah mengkhianati Kiara, padahal dia baik sama gue Ga. Gue jahat banget ya Ga. Gue pelakor." Ucap Laluna lirih dengan senyum mirisnya.
"Lun udah." tenang Gara.
"Ga, gue pengen pulang"
Tanpa mengucap sepatah katapun Gara membawa Laluna pergi dari kampus. Membawanya ke tempat dimanapun asalkan tidak pulang. Karena tidak mungkin rasanya memulangkan Laluna dalam keadaan yang mengenaskan.
***
Sedari tadi Kevan tidak menyimak apa yang dosen sampaikan di depan kelas. Pikirannya mengarah ke Laluna. Bagaimana keadaan Laluna nya. Tunggu, Laluna nya? Masih pantas ia menyebut miliknya. Ia sudah banyak menyakitinya. Apa yang harus ia lakukan.
Tiba-tiba Kevan berdiri dari tempat duduknya melangkah keluar setelah ijin dari dosen dengan mengatakan bahwa ia pergi ke toilet. Ia berjalan menuju fakultas ekonomi. Mencari dimana Laluna berada. Ia harus menjelaskan semuanya.
Namun, saat melihat kelas Laluna. Ia malah tak menjumpai gadis itu. Bahkan teman sekelas Laluna bilang hari ini ia tak melihat Laluna sama sekali. Bukankah Kevan tadi bertemu dengan Laluna diparkiran dengan Gara. Sepertinya ia tau harus kemana.
Tetapi niatnya ia urungkan karena mendengar getaran telepon dari saku celananya. Padahal ia sudah mau menaiki motornya.
Kiara ❤ : Van, lo dimana? Gue di depan kelas lo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chance
Teen FictionLaluna adalah seorang gadis pendiam yang menjadi tambatan hati oleh laki-laki yang telah memiliki kekasih. Bukan salahnya, salah laki-laki ataupun salah kekasihnya. Ini mengenai perasaan, yang sejatinya tidak bisa dipaksakan, maupun dihentikan. "Gue...