4 - Bidadarinya

29 6 5
                                    

Setiap perasaan tidak akan selalu berakhir pacaran, bisa jadi mereka cuma sekedar temenan.

°°°°°°

Seminggu berlalu sejak hari dimana Kevan mengajaknya ke tempat indah itu. Sejak saat itu hubungan mereka semakin dekat. Sejenak Kevan melupakan seseorang yang penting di hatinya. Ara, pacarnya.

Entah mengapa juga, Kevan sedikit malas mengaktifkan ponsel yang biasa ia gunakan sehari-hari. Akhir-akhir ini ia lebih sering menggunakan ponsel lamanya. Apalagi semenjak hubungannya dekat dengan Laluna.

"Lun pulang ngampus, gue mau ajak lo ke tempat itu lagi."

Laluna menoleh. "Beneran?" wajah antusiasnya membuat Kevan semakin gemas melihatnya.

Kevan menganggukkan kepalanya. Ia bahagia, sangat. Melihat Laluna bahagia ia jauh lebih bahagia ditambah yang membuat Laluna bahagia adalah dirinya.

Banyak perubahan yang ada dalam diri Kevan. Tidak ada lagi Kevan yang dingin, yang ada hanya Kevan yang senantiasa memasang wajah bahagianya didepan Laluna.

***

"Lun hari ini kita nginep ya. Besok kan weekend." ujar Kevan saat mereka dalam perjalanan pulang.

Laluna menjawab. "Tapi mana di bolehin sama Mama. Boro-boro pergi kesana. Main kerumah temen aja sering di telfonin."

"Gue yang ngijinin."

Sampai di rumah, Laluna pergi ke kamar menyiapkan segala hal yang mungkin di perlukan untuk kesana. Sementara Kevan yang meminta ijin terhadap Mamanya. Entah apa yang diucapkan cowok itu, tiba-tiba Mamanya menyetujuinya.

"Ma, kita berangkat dulu ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati."

Mereka berangkat. Saat di perjalananpun sesekali mereka bercanda.

"Van, menurut lo. Antara melukai atau dilukai. Lo lebih milih mana?" tanya Laluna yang tiba-tiba mengajukan pertanyaan semacam itu.

"Daripada gue dihadapkan oleh dua pilihan. Lebih baik gue diberikan sebuah kesempatan." sebelum Laluna mempertanyakan kembali, ia menyela. "Sama halnya, dalam hubungan. Jika sama-sama sayang, mereka akan jauh dari kata pisahan. Pertahankan yang menurut lo membahagiakan. Dan tinggalkan yang menurut lo menyakitkan. Jangan lagi memilih terhadap pilihan yang meyulitkan. Tetapi cukup rasakan, agar lo bisa mendapatkan kesempatan"

"Wah, benar-benar. Kevan Teguh." gurau Laluna yang mencoba mencairkan suasana.

Laluna kembali bertanya. "Tapi, kalau lo berdiri diantara dua orang yang sama-sama lo sayangi. Salah satu diantaranya membuat lo bahagia. Dan salah satunya lagi lo yang selalu membuatnya bahagia. Lo akan pilih yang mana? Atau lo mau nyari kesempatan yang seperti apa?"

Pertanyaan tersebut seolah menohoknya. Ia tidak menjawabnya.

"Tagih jawaban gue tiga minggu lagi."

"Kenapa pakek durasi segala?"

"Karena pertanyaan lo membutuhkan pemecahan. Ibarat rumus fisika yang memiliki banyak cabang di setiap rumus. Mereka saling berkaitan, namun akan berbeda bila salah satunya keliru memasukkan angkanya." jawaban Kevan membuat Laluna sedikit tidak mengerti. Yang benar saja Laluna kan anak ekonomi.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang