Hilangnya Hanabi

6.7K 391 22
                                    

Don't like don't read

Pagi hari yang mendung. Dan hari senin adalah hari paling menyebalkan sepanjang hidup Hanabi. Sebuah ide telah terlintas dalam otak liciknya. Seringai lebar mulai tercipta.

"Bolos ahhh.."

Hanabi terkikik geli. Masa bodoh dengan peraturan. Hanabi membenci sekolahnya. Terlalu ketat menurutnya. Menjadikannya muak dan ingin pergi.

Penjaga keamanan berjalan mengawasi halaman belakang. Tubuh kecil Hanabi sembunyikan di balik semak-semak. Semut dan juga nyamuk berdatangan. Menghisap darah pada bagian pipi dan tangannya. Kelopaknya terkedut menahan kesal. Gatal mulai menerpa. Hampir saja Hanabi menepuk pipinya keras. Tapi alarm bahaya menyurutkan keinginannya.

'Sialan..! Lama sekali dia di sana..!' Hanabi mengumpat dalam hati.

Hanabi masih menunggu. Matanya menatap awas sekitar. Berharap pergerakannya tidak membuat sang penjaga curiga. Lama sang penjaga sekolah berdiri di tempatnya. Rasa ingin buang air kecil membuatnya pergi meninggalkan posnya. Hanabi menyeringai. Kesempatan ada di depan matanya.

Tembok dua meter tak menjadi penghalang bagi Hanabi yang ingin membolos.

Tak..

Kakinya menginjak mulus jalanan. Lompatannya memang tinggi. Hanabi tak akan kesulitan hanya dengan tembok seperti itu. Kedua tangannya menumpu kepalanya di belakang. Langkah kakinya santai menginjak tanah.

Kedai takoyaki menjadi tujuan utama. Maniknya berbinar dengan makanan yang populer di Jepang. Satu besar porsi telah dia pesan. Memakannya dengan lahap dan mulai berjalan kembali. Maniknya meredup saat menatap sebuah taman bermain anak-anak. Kebanyakan para ibu lah yang mengawasi anak mereka. Canda dan tawa mereka berhias. Iri melintasi benak Hanabi yang tak pernah mengecap ibu.

Hanabi menunduk dalam. Dia merindukan Hinata. Kakaknya yang dia anggap sebagai ibunya. Hanabi kembali teringat akan kekhawatiran kakaknya saat itu. Senyum menghiasi bibirnya. Meskipun tiada ibu yang membuatnya merasakan kasih sayang. Tapi, Hinata, Neji maupun ayahnya selalu mendampinginya. Membuatnya merasakan apa itu keluarga.

Hanabi kembali berjalan. Meninggalkan sisa makanan yang belum dia habiskan. Hanabi tak tau kemana harus pergi. Dia tak punya tujuan. Trotoar jalanan terasa sepi. Hanabi sendirian dan berjalan kaki. Sebuah mobil hitam melintas. Menepi di sebelahnya. Manik Hanabi melirik awas. Langkahnya di percepat saat perasaannya sudah tidak enak.

Beberapa orang keluar dari mobil. Mengejarnya dan berhasil menangkapnya. Hanabi memberontak. Menjerit bahkan melancarkan seni bela dirinya. Tapi naas, sapu tangan penuh obat bius membekap hidung Hanabi. Membuatnya lemas dan mengantuk. Kelopaknya perlahan menutup. Sebuah nama keluar dari sela bibirnya.

"Tolong aku, Hinata-nee." Lirihnya sebelum kelopaknya tutup sempurna.

Prankk......

Kabar hilangnya Hanabi kini telah sampai pada telinga Hinata. Gelasnya pecah. Telfon di genggamannya terlepas. Hinata jatuh berlutut, lemas tak bertenaga. Ino menutup mulutnya cepat. Bingung dan juga kaget mendera hatinya.

"Bagaimana bisa?" Tanya Ino cepat.

Hinata menunduk dalam. Genggamannya mengerat keras, hingga telapaknya memutih pucat.

Survive or Leave 18+ (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang