Enam tahun silam, di Busan, musik mempertemukan Nam Woohyun dengan seorang gadis bernama Yoon Eunmi. Menggariskan sejarah mengenai luka lain dalam perjalanan hidupnya.
Di Busan saat itu, membangun kembali potret keluarga bahagia yang diusahakan oleh ibu dan ayahnya bukan pilihan yang membahagiakan. Woohyun masih membenci keputusan ibunya yang rela kembali, memaafkan ayahnya dengan mudah. Padahal, ayahnya yang kini tengah berusaha untuk dibahagiakan oleh ibunya adalah orang yang telah merusak kebahagian Woohyun sejak kecil. Hingga sekarang.
Woohyun tak pernah betah berlama-lama menjejakkan kaki di rumahnya. Baginya, rumah adalah Jeonju. Ia merindukan rasa nyaman dan aman di Jeonju, di mana hanya ada ia dan ibunya yang bahagia dan melupakan ayahnya. Meski hanya dalam jangka waktu yang singkat.
Sekolah adalah pelariannya. Meski tidak unggul dalam hal belajar, ia menyukai sekolah karena di sanalah ia bisa menyendiri dan sejenak melupakan realita keluarganya. Terkadang, ia akan membaca buku--komik, di tempat-tempat sepi yang jauh dari keramaian. Tak jarang ia hanya berdiam diri dan merenung. Ia telah menjelajahi beberapa spot sepi di sekolahnya, agar mendapatkan areal strategis untuk menyendiri. Ia juga terbisa berpindah-pindah tempat saat sudah bosan. Yang jelas, pulanh selalu menjadi pilihan terakhirnya.
Sampai suatu kali, ia mulai menjelajah ke tempat yang lebih jauh. Ia berkeliaran menyusuri selasar gedung ekskul. Dan saat ia melewati ruang musik--basecamp ekskul band sekolahnya--ia mendengar denting samar suara piano. Tuts ditekan dengan pas, diselingi halus suara seorang gadis bernyanyi mengiringi musik.
Ia menghentikan langkahnya.
Kemudian berpikir bahwa terlepas dari siapapun yang tengah bernyanyi sambil memainkan piano di dalam ruangan itu, ada satu hal pasti yang Woohyun tidak dapat pungkiri. Keterampilan gadis itu menghasilkan musik pasti di atas rata-rata. Sejenak, Woohyun merasa bahwa musik ajaibnya dapat menyembuhkan jenis luka apapun. Sebab alunannya begitu indah, dan Woohyun mendapati hatinya, yang dingin dan penuh nestapa... Menghangat karena musik.
Jika Woohyun kembali mengenang kejadian itu, pastilah ia akan mengingat kembali bahwa hari itu, secara resmi, ia telah jatuh cinta pada musik.
Lalu sekali, dua kali...
Terhitung puluhan kali sejak hari itu, secara sengaja Woohyun berhenti di depan ruang musik tersebut. Niatnya selalu hanya untuk mendengarkan. Tak jarang, ia melihat anggota ekskul itu keluar-masuk dan mulai mengingat beberapa wajah. Lagu yang dinyanyikan dan orang yang bernyanyi pun bisa berbeda. Kesannya tak selalu sama. Tapi, Woohyun masih dapat menemukan suara yang sama, yang pertama kali ia dengar secara tidak sengaja. Sebab suara itu, serta kemampuannya bermain piano, begitu khas dan berbeda. Punya kekuatan untuk mendominasi dan memunculkan diri. Dan Woohyun mengaguminya.
Satu kali setelah puluhan kali mendengarkan diam-diam, Woohyun akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruang ekskul tersebut. Belum pernah dalam hidupnya, ia dapat merampungkan niatnya hingga menjadi sebuah aksi nyata semacam ini.
Ia mengetuk, lalu pintu terbuka.
Seorang gadis yang beberapa kali ia lihat keluar-masuk ruangan itu berdiri di hadapannya. Menatapnya.
"Ya? Ada apa?"
"Ah, i-itu..." sial. Gerutunya dalam hati.
Kata-kata yang sudah ia persiapkan sebelumnya, terlupakan seketika. Ia tidak tahu harus darimana ia memulai percakapan itu. Haruskah ia berkata 'hai, aku nam Woohyun dan aku mengagumi suara seseorang di ruangan ini yang belum kuketahui nama maupun wajahnya'? Bodoh, ia akan memberi kesan seperti seorang penguntit yang idiot.
Tapi, tiba-tiba gadis itu menebak dengan ceria, "Ah! Pendaftaran anggota baru??"
Woohyun terperangah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach Your Heart
FanficAku menemukanmu dalam angka satu yang tak terjamah. Aku mencintaimu untuk satu hari yang tak terwujud. Dan aku merelakanmu untuk hilangkan kesempatan kita berdua dalam jangka sehari saja. Sebab detikmu, paduan eksistensimu, lebih penting daripada ke...