2. Start Line

649 96 16
                                        

Chanyeol memutar mutar gelas wine di tangannya. Pria itu tidak mengalihkan pandangannya dari layar pipih yang tergantung di atas dinding. Layar itu menampilkan rekaman cctv dari kamar tempat Seong Wu berada.

Entah kenapa Chanyeol tidak bosan melihatnya, meskipun Seong Wu sama sekali tak menunjukan sebuah pergerakan, dan tentu saja itu karena efek dari obat bius.

Chanyeol meminum winenya lalu menyeringai.

Ini tidak buruk.

Pria bersurai merah itu tertawa kecil. Seong Wu terlihat seperti seekor semut yang kehilangan seluruh kakinya, wajahnya terlihat kesakitan tetapi badannya tak bergerak sedikit pun.

Tap

Chanyeol menghentikan seluruh pergerakannya. Pupil matanya mengecil melihat perubahan dari layar pipihnya.

Jari telunjuk Seong Wu bergerak.

"Ck," Chanyeol menaruh gelas winenya gusar,

"Haruskah ku suntikan obat bius lagi?"

-|Locked|-

"Park Chanyeol?" Tanya Woojin. "Kau ingin aku mencari tahu tentangnya?"

"Ya." Jawab Daniel pendek.

Woojin menatap Daniel kebingungan. Tidak biasanya Daniel bersikap seperti ini. Ada yang aneh.

"Memang siapa dia?"

Daniel berdecak kesal. "Kalau aku tahu, aku tidak akan meminta bantuanmu."

"Kenapa tiba tiba menca-"

"Lakukan saja apa yang kuminta! Jangan banyak bicara!"

Woojin terkejut. Sungguh ini bukan Daniel yang ia kenal. Daniel yang sekarang berada di hadapannya terlihat sangat kacau, tidak seperti Daniel yang biasanya ter-organisir dengan sangat rapi.

Woojin masih menatap mata tajam Daniel. Entah kenapa ia tidak takut, ia merasa Daniel tidak menyeramkan. Daniel tidak sedang mengancamnya, ia hanya sedang pusing memikirkan suatu hal yang sama sekali tidak woojin ketahui.

Brak

Kedua pria itu menoleh ke arah pintu secara bersamaan. Mereka bisa melihat anggota tertua grup mafia mereka berdiri di ambang pintu. Wajahnya memerah karena marah.

"Oh kau masih hidup Kang Daniel? Tadinya aku berharap kau mati tertabrak kereta." Ucapnya sarkastik.

"Tsk. Jisung hyung, mobil itu milikku, kau tidak perlu repot repot mengurusnya." Daniel memalingkan wajahnya dari Jisung lalu duduk di kursinya.

"Kau beruntung mempunyai rekan sepertiku Daniel! Hidupmu pasti sudah terombang ambing tanpaku!"

"Hidup kita sudah."

Jisung menatap Daniel geram. "Ah persetan! Percuma berdebat denganmu!" Jisung membalikan badannya.

"Hyung, kau tau Exodus?"

Langkah Jisung terhenti. Kenapa Daniel tiba-tiba menanyakan Exodus?

"Tentu saja aku tahu, grup mafia yang penuh psikopat itu kan? Kedudukan mereka satu peringkat di atas kita." Jelas Jisung

Locked ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang