Chapter 1 - Class Mates

1.4K 135 85
                                    

[Kain PoV]

Hari ini adalah hari ke-dua gue sekolah. Gue menghela nafas kasar, mengingat kejadian paling absurd selama hidup gue, setelah gue memperkenalkan diri di depan kelas.

(Flash back)

Gue segera menuju tempat duduk yang disediakan. Meja gue berada di barisan paling belakang ke-dua dari dekat jendela. Di sebelah kiri gue, meja yang paling dekat dengan jendela duduk seseorang bersurai navy tengah menatap kosong ke depan dengan mata sayu. Dia terlihat sangat mengantuk, mungkin dia habis begadang nonton film bok*p semalam. Matanya aja sampai kayak ikan mati, udah kayak ga tidur setahun aja. Gue beralih ke pemuda albino yang duduk tepat di depannya. Kalau dilihat-lihat, dia lebih mirip bocah daripada pemuda. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan pemuda tadi. Orangnya sangat hiperaktif, menambah suasana TK di kelas. Kulitnya putih pucat, bahkan putihnya mengalahkan kilauan kepala Saitama. Mungkin dia rajin mandi pake b*yclean, ditambah luluran pake bor*ks biar awet.

Dan di sebelah kanan gue duduk seseorang dengan poni menjuntai sampai  menutupi matanya. Kalau gitu gimana caranya dia bisa lihat? Atau jangan-jangan dia buta? Orangnya kelihatan kalem banget, dan entah kenapa gue ngerasa mukanya ikemen. Mungkin dia memang tipe penyendiri. Karena terlalu memikirkan orang itu, gue sampe ga sadar kalau guru sudah datang. Segera gue menyiapkan pelajaran untuk hari ini.

- skip time -

Bel istirahat berdering. Seketika gue merasa lega. Ternyata belajar di sekolah sangat melelahkan. Rasanya kayak habis lari marathon. Tiba-tiba ada yang menepuk pundak gue dari belakang. Hampir aja gue kena serangan jantung. Ternyata itu adalah pem- bocah albino.

"Hey, mau ke kantin bareng kami?"tawarnya dengan senyuman manis. Nih anak imut banget sih, gue jadi ragu sama jenis kelaminnya.

"Boleh.."

Setelah itu, gue pergi ke kantin bareng bocah albino dan pemuda mata sayu. Ketika sampai di kantin kami langsung memesan makanan. Tak lama kemudian, kami mencari meja yang masih kosong.

"Yo! Urata, Shima, Sakata, Senra.."bocah albino mendekati salah satu meja yang sudah diisi oleh 4 orang. Sepertinya mereka adalah temannya bocah albino.

"Yo kalian!"jawab seseorang bersurai merah. Mata pemuda itu beralih kepadaku. Entah kenapa mukanya terlihat bodoh. Namun, anehnya dia mengabaikanku dan melanjutkan aktivitasnya. Gue ga mau ambil pusing. Gue langsung duduk di samping pemuda mata sayu.

Setelah itu kami menghabiskan waktu istirahat bersama. Entah karena hawa keberadaan gue yang tipis dan hampir hilang atau mereka yang tidak peka, mereka sama sekali tidak menanyakan apapun tentang gue. Padahal gue kan anak baru. Gue memutuskan untuk bersikap wajar.

Setelah itu entah bagaimana gue bisa deket sama Si bocah albino dan pemuda bermata sayu. Yah, walaupun yang gue lihat dia selalu tidur sepanjang pelajaran. Dan herannya guru-guru yang mengajar tidak menghiraukannya. Sungguh tidak peka. Apakah sekolah ini dipenuhi oleh orang-orang yang tidak peka?

Tak terasa gue sudah menyelesaikan seluruh pelajaran hari ini di sekolah. Ga nyangka, ternyata sekolah capek juga. Tulang-tulang gue kayak mau remuk. Pinggang gue bener-bener pegel, plus pantat gue yang panas gara-gara duduk selama berjam-jam. Inikah rasanya encok?

Setelah membereskan barang-barang gue, Si bocah albino menghampiri gue."Mau pulang bareng?"ujarnya dengan wajah polos. Untung gue bukan pedofil, kalau engga udah gue karungin tuh anak."ok,"jawab gue singkat, padat,dan jelas.

Akhirnya gue pulang bareng bocah albino dan mata sayu. Kayaknya mereka selalu bersama. Dimana ada bocah albino, pasti ada mata sayu. Setelah jalan beberapa menit sembari bercakap-cakap, akhirnya gue sampai di persimpangan dekat rumah gue.

"Gue sampe disini aja,"

"Oh, oke sampai jumpa!"ujarnya sambil melambaikan tangan semangat.

"Sampai jumpa... umm.."Si bocah albino terlihat bingung sebentar, kemudian matanya membulat menyadari sesuatu.

"Eh ya ampun! Gue lupa! Kenalin nama gue Mafumafu, dan ini Soraru. Panggil aja gue mafu,"."salam kenal.."Soraru hanya bergumam pelan dan membungkuk  kecil. AKHIRNYA NYADAR JUGA!! TEMAN MACAM APA DIA? Setelah semua yang gue lakuin bareng mereka, baru sekarang mereka ngenalin diri!? Apa emang harus gue pancing dulu? Ga peka banget nih bocah. Dan muka datar Si Soraru ini benar-benar ngajak ribut."Dan lo...siapa ya tadi?? Gian? Gin? Kin? Koin?"BAHKAN DIA LUPA SAMA NAMA GUE!? SEJAK KAPAN NAMA GUE JADI KOIN!? DAN DIA NGOMONG DENGAN MUKA POLOSNYA!!? Entah kenapa gue pengin nonjok tuh muka. Untung gue adalah orang yang baik dan tidak sombong. Beruntunglah kalian wahai orang-orang yang tidak peka kepada sesama.

"Nama gue Kain. Salam kenal Mafu, Soraru..kalau begitu sampai bertemu besok!"gue melambaikan tangan dengan fake smile. Baik-baik gue cepet minggat, takut gue kelepasan membunuh bishounen albino bersama temannya ikemen tukang molor. Bisa bejibun nanti urusannya.

(Flashback end)

Gue ga habis pikir bisa punya temen macam dia. Bisa-bisa gue mati muda gara-gara depresi. Yah, gue cuma bisa berharap hari ini ga ada apa-apa.

Sampai di kelas gue langsung menghampiri meja gue dan duduk. Mafu terlihat sedang asyik main game di HP, entah HPnya siapa. Mungkin HOnya om-om yang dia godain. Perhatian gue teralih kepada si poni panjang. Gue jadi penasaran sama tuh anak.

"Mafu.."seru gue sembari menepuk pundaknya pelan."ya?"Mafu hanya menjawab, sedangkan perhatiannya tetap fokus pada game yang ia mainkan. Pagi-pagi udah ngajak ribut nih anak. Tapi ga papa, setidaknya gue ga di kacangin."orang yang duduk di sebelah kanan gue siapa?".

"Oh, dia namanya Luz.."jawabnya singkat."kok dia menyendiri? Dia ga punya temen ya?"

Mafu menoleh kearah gue, raut wajahnya terlihat sedikit tegang."Dia emang pendiam, tapi diam-diam menghanyutkan. Lebih baik lo ga usah deket-deket deh sama dia. Bisa gawat kalau lo bermasalah sama dia..,"

"Oke." Jujur, gue makin penasaran sama Si Luz itu. Kemudian gue memutuskan untuk menghampiri Luz. Gue mendengar Mafu sempet manggil-manggil gue dari belakang. Tapi gue ga mengabaikannya. Gue kan anak baik, jadi gue ga bakal menjauh dari orang seperti dia.

"Hai, kenalin gue Kain. Gue anak pindahan yang kemaren, nama lo siapa?"gue sengaja berbasa-basi untuk deketin dia dan membuat suara gue terkesan akrab.

"Lo tipe apa? Lo tipe M?"jawabnya dengan nada datar. Kok jawabnya rada ga nyambung ya? Apa dia tuli? Dan M itu apa? Man? Oh, jadi dia tanya tipe gender gue?

"Ya gue M,"jawab gue mantap. Sementara Mafu dan Soraru mengendap-endap keluar kelas tanpa sepengetahuan gue. Tiba-tiba gue merinding karena aura di sekitar gue berubah drastis.

Kemudian Luz berdiri sejajar dengan gue. Entah kenapa auranya sangat menekan."Lo beneran M?"tanyanya kali ini dengan nada dingin.

"I-iya.."gue jawab dengan gagap saking takutnya.

Tiba-tiba Luz tersenyum. Bukan, lebih tepatnya menyeringai. Dia mengambil sesuatu dari kantong celananya. Kemudian dia mengeluarkan sebuah gunting merah."mau main sama gue?"

Mendengar suaranya yang sedingin es dengan seringainya yang menakutkan, membuat gue keringat dingin. Tanpa gue sadari, gue reflek teriak. Diluar sana Mafu dan Soraru hanya berdoa dan berbelasungkawa kepada gue. PENGKHIANAT! Dan akhirnya hari itu gue berakhir pulang gasik karena syok. Dan saat itu gue menyadari kenapa Luz itu sering melihat sendirian. Ternyata bukan dia yang suka menyendiri, tapi teman-teman lain yang menjauh darinya karena takut. Siapa coba yang ga takut sama phsyco alias yandere macam dia? Dan bodohnya gue baru nyadar maksud dari pertanyaan Luz. Untung gue pingsan, kalau engga mungkin besok gue ga bisa liat matahari terbit.

Just for your information : mohon maaf, chapter 2 dan 3 kebalik karena ada kesalahan teknis, jadi harap baca urutan ke-3 dulu baru ke-2 biar nyambung. Sekali lagi maaf, entah kenapa bisa kayak gitu. Saya ga bisa mengembalikannya 😂

- Vaughn

Utaite High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang