Chapter 14

19.1K 2.2K 271
                                    

Ketika kedua matanya membuka sempurna, yang ia sadari pertama kali adalah Taehyung sudah tidak ada lagi di sampingnya.

Entahlah, seingatnya semalam Taehyung masih mengajaknya berbicara sebelum akhirnya terlelap bersama di atas ranjang. Mengingat kejadian semalam, benar-benar membuat mood Nara rusak dalam sekejap.

Bagaimana bisa ia melupakan hal memalukan itu dalam sekejap? Ia bahkan masih mengingat dengan jelas, bagaimana ekspresi menyebalkan Taehyung yang sedang menggodanya.

Nara sendiri bingung, sebenarnya siapa yang punya orientasi seksual menyimpang di sini? Kenapa Taehyung justru lebih agresif menggodanya?

Setelah mengikat rambutnya secara asal-asalan, Nara membawa kakinya menuju dapur. Ia berjalan membuka kulkas, sedikit terkejut melihat kulkas yang sudah terisi penuh oleh berbagai macam makanan dan minuman dingin.

Setelah mengambil sekotak susu cokelat, Nara lantas berjalan menuju salah satu kursi di sana. Ia duduk dan mulai memainkan ponselnya.

[Jimin]

"Aku minta maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku minta maaf. Jangan marah lagi padaku."

Nara tersenyum membaca pesan singkat dari Jimin, lantas ia pun langsung menghubungi Jimin. Tak perlu menunggu lama, suara Jimin di seberang sana langsung menyambutnya.

"Sudah membaca pesanku?"

Nara terkikik geli. "Kenapa berpose seperti itu? Genit sekali."

Jimin ikut tertawa. Membuat Nara mulai merasakan kerinduannya pada Jimin. "Kenapa? Aku hanya genit padamu saja, kok."

"Padaku saja? Kau yakin? Tidak dengan gadis lain di sana?"

"Tidak." ujar Jimin mantap. "Aku selalu memikirkanmu, sampai tidak sempat melihat gadis lain."

Selalu saja, gombalan Jimin mampu mengundang tawa Nara. Membuat hati gadis itu terasa hangat dan nyaman.

"Hey," Jimin kembali bersuara. "Bagaimana kabarmu? Apa kau merindukanku?"

"Kenapa bertanya begitu? Kau tentu tau jawabanku."

"Kalau begitu, setiap hari aku akan mengirimkan fotoku. Supaya kau bisa melihat ketampananku, oke?"

Nara mengulum senyum manis. "Iya, iya. Aku pasti sangat menantikan fotomu."

"Ah, Ji, aku harus ke toilet. Tidak apa-apa, kan?"

Terdengar dari seberang Jimin menghela napas berat. "Padahal aku masih merindukanmu. Tapi, oke—aku mengalah. Jangan lupa hubungi aku lagi, oke?"

"Ya ampun, Ji, kau semakin cerewet saja. Iya, aku tau."

"Sampai nanti, miss you baby."

FELT LIKE HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang