Chapter 24

16.6K 2.3K 232
                                    

"Kenapa diam?"

Sudah lebih dari sepuluh menit tapi tidak ada satupun dari dua insan ini yang berniat beranjak dari tempatnya. Untuk kesekian kalinya Taehyung menatap lurus ke arah Ibunya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Aku yakin kau punya alasan untuk melakukan ini semua. Jadi, lihat aku dan berbicaralah."

"Maaf sudah membohongimu, Bu."

"Bukan itu yang ingin kudengar," Ibu Taehyung menghela napas jengah, mendorong punggungnya untuk bersandar pada sofa. "Sebenarnya apa yang sudah terjadi?"

"Kami tidak saling mencintai."

Mendadak Ibu Taehyung tertawa sarkastis, kedua tangannya ia lipat dan diletakkan di atas paha. "Benarkah begitu? Tidak saling mencintai—atau kau yang memang tidak bisa mencintainya?"

Sontak Taehyung mengangkat wajah, melebarkan kedua matanya dengan kening yang berkerut dalam. "Apa?"

Ibu Taehyung mulai berdiri dan berjalan memutari meja, kedua tangannya ia gunakan untuk menepuk-nepuk bahu Taehyung. "Jangan kecewakan Ibu kali ini, Taehyung. Yakinkan Ibu kalau kau memang bisa mencintai seorang wanita."

Naluri seorang wanita memang tidak pernah bisa diremehkan. Taehyung tau hari ini akan datang, hari di mana Ibunya akan mengetahui segala hal yang ia sembunyikan—termasuk masa lalunya yang gelap.

"Aku tidak akan meyakinkan Ibu, karena aku yakin Ibu sudah tau jawabannya. Maaf karena aku selalu mengecewakanmu." bibir Taehyung membentuk sebuah senyuman kecil.

"Tidak bisakah kau mendengarkan Ibu kali saja?"

Taehyung menarik lembut tangan Ibunya dan menggenggamnya. "Biarkan aku dan Nara yang menentukan akhirnya, aku sangat berterima kasih kalau Ibu mau menghargai keputusanku."

"Kau persis dengan Ayahmu, sifat keras kepala kalian benar-benar membuat Ibu tak habis pikir." Ibu Taehyung berjalan mengambil tas yang ia letakkan di atas meja, bermaksud bersiap pergi.

"Kali ini Ibu juga akan bersikap sama sepertimu. Jangan pernah menemui Ibu lagi, jika kau masih bersikeras untuk bercerai dengan Nara. Ingat itu."

...

Nara berjalan mengitari rak bagian makanan ringan sembari mengangkat selembar kertas yang sedari tadi ia genggam. Kepalanya sedikit menjulur ke depan, demi membaca tulisan yang agak berantakan di kertas itu.

"Hmm, keripik kentang pedas, ya?"

Sembari bergumam sendiri, arah pandang Nara mulai mengikuti pergerakan jari telunjuknya, berusaha mencari keripik kesukaan Jihyo.

"Syukurlah, supermarket ini menjualnya." Nara tersenyum puas menatap bungkusan berukuran sedang yang tengah ia genggam.

"Maaf, nona, sepertinya kau keliru. Letak susu ibu hamil bukan di sini."

"Eh?" Nara memutar badannya demi melihat siapa yang tengah berbicara tepat di belakangnya. "Jimin?"

"Hai, Ra." Jimin tersenyum manis, senyum yang tak pernah berubah sampai detik ini. Begitu terlihat lembut dan teduh.

"Berbelanja sendirian saja?" Jimin berusaha memulai percakapan ketika ia merasa suasana mulai canggung, terlebih Nara yang memilih melarikan pandangan.

Wanita itu mengangguk sembari menatap keranjang belanjaannya. "Ya, Jihyo sedikit sibuk dan malam ini akan pulang terlambat. Jadi, aku memilih untuk berbelanja sendirian."

FELT LIKE HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang