Chapter 19

16.5K 2.2K 211
                                    

Taehyung mengerang perlahan sembari mendudukan diri. Salah satu tangannya bergerak memijat lehernya yang terasa sakit akibat semalaman ia harus rela tertidur di atas sofa hanya demi untuk menjaga Ibunya.

Pandangannya beralih ke arah sosok wanita paruh baya yang terbaring lemah di atas ranjang, kedua matanya masih setia terpejam dengan deru napas yang teratur.

"Bu, bangunlah. Taehyung di sini."
Taehyung mengusap lembut rambut Ibunya. Taehyung baru sadar, sudah begitu lama ia tidak pernah lagi memandang Ibunya sedekat ini. Seingatnya, terakhir kali ia berada dalam posisi seperti ini sewaktu ia berumur tujuh belas tahun. Waktu itu ia mengalami demam tinggi dan hanya Ibunya yang setia menjaga dan merawatnya.

"Astaga, aku bahkan tidak menyadari ada banyak kerutan di sini." jari-jari kurus Taehyung membelai lembut kerutan di wajah Ibunya.

"Pasti berat memiliki putra sepertiku kan? Payah, pengecut, egois, tidak berguna. Aku pasti hanya menjadi beban untukmu, Bu."

"Bu, kumohon bangun. Aku janji kau boleh mencubitku sepuasnya, asalkan aku tidak akan pernah melihatmu dalam keadaan seperti ini lagi."

Air mata Taehyung diam-diam menetes perlahan ketika melihat Ibunya yang masih setia terdiam di dalam tidurnya. Kepala Taehyung jatuh tertunduk seiring bahunya yang semakin bergetar tak terkendali.

"Kenapa anak Ibu menangis?"

Taehyung perlahan membuka mata ketika merasakan seseorang mengusap kepalanya, ditambah pula ia yakin bahwa barusan Ibunya berbicara.

Taehyung buru-buru menghapus air matanya dan mendaratkan kecupan di punggung tangan wanita itu. "Ibu—astaga, syukurlah! Akhirnya, kau sadar."

Ibu Taehyung tersenyum lemah, tangan kirinya ia gerakkan untuk sekedar mengusap rambut dan pipi Taehyung. "Astaga, anak Ibu cengeng sekali."

Taehyung merotasikan kedua matanya kemudian disusul oleh tawanya. "Aku sayang Ibu. Sayang sekali."

Ibu Taehyung menarik hidung bangir Taehyung dengan gemas. "Aku tau."

"Ah, ya, aku harus memanggil dokter untuk mengecek kondisi Ibu. Tunggu sebentar." Taehyung bangkit berdiri, hendak berjalan keluar.

"Tae," Ibu Taehyung kembali bersuara. "Di mana Nara?"

Taehyung tampak terdiam sesaat, tapi kemudian tubuhnya tersentak tatkala Ibunya memanggil kembali namanya.

"Jangan pikirkan Nara. Sekarang ini, kesehatan Ibu jauh lebih penting."

...

Nara berjalan keluar dari lift setelah pintu besi di hadapannya terbuka secara perlahan. Kedua tangannya menjinjing keranjang buah, bermaksud membawakan buah tangan untuk Ibu Taehyung.

Pandangan Nara mendadak terfokus ke satu titik saat ia berhasil menjajakan kedua kakinya di depan ruang inap Ibu Taehyung. Bibirnya terangkat perlahan, seolah ada rasa lega yang terbayar ketika melihat wanita yang sudah ia anggap layaknya Ibu kandungnya, kini sudah terbangun dari tidurnya dan dengan keadaan yang terlihat membaik.

Nara memberanikan diri untuk masuk ke dalam, ia semakin melebarkan senyumnya ketika wanita yang tengah terbaring di ranjang menyapanya.

"Sayang, kau datang? Padahal Taehyung tidak mengatakan apa pun."

"Bagaimana kondisi Ibu? Apa dokter sudah memeriksanya lagi?" tanya Nara sembari meletakkan keranjang buah di atas meja.

Ibu Taehyung mengangguk. "Aku sedikit ceroboh karena akhir-akhir ini hanya memakan makanan yang aku mau, ditambah lagi aku sedang mengalami stress. Taehyung bahkan mengomeliku panjang lebar, ia melarangku untuk pergi ke kantor lagi."

FELT LIKE HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang