Sesuai dengan undangan dari audisi Big Hit Ent, sekarang Dilea dan Ina menunggu bersama 20 orang lainnya. Iya, sekarang mereka sedang menunggu hasil audisi ke 3. Setelah sebelumnya terpilih 20 dari 50 orang. Orang-orang berkepentingan didalam akan menyaring kembali dari 20 orang menjadi lebih kecil lagi, atau mungkin menggugurkan semuanya.
"Peserta nomor urut 3119 dan 3120 silahkan masuk" seorang staff memecah keheningan disana. Dilea dan Ina langsung masuk kedalam ruangan terang di sudut gedung tersebut
"Chukkae!" teriak seorang pria putih dengan rambut coklat terangnya. Dan lihat mata sipitnya yang sedang tersenyum. Sangat lucu
"Congratulation! This is your card, our staff will prepare all you need to go to Big Hit. Welcome to our family girls" seorang pria jangkung menghampiri kedua gadis yang masih menganga karena shock atas apa yang mereka alami. Dan kemudian semua orang dari grup itu menghampiri dan mengambil gambar bersama dengan ponsel si pria jangkung. Pria tinggi dan tampan dengan lesung pipi yang bertengger manis di wajahnya saat tersenyum
Dilea POV
Aku tidak pernah menyangka akan keberhasilan yang kudapat hari ini. Kartu yang tadi diberikan oleh RM BTS tidak kumasukan kedalam tas ku. Rasanya ingin semua orang tahu, aku lolos audisi Big Hit dan akan menjadi bagian dari mereka
"Ma, aku pulang... Dimana ma?" aku berteriak kecil saat tidak ku temukan mama di ruang tengah
"Didapur kak" balas mama dan langsung ku hampiri mama dan Dira adik ku yang ternyata sedang membuat kue bolu kukus
"Ma, kakak bakal ke Korea"
"Jangan ngaco kak. Laper kan, makanya halu" Dira langsung menyodorkan sebuah piring kecil dengan kue bolu yang baru saja matang tadi
"Aku beneran. Ini dokumennya, dan ini kartu tanda aku lolos audisi Big Hit. Agensi dari BTS" aku menggoyangkan kartu yang di berikan RM BTS tadi. Kedua orang yang merupakan tiang penyangga kehidupanku itu menatap ku dan kartu itu bergantian.
"aku bakal urus surat pindah besok ma. Dan sabtu aku udah bisa berangkat" kakiku mendadak bergerak sendiri. Memeluk wanita yang seharusnya bisa lebih terawat. Beliau terlalu lelah memikirkan keluarganya dan membuat wajahnya sedikit lebih tua daripada usianya
"Aku janji aku bakal kerja keras. Aku bakal berusaha sampai tulangku gak beraturan lagi. Aku mau jadi anak yang bisa dibanggakan sama mama dan adek. Aku mau ketika orang bertemu mama, mereka akan bilang "Oh ini mama nya Dilea ya" sehingga mama gak akan dilihat sebelah mata lagi oleh orang-orang. Aku juga mau papa gak merasa bersalah karena udah ninggalin kita semua saat aku dan adek masih kecil. Aku mau jadi kakak yang nanti akan dibanggakan adeknya. Dan bikin dia bisa mengangkat kepalanya sambil bilang 'itu kakak aku' aku bakal berusaha mengangkat keluarga kita. Aku janji. Tolong doakan aku terus ma" aku memeluknya sangat erat. Dengan lelehan air mata yang terus mengalir. Rasanya sangat bodoh karena harus terlambat memeluknya seperti ini. Mengingat sangat jarang untuk mempunyai waktu seperti sekarang, dan melakukannya saat aku akan pergi meninggalkan mereka
Aku janji akan bekerja keras untuk mewujudkannya. Maka dari itu tolong selalu sehat.
Dilea POV End
An Idol
Keesokan harinya, Dilea, Ibunya, beserta salah satu Staff pergi ke sekolah dimana Dilea dan Ina belajar. Pihak sekolah cukup terkejut karena ada bakal terpendam yang dimiliki salah satu siswi nya. Dan dengan alasan yang ada, pihak sekolah mempercepat urusan kepindahan Dilea.
"Dilea, temen kamu gimana kabarnya? Dia bisa datang hari ini kan?" Staff yang merupakan orang Indonesia itu menanyakan kembali perihal kedatangan Ina. Terhitung sudah 5x ditanyakan
"kurang tau nih mbak Sinta, ditelfon gak diangkat"
"Kita kerumahnya aja. Kamu tau kan alamatnya?" dan dijawab anggukan oleh yang muda
Setelah mengantarkan ibunya Dilea terlebih dahulu, mereka melanjutkan perjalan kerumah Ina, dan entah ini kebetulan baik atau buruk, mereka langsung disambut oleh kedua orang tua Ina, yang raut wajahnya seketika seperti berkata 'tidak senang' dengan kehadiran mereka
"Jadi begini bu, kedatangan saya kemari u..."
"Saya tau maksud kedatangan kalian" Dengan angkuhnya Ibunya Ina memotong pembicaraan Sinta dan membenarkan duduknya menjadi makin terlihat angkuh dengan keadaannya
"Saya tidak mengizinkan Ina mengikuti hal tidak berguna seperti ini. Masa depan Ina adalah menjadi wanita berkelas dengan pekerjaan yang dapat diandalkan. Bukan menari tidak jelas diatas panggung dengan pakaian minim. Bahkan tidak ada bedanya dengan wanita malam diluar. Dan kamu Dilea, tante kecewa sama kamu. Tante kira kamu anak baik-baik, ternyata kamu yang ngajarin anak tante buat bohong dan membangkang. Audisi apa hah? Ina gak pantes buat ikut begituan. Hhh, dari awal harusnya tante gak bolehin Ina main sama anak penjual minuman kayak kamu. Kalau kamu mau ikut audisi dan memperbaiki keadaan kamu sendiri, ya usaha sendiri, gak usah ajak Ina" wajah Dilea merah padam. Emosi nya sudah ada dipuncak kepala dan hanya bisa dilampiaskan dengan air mata yang turun
"Wah, sangat disayangkan. Ina yang sebegitu baiknya dan berbakat ternyata dibesarkan dari keluarga yang menyedihkan. Bahkan lebih menyedihkan dari orang yang anda hina. Berkelas dari mana jika anda memotong pembicaraan orang lain dengan cacian serta makian? Dan ah, apa anda tidak tau siapa BTS? Anda tidak punya teman? Apa disini tidak punya akses internet? Tapi Wi-Fi disini nampaknya berasal dari perusahaan ketermuka. Apa anda tidak pernah menonton televisi? Jika televisi disana hanya untuk pajangan lebih baik disumbangkan. Atau ada masalah dalam diri anda yang tidak bisa menggunakan gadget? Tolong periksa kembali perkataan anda, orang yang saat ini anda hina bisa saja akan menjadi orang yang akan dibanggakan Indonesia. Dan jika anda berpendidikan, seharusnya anda bisa menyampaikan kritik, saran, atau sanggahan dengan baik. Jika tidak bisa, katakan dengan baik. Berapa nilai sastra anda dulu hm? Sudahlah, ini membuang waktu. Ayo Dilea, kita salah datang kemari" Sinta sedikit menundukan tubuhnya. Karena sudah terlalu biasa dengan kebudayaan Korea yang sering ia lakukan. Sinta segera menarik tangan Dilea dan keluar dari neraka berwujud Rumah besar itu dengan beberapa umpatan yang dia layangkan berulang-ulang dibibir cantiknya.
Dilea sejenak menoleh kembali kerumah itu dan pandangannya tertuju pada seorang gadis yang sedang menampakan dirinya di jendela besar kamarnya. Terlihat berkali-kali bibir kecilnya menggumamkan kata Maaf dan tangan yang seakan menyuruh mereka cepat untuk meninggalkan rumah tersebut. Dilea menatap gadis itu dengan pikiran yang berkecambuk. Keadaan yang berantakan serta beberapa lebam di wajah cantiknya. Dilea menganggukan kepalanya dan tersenyum, sebelum akhirnya sebuah tangan dari arah gadis didalam sana menarik rambut sang gadis lalu tidak terlihat lagi keberadaannya. Hanya beberapa erangan kesakitan yang terdengar
Tetaplah bertahan Ina, aku akan berusaha untuk mimpi kita. Tolong selalu kuat, aku akan lakukan apapun untuk membuktikan jika ada yang lebih hebat dari ku. Dan yang seharusnya berdiri bersamaku disana. Itu kamu, Ina Ayuningtyas
. . . . . . . . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.