Tell Me

230 42 2
                                    

Rutinitas yang amat melelahkan sudah menjadi makanan para member akhir-akhir ini. Dan setelah sekian lama, akhirnya mereka bisa kembali ke dorm dan beristirahat. Selama ini mereka hanya bisa tidur saat sedang make up ataupun diperjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain. Mobilisasi yang sangat sibuk setiap detiknya

"Dilea-shi, sudah tidur?" benar, itu suara Jungkook yang tidur tepat dikasur bawah ranjang tingkatnya

"Belum oppa, wae?" balas Dilea. Entah apa yang gadis itu pikirkan hingga dia tidak bisa memejamkan matanya diwaktu yang jarang ia temukan ini

"Apa kau lelah?" Suara Jungkook mulai pelan dan sedikit parau disana. Dilea tidak berani melihat kebawahnya. Mungkin bicara seperti ini lebih baik

"Sangat, kau juga pasti lelah oppa. Istirahatlah"

"Sangat sulit ya jauh dari keluarga"

"Iya, ada beberapa momen kita ingin sekali memeluk mereka, namun terlalu jauh"

"Aku merindukan orang tuaku" hening, tak ada balasan apapun dari ranjang atasnya. Namun tak menyurutkan niat Jungkook untuk sekedar berkeluh kesah dengan roomate itu

"Disaat saat aku memegang trofi, aku ingin sekali bicara banyak dengan mereka. Walaupun sudah berterimakasih lewat televisi, rasanya ingin bersandar dan berkata kalau aku tidak masalah dengan sakit ditubuhku asalkan mereka bisa bahagia dengan trofiku. Kau tau kan rasanya ketika memenangkan sesuatu, kau pasti ingin membaginya dengan orangtuamu. Setiap aku menerima trofi, itulah yang kurasakan" Dilea masih setia mendengarkan ocehan Jungkook tentang kegundahannya. Tanpa disadari, kini hatinya terasa sakit karena merindukan keluarganya juga

"Apa kesulitanmu?" sepertinya pria bersurai hitam itu mulai lelah menceritakan tentang dirinya. Dia juga ingin temannya itu terbuka akan kegundahannya. Karena hanya Dilea lah teman sekolah juga teman kerjanya

"Kurasa semuanya sangat sulit. Mendengar cuitan haters, kata-kata kasar pada kolom komentar, jauh dari keluarga, istirahat yang kurang, lelahnya latihan, bahkan lelahnya sekolah. Aku rasa setiap hembusan nafasku sangat melelahkan. Sejujurnya ini semua sangat sulit. Tapi kembali aku diingatkan akan tujuan utamaku datang ketempat yang jauh ini. Ini bukan hanya tentang mimpiku, tapi juga sahabatku yang entah aku tidak tau seperti apa kabarnya. Dan aku selalu memikirkan, apakah kepala dari ibu dan adikku bisa terangkat karena ku? Aku harap mereka tak lagi menunduk pada keadaan. Geundae oppa, sulitkah berteman disekolah? Umji bilang padaku kau tak akrab pada satupun siswa dikelas, dia bahkan bilang kalau tugas kelompok selalu kau selesaikan sendirian. Rumor tentang dirimu yang introvert banyak tersebar di media, aku selalu meyakinkan diri kalau kau tidak seperti itu, jadi bagaimana kebenarannya?"

"Ah, kau fans yang sekarang merangkap sebagai sesaeng fans untuk menyebarkan gosip tentang member ya?" tipis memang, tapi tawa kecil dari Jungkook bisa membuat Dilea tersenyum kembali

"Aniyo, ah palli malhaebwa"
(tidak, ayo cepat beritahu aku)

"Aku bukan Taehyung hyung yang mengakrabkan diri dengan cara absurdnya. Hanya saja kupikir berteman di tempat itu akan menyulitkan. Dimana mereka hanya mau mencatut namamu untuk kepentingan pribadinya. Selama aku bisa mengerjakan semuanya sendiri, aku pikir tak masalah jika tak punya teman. Lagipula aku sudah punya kau, kau temanku kan sekarang? Kurasa punya 1 teman cukup. Daripada banyak, tapi malah akan menyusahkan"

An Idol

Keesokan paginya, Dilea bangun lebih awal. Berniat akan memasak sarapan untuk para member. Bagaimanapun juga dia menumpang, tidak mungkin jika tidak membantu sama sekali

"Woah Dilea-shi, Jal channi?" (sudah bangun) ternyata dia kalah cepat dari Kim Seokjin yang sudah sedari tadi berkutat dengan dapurnya

"Ah ne oppa. Mau ku bantu?" Gadis cantik dengan hoodie abu-abu kebesarannya itu mendekati Seokjin yang sedang serius. Entah akan membuat apa

"Tolong potongkan timun itu ya, japchae ku pasti akan lebih enak jika ditambah timun. Tapi, ada apa kau bangun sepagi ini?"

"Tadinya aku akan membuatkan sarapan. Tapi sepertinya aku kalah cepat. Mungkin lain kali saja" dengan senyum manis yang terpatri di wajahnya dia melanjutkan kegiatan memotong timun yang di suruh pria tertua di sana

"Memangnya mau masak apa?"

"Nasi goreng. Entahlah, tiba-tiba saja aku merindukan rumahku. Dan sepertinya nasi goreng bisa membantu"

An Idol

06.30 KST
Sinar matahari pagi kini mulai gagah melaksanakan tugasnya. Dan meja makan pun sudah penuh dengan hidangan pagi yang sedikit lebih bervariasi karena ada makanan lain yang dengan manisnya berada ditengah sana

"Jin hyung, kau yang memasak ini? Nasi goreng? Kau mau menjadikan kami kambing percobaanmu?" Yoongi menatap tidak yakin pada salah satu hidangan disebelah Japchae yang sudah sering dihidangkan oleh Seokjin

"Aniya oppa, nasi goreng itu aku yang buat. Ini bukan pertama kalinya aku membuat nasi goreng, ya semoga saja cocok dengan selera kalian" Seokjin dengan yakinnya menyendokan nasi goreng dengan Japchae dipiringnya. Dia yakin karena sebelumnya dia sudah terlebih dahulu mencicipinya, ketika ditinggal ganti baju oleh Dilea yang mulai hari ini sudah bisa kembali ke sekolahnya

"Kalau kalian tidak mau memakannya beli saja diluar. Aku bisa menghabiskannya sendiri." Sepertinya kalimat tadi memberikan sebuah sihir yang membuat semua member mengambil makanan yang tersedia kedalam piringnya. Meninggalkan Dilea dan Seokjin yang sudah hanyut dengan sarapannya masing-masing. Benar saja yang dikatakan Seokjin, pantas dia sesombong itu berkata bisa menghabiskannya sendiri. Ini memang enak. Jungkook bahkan sibuk mencari kotak makan dan mengisinya dengan nasi goreng serta Japchae Seokjin. Yoongi dan Jimin juga berebut sendok yang digunakan pada wadah nasi goreng itu. Sementara Namjoon masih dengan santainya menghabiskan makanan dipiringnya

"Tidak buruk. Aku suka" Taehyung memuji makanan dipiringnya sambil sesekali menganggukan kepalanya. Dia makan dengan lahap, dan membuat hati Dilea berdesir.

'Bahkan saat makanpun dia tetap tampan. Aku senang dia menyukainya, sangat senang' batin Dilea

"Dilea-ya, sepertinya kau harus masuk dapur setiap hari. Masakan Seokjin hyung memang enak, tapi membosankan. Bisakah kau buat makanan lain dari negaramu? Kurasa mereka pasti seenak nasi goreng ini. Iya kan?" Hoseok jelas dihadiahi ketukan sendok pada kepalanya yang sepertinya sakit, terdengar dari suara aduhan yang keluar dari mulutnya

"Yak hyung! Appo"

"Aku akan memasak jika sempat oppa, aku juga akan membantu Seokjin oppa mulai sekarang. Bagaimanapun aku menumpang disini, sudah seharusnya aku bisa banyak membantu" setelah meminum minumannya dan mencuci piringnya dan beberapa piring lainnya, kini dia tengah bersiap berangkat ke sekolahnya bersamaan dengan Jungkook. Sepertinya dia lega setelah menceritakan keluh kesahnya, terlihat dari wajahnya yang lebih cerah dibanding sebelumnya

"Palliwa, nanti kita terlambat"

"Ne, oppa"

"Wah hari yang cerah" pria manis itu menghirup panjang udara disekitarnya. Seperti orang yang baru saja bebas

"Cerah?" gadis berambut pendek itu jelas bingung. Cerah sebelah mananya? Awannya saja sudah gelap. Dan suara petir sudah terdengar sedari tadi. Tolong bangunkan Jungkook agar dia sadar dan menjelaskan kepada gadis itu, bagian mana yang cerah

"Hei Jungkookie, Dilea, palli. Sudah gerimis"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
😂😂😂😂

An IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang