"Appa... lihatlah ini!" Tawa Jimin sembari melihat-lihat mendali emas yang di dapatkannya dalam lomba tadi dan mendapatkan buket bunga cantik. Mereka sekarang berada di dalam mobil dan Chanyeol menyetir sambil melihat jalan dengan tenang.
"Aishh, kau sangat hebat ternyata." Jawab Chanyeol yang langsung mengelus kepalanya dan melirik Jimin sebentar.
"Appa!" Panggil Jimin langsung menghadap ke appanya.
"Sebenarnya aku dengar banyak orang bilang kita tak mirip, tapi aku tak peduli. Aku sih biasa-biasa saja." Cerita Jimin panjang lebar."Mwoya? Benarkah?" Tanya Chanyeol pura-pura kaget mendengar pernyataan Jimin.
"Iyaaa.. dan mereka bilang bahwa aku pasti mirip dengan eomma ku. Tapi aku belum bertemu dengannya appa!!!!" Rengek Jimin.
"Kapan kita ketemu? Aku kan sudah 19 tahun, kau bejanji padaku bahwa aku akan bertemu dengan eomma jika sudah besar." Rengek Jimin kesal pada Chanyeol."Jimin~~aa."
"Sebenarnya aku akan mempertemukanmu pada ibumu, tapi... aku tak yakin kau akan terlihat bahagia. Kapan-kapan kita akan bertemu okey?""Nde nde nde.. terserah appa lah." Balas Jimin sebal.
Chanyeol yang mengetahui itu di hatinya terasa ada benda yang menusuk terlalu dalam dan membuatnya bersedih dalam diam. Hening seketika yang membuat hati Chanyeol teriris akan kenangan masa lalunya, dia memudarkan keheningannya pada Jimin dengan bercerita sesuatu kepada Jimin.
"Yakk!! Anak appa sudah punya pacar belum? Kau kan sudah besar." Tanya Chanyeol sedikit bercanda meskipun masih sedih. Hening sejenak.
"Hmmm? Kau tak menjawabku?" Tanya Chanyeol memudarkan keheningan."Emmmm.. bu.. bu.. bukan be... gitu. Ak.. aku hanya..." Jimin menggaruk kepalanya bingung.
"Ada sihh... tapi... aku malu... ya malu... malu mengungkapkannya. Malu mengungkapkan perasaanku padanya." Jawab Jimin dengan senyum canggungnya."Kenapa harus malu?"
"Ungkapkan segera selagi masih ada waktu. Dia menyukaimu juga?""Sepertinya begitu. Dia selalu memberikanku bingkisan makanan dari eommanya. Emmmm... aku sangat suka."
"Cantik?"
"Eoh? Mwo?"
"Cantik?" Tanya Chanyeol kembali.
"Yaa.. cantik.. ya cantik. Kalau buat appa biasa sih tak masalah. Aku tak menjamin dia cantik. Aku hanya suka kriterianya. Buat apa cantik jika orang itu tak punya kriteria unik."
Chanyeol hanya mengangguk dengan cerita Jimin itu. Mereka di jalan selalu tertawa dengan gembira dan membuang beban yang ada.
Daegu, 03 Januari 1986
Ada 3 sosok yang sedang menyusuri jalan yang sepi. Dan salah satu ada yang menggendong seorang gadis. Ya! Chanyeol sedang menggendong Sohyun dengan Sohyun memakai kalung emas milik Chanyeol dan Sungjae yang berjalan sambil menendang batu-batu kecil di tanah.
"Kau lapar?" Tanya Sohyun pada Chanyeol yang ada di punggung Chanyeol, karena Chanyeol menggendongnya.
"Tentu saja. Aku sangat super duper lapar." Jawab Chanyeol.
"Kau tak menanyaiku?" Jawab Sungjae kesal dan berhenti untuk menendang batu-batu itu lalu mengahadap Sohyun.
"Kau tak ikut lomba. Jadi aku tak menanyaimu, mwek!." Cerocos Sohyun sambil melihat Sungjae yang menatap Sohyun dengan sinis dan Sohyun yang menjulurkan lidahnya.
"Mwoya?" Tanya Sohyun bingung."Yakk!! Park Chanyeol!! Bilang ke sahabatmu itu, aku juga lapar!" Gerutu Sungjae kesal sambil menyondor-nyondorkan tangannya kehadapan Chanyeol dan beralih menghalangi jalan Chanyeol.
Chanyeol yang melihat itu terlihat kesal dan berhenti, lalu melihat Sungjae dengan tatapan sinisnya.
"Makan saja tanah kalau begitu." Gerutu Chanyeol yang berjalan lagi dan menabrak pundak Sungjae. Sohyun langsung tertawa cekikikan melihat aksi itu.
Mereka akhirnya saling memaki tak jelas dan waktu menjelang sore tiba. Chanyeol lalu menurunkan Sohyun yang sudah ada di depan rumahnya.
"Masuk lah! Eomma ku pasti sudah menyiapkan makanan." Senyum Sohyun pada Chanyeol dan Sungjae yang di angguki oleh mereka berdua dengan senang. Mereka langsung memasuki rumah Sohyun yang sudah di sambut oleh ibunya.
Mereka melahap makanan dengan sangat antusias karena rumah Sohyun sudah di anggap rumah sendiri oleh mereka begitupun sebaliknya, itulah kata Sohyun. Mereka terus tambah dan pada akhirnya semua tertidur pulas di ruang tamu karena ibu Sohyun meminta temannya untuk menginap di sini karena sudah malam. Sohyun sekarang ada di kamarnya.
Sohyun mengambil gitarnya yang senarnya sudah putus. Dia mencoba menggantinya beberapa kali tapi tak bisa, karena perban yang membaluti tangannya.
"Aishh... kenapa sih aku harus terluka? Aku jadi tak bisa mengganti senar ini." Gerutu Sohyun lalu masih membenai gitar itu.
Ibu Sohyun membuka pintu dengan wajah yang bingung karena malam-malam Sohyun belum tertidur dan masih berkutik dengan gitarnya. Ibu Sohyun lalu duduk di samping Sohyun sambil mengelus kepala Sohyun.
"Kenapa belum tidur hmm?" Tanya Ibu Sohyun lembut.
"Eommaaaa... kau tak melihat ku menggati senar ini?" Kesal Sohyun menghadap ke ibunya lalu berbalik membenai gitarnya lagi.
Ibu Sohyun pun langsung mengambil alih gitarnya dan senar dari Sohyun. Sohyun kaget dengan ibunya yang langsung merebut gitar itu darinya. Ibu Sohyun mengganti senar yang putus itu dengan senar yang baru.
"Cahhh! Senar sudah ibu perbaiki. Sekarang kau tidur, aracchi?!" Senyum ibu Sohyun dan menaruh gitar itu di bawah kasur Sohyun.
"Gomawoyo eomma, jika kau bilang dari dulu pasti gitarku sudah rapi dan bisa di gunakan lagi." Sohyun mempoutkan bibirnya sambil tersenyum.
Ibu Sohyun mengelus kepala Sohyun.
"Tidurlah, ini sudah malam.""Ndee.!" Sohyun langsung tidur dan menarik slimutnya ke seluruh badannya. Ibu Sohyun pun pergi melihat Sohyun yang tertidur di ambang pintu sebentar lalu menutupnya dan pergi.
08:20 AM
Sohyun sudah duduk di meja makan dan ibunya yang menyiapkan makanan itu sendiri. Sedangkan Chanyeol dan Sungjae baru memasuki meja makan dengan tangan Sungjae yang meregangkan tangannya keatas seperti seorang habis bangun tidur menuju meja makan. Chanyeol yang ada di belakang Sungjae langsung menurunkan tangan Sungjae dengan kasar.
"Yakk!! Tangaku bisa patah!!" Kesal Sungjae dengan berbalik menatap Chanyeol yang hampir memukulnya tapi tidak jadi.
Ibu Sohyun yang melihat itu terkekeh kecil sambil menyiapkan makanan di meja makan. Sungjae berlari kecil menuju samping Sohyun yang berkutik dengan buku lagunya sambil memakan kacang polong. Sedangkan Chanyeol membantu ibu Sohyun menyiapkan makanan.
"Kau sedang apa?" Tanya Sungjae pada Sohyun sedikit tersenyum.
"Gunakan matamu selagi bisa melihat." Jawab Sohyun dengan sinis dan terus membaca buku lagunya sambil memakan kacang polong.
Sungjae langsung menatap meja yang penuh makanan satu persatu yang disediakan dengan padangan datar karena jawaban Sohyun. Chanyeol masih setia membantu ibu Sohyun. Ibu Sohyun jadi tak enak dan mengambil alih lauk yang di pegang Chanyeol mau di bawa ke meja makan dengan paksa.
"Aniya Chanyeol~~aa, aku bisa sendiri. Duduklah!" Perintah ibu Sohyun dengan tersenyum kepada Chanyeol.
"A.. a... a.. ani ani, aku akan membatumu eomma." Sahut Chanyeol tersenyum.
"Aniiii... duduklah dengan Sohyun dan Sungjae dengan tenang di sana!" Paksa ibu Sohyun lagi sambil tersenyum.
"Aku hanya ingin membantu, tak apa..." Senyum Chanyeol sambil merebut lauk itu lagi pada Ibu Sohyun.
"Aniyaa nakkk.. duduklah!" Senyum ibu Sohyun lagi dengan merebut lauk itu lagi.
Sohyun dan Sungjae yang mendengar kegaduhan itu menatap mereka dengan bingung. Ibu Sohyun dan Chanyeol yang merasa dilihat, langsung melihat Sungjae dan Sohyun sambil nyengir.
"Aishhh." Desah Sohyun malu.
VOTE ❤❤❤
~|| RINDA AUlIA ||~

KAMU SEDANG MEMBACA
1986 FLASHBACK YOU ~ PCY [COMPLITE]
FanficKatakanlah bahwa sahabat itu lebih penting dari cinta pada masa 1986. Namun jika memang salah satu dari sahabat kita menyukai kita, apakah harus kita menolaknya karena alasan kalau sahabat harus jadi sahabat? Namun takut putus dan tak menjadi sahaba...