Seoul, 05 Januari 2018
Paginya Jimin dan Chanyeol sudah berada di meja makan. Hanya ada bunyi piring saja di ruangan itu. Jimin yang merasakan keheningan itu, membuka pembicaraan dan menaruh garpu dan sendoknya.
"Appa..." Sapa Jimin pada Chanyeol yang berada di depannya.
"Wae?" Chanyeol mendongak ke arah Jimin dan meminum air putih.
"Emmmm.... lanjutkan makananmu dulu saja lah!" Jawab Jimin.
Mereka pun akhirnya selesai makan dan berada di mobil. Saat ini Chanyeol dan Jimin berada di kursi penumpang, karena sopir pribadi Chanyeol yang menyetir.
"Kau belum melanjutkan bicaramu tadi?" Lanjut Chanyeol pada Jimin.
"Jadi..."
"Kau selalu menggantungkan kalimatmu Jimin~~aa." Kesal Chanyeol pada Jimin.
"Aku berkelahi."
Seketika Chanyeol menatap Jimin kaget karena anaknya tak suka berkelahi atau pun bermusuhan.
"Wogurae?"
"Karena masalah wanita." Jawab Jimin sambil menunduk takut. Chanyeol yang melihat Jimin menunduk merubah posisinya menjadi mengahadap Chanyeol.
"Jimin~~aa." Chanyeol menggoyangkan lengan Jimin agar melihatnya.
"Hanya gara-gara wanita? Siapa yang mengajakmu berkelahi?""Nde, aku." Jimin masih menunduk takut meski ayahnya mendorong-dorong bahu Jimin.
"Dengan siapa?"
"Sahabatku sendiri."
Chanyeol merenggangkan tangannya dan menatap Jimin dengan amarah.
"Kenapa kau jadikan perempuan barang taruhan, hah?" Tanya Chanyeol kesal pada Jimin.
"Ap... appa, bukan itu maksudku." Jelas Jimin yang langsung menatap ayahnya dan ingin memegang tangan Chanyeol. Seketika Chanyeol menghempaskan tangan Jimin.
"Aku tak ingin kau menjadi anak pecundang, hanya gara-gara wanita. Jika memang kau mencintainya, jangan buat dia barang taruhan. Yakinkan hatimu kalau kau benar-benar tulus mencintainya, jangan pindah ke hati wanita lain."
"Dan... jangan pernah menyesal dengan cinta." Kata Chanyeol penuh penekanan.Apa yang dikatakannya memang benar-benar tak masuk akal. Semua kata-katanya itu bergaris bawah pada masa lalunya, yang mana ucapan dan perbuatannya di masa lalu tak begitu sama. Mereka kini sampai di tempat tujuan masing-masing. Dimana Jimin sekarang di kampusnya dan Chanyeol di studio pembuatan lagu.
Chanyeol duduk di ruangan musik sendirian tanpa ada orang disana. Dia merenung sambil memegang sebuah diary biru laut yang selalu dia bawa kapanpun.
Tak selang lama ada seorang pria muda, Baekhyun. Dia masuk dengan senyum mengembangnya.
"Haiii shamson!!!" Sapa Baekhyun girang pada Chanyeol. Baekhyun pun duduk di samping Chanyeol masih dengan terus tersenyum.
Chanyeol pun menaruh diary itu menjauh dari Baekhyun agar dia tak melihatnya. Baekhyun yang melihat Chanyeol menarus sesuatu ikut melihat di sekitar Chanyeol.
"Shamson? Kau tak menyembunyikan sesuatu kannn? Kan kan kan?" Canda Baekhyun dengan senyum jahilnya itu.
"Aisshhh.. anak muda memang benar-benar."
"Aniyaa!!" Jawab Chanyeol sebal dengan Baekhyun.
"Ada apa kau datang kemari?" Tanya Chanyeol pada Baekhyun."Aku hanya memberikan flashdisk ini."
"Maaf shamson, kemarin aku tak bisa datang.""Hhhh tak apa. Oh ya ngomong-ngomong kau ada waktu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
1986 FLASHBACK YOU ~ PCY [COMPLITE]
Hayran KurguKatakanlah bahwa sahabat itu lebih penting dari cinta pada masa 1986. Namun jika memang salah satu dari sahabat kita menyukai kita, apakah harus kita menolaknya karena alasan kalau sahabat harus jadi sahabat? Namun takut putus dan tak menjadi sahaba...