~|| 9 ||~

127 22 2
                                    

Sae Ron sekarang bersama Minghyuk di dalam mobil masih dengan keadaan Sae Ron yang marah.

"Apa-apaan si lo Ming?!" Ketus Sae Ron tak suka.

"Memang kenapa? Masalah ya?" Tanya Minghyuk tajam.

"Lo udah ngehancurin hubungan gue sama Jimin tau gak."
"Dan apa lo bilang? Tunangan?"

"Hah? Ngehancurin? Selagi gue bisa mendapatkan lo, apakah itu namanya ngehancurin? Dan gue bakal tunangan sama lo." Senyum Minghyuk seperti tidak punya dosa.

"Asal lo tau ya! Lo itu masih calon bukan sah gue, ngerti gak lo?!" Sae Ron mau keluar dari mobil tapi Minghyuk menahannya.

"Buat apa lo keluar? Nyamperin si Jimin itu? Toh, dia juga bakal menjauh dari kehidupan lo-"

"GAK AKAN!" Potong Sae Ron dengan teriakan.
"Gue, bakal batalin pertunangan ini.... secepatnya!" Tekan Sae Ron sudah marah besar ke Minghyuk.

Sae Ron keluar dari mobil Minghyuk dengan membanting pintu mobil itu keras. Minghyuk yang melihat kelakuan Sae Ron, langsung membanting stir mobil kesal.

"ARGHHH!!" Kesal Minghyuk frustasi.

Sae Ron terus mencari Jimin ke seluruh penjuru kampus, namun tidak ada tanda-tanda bahwa Jimin ada. Tapi tak lama kemudia Sae Ron melihat Jimin yang berjalan lunglay dan menghampirinya dengan menghadang jalan Jimin.

"Jimin~~aa dengarkan aku! Ini bukan seperti drama yang kau lihat, aku tidak seperti itu." Sae Ron memegang tangan Jimin yang menunduk lesu. Sae Ron tidak terisak namun mengeluarkan air mata.
"Aniyaa Jimin~~aa, aku tau kau sangat kesal padaku. Tapi... percayalah dia seperti monster bukan malaikat penyelamat." Sae Ron mengusap air matanya dengan kasar.
"Arachi?"

Jimin melihat Sae Ron datar dan langsung tersenyum kecut ke arah Sae Ron dan menghempaskan tangan Sae Ron kasar.

"Maksudmu? Aku harus memiliki seorang wanita milik monster? Apakah aku harus membiarkan angin kencang terus menjadi? Hah?" Jimin tersenyum seolah dia sudah tak ada harapan.
"Huhhh terimakasih.." Ucap Jimin sembari menghembuskan nafasnya kasar.

"Jimin~~aa..." Sae Ron terus menangis dan menunduk.

Sae Ron tidak bisa menghentikan tangisnya. Apa yang di inginkan Sae Ron tejadi. Jimin memeluk Sae Ron dan dia ikut terisak.

"Aku tidak akan membiarkan monster itu menghancurkan duniaku dengan angin kencang itu." Ucap Jimin pelan dan memeluk Sae Ron erat membuat Sae Ron terus menangis. Para mahasiswa yang melihat itu hanya menatap Jimin dan Sae Ron iba.

Dilain tempat Chanyeol ayah Jimin sedang berada di sebuah studio pembuatan musik melihat Baekhyun sedang bernyanyi di sebuah dapur rekaman. Chanyeol melihat Baekhyun tajam seolah sangat serius mendengarkan musik yang teralun damai.

Baekhyun keluar dari dapur rekaman dengan merentangkan tangannya seolah legah dengan apa yang dia nyanyikan di dalam.

"Ahhh akhirnya selesai juga." Ucap Baekhyun sembari menekuk kepalanya ke kanan dan ke kiri.

"Oh ya Baek, besok apakah kau bisa sendiri melakukan proses pembenahan?" Tanya Chanyeol masih fokus dengan komputer di depannya.

"Mwoya? Shamson mau kemana?" Tanya Baekhyun menghampiri Chanyeol.

"Aku ada urusan..." Chanyeol memutar kursinya menghadap Baekhyun.
"Piyane." Kata Chanyeol memohon maaf.

"Aniya shamson, besok juga aku akan membenahi ini bersama Yoon." Senyum Baekhyun seolah mengerti yang di katakan Chanyeol.

"Sekali lagi aku minta maaf."

"Aishh seharusnya aku yang berterima kasih ke shamson karena hari ini bisa menemaniku." Tawa Baekhyun mencairkan suasana.

1986 FLASHBACK YOU ~ PCY [COMPLITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang