Chapter 27: Problem

4.9K 715 77
                                    

Jungkook hanya bisa menghela napas saat merasakan ada langkah kaki yang berjalan di belakangnya. Ia berhenti dan membalikkan badan, mengagetkan orang yang mengikutinya. 

"Ngapain?" Ucapnya di ujung tangga. Tinggal satu langkah lagi dia sudah sampai di lantai 2. 

"Mau ngobrol sama oppa." Begitu jawab orang tersebut.

Jungkook kembali menghela napas, lalu membalikkan badan. Menginjakkan kaki di lantai 2 tetapi bukannya berjalan ke kamarnya, dia membelokkan badannya menuju ruang tengah lantai atas. Dia heran kenapa Yerim akhir-akhir ini selalu seperti ini. Apa dia balas dendam? Apa dulu Jungkook juga sering seperti ini? Atau ini cara Yerim untuk mengungkapkan kalau dia benar-benar sudah suka pada Jungkook?

Jungkook bukannya tidak percaya bahwa Yerim menyukainya. Dia mencoba untuk percaya. Tetapi siapa orang yang bisa percaya kalau orang yang selalu cuek kepadanya ini suka padanya? Apa Yerim yakin kalau dia benar-benar suka padanya? Apa dia tidak salah mengenai hatinya? Apa mungkin dia takut bahwa dia akan sendirian, dan akhirnya mulai bergantung pada Jungkook? Jungkook selalu takut bahwa pilihan yang terakhir adalah yang sebenarnya, bukan karena Yerim suka padanya. 

Ingat kan waktu itu Namjoon bilang kalau Yerim tidak suka padanya? Bahkan Jimin juga berkata demikian.

Tetapi Jungkook juga ingat ketika saat makan di restoran hari itu, Yerim memang sudah mulai suka padanya. Jungkook bingung. Jungkook melirik bekas kamar Yoongi. Sebentar lagi kamar itu akan ada yang mengisi. Mark. Orang yang katanya akan dijodohkan dengan Yerim. Well, bukan perjodohan seperti Jimin, tetapi dia ingat saat Seulgi bilang akan mendekatkan mereka berdua. 

Jungkook memposisikan badannya sebelum duduk di sofa dan menghempaskan diri di sofa. Yerim sendiri mengambil jarak satu badan sebelum akhirnya ikut duduk di sofa yang sama. Jungkook meraih remote di meja, lalu menyalakan televisi. 

"Oppa jangan cemburu, hati aku tetap buat oppa."  Kata-kata Yerim hanya membuat sudut bibir Jungkook naik. Sejak kapan si kecil ini jadi suka menggombal. Dan kenapa dia bicara seperti itu? "Makanya, kita resmikan saja hubungan kita, supaya semua jelas." 

Jungkook memincingkan mata, dan menatap Yerim. Tangannya diletakkan di dahi Yerim sebelum tangannya yang lain diletakkan di dahinya sendiri. "Kamu nggak panas."

"Aku memang nggak sakit." Yerim melepaskan tangan Jungkook dari dahinya. Jungkook sendiri melepaskan tangannya dari dahinya sendiri. Ia menatap Yerim yang terlihat jengkel. 

"Memang apa keuntungan yang kamu dapat kalau hubungan kita resmi?" Tanya Jungkook. "Kamu yakin kamu suka aku?" Jungkook akhirnya memutuskan untuk membuka semua apa yang dipikirkannya. "Bukan karena kamu takut karena sebentar lagi sendirian? Bukan karena kamu butuh memanfaatkan seseorang yang menyukai kamu? Bukan karena--" 

Jungkook berhenti berbicara. Bukan, lebih tepatnya tidak bisa berbicara karena Yerim menciumnya.

*** 

Yerim mengikuti Jungkook dari belakang sambil memperhatikan apa yang dilakukan Jungkook. Ia bisa melihat Jungkook melihat bekas kamar Yoongi. Pasti Jungkook sedang memikirkan tentang Mark. Dia dan Mark tidak ada apa-apa. Hanya sebatas teman seumuran. Walaupun dia tahu Mark suka padanya, well, siapa yang tidak suka Kim Yerim? Yerim tersenyum sendiri atas pemikirannya. Dia melihat Jungkook menghempaskan diri di sofa. Itu tandanya si muscle bunny sedang kesal. Setahun serumah dengan Muscle Bunny dia jadi hapal dengan kebiasaan yang dilakukan Jungkook. Kalau dia menghempaskan diri di manapun artinya dia kesal. Kalau hidungnya tiba-tiba mengerut dia sedang berpikir, kalau dia sedang senang, kakinya digerak-gerakkan. Yerim baru sadar kalau dia ternyata sering memperhatikan Jungkook. Bagaimana dia tahu tentang itu tadi ya? 

Roommate ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang