First Meet

3.1K 44 0
                                    

Aku dan Riri kembali dari makan mi ayam di depan gerbang sekolah. Hujan masih berlanjut.

Ketiga BPH* OSIS dan Kabid Porseni* masih tetap bejibaku dengan kegiatan mereka sambil tertawa dan mengumpat tidak jelas.

"Anjir.. Jangan ninggalin gue woy! Gue diserang sendirian ini!" jerit Niko, kabid porseni.

"Mampus lo, lemah sih, lo. Ram, bantu gue, Ram." timpal Indra.

"Oke bosqu." jawab Rama

Ya, begitulah hidup para laki-laki, gabut* sedikit pasti geol*.

"Gimana On? Udah nemu namanya?" tanya Riri kepada Dion yang sok sibuk melihat-lihat berkas kegiatan tahun lalu.

"Dion, Ri, D-i-O-N, jangan panggil gue On doang, jelek banget tau gak." sergahnya.

"Ye.. Gue yang manggil kok lo yang sewot, sih. Lagian, lo juga panggil Sheila pake She doang."

"Kan masih bagus, Ri, daripada On doang. Nanti orang yang gak kenal gue jadi nyangka nama gue OON."

"Emang lo oon kan?" timpal ku.

"Diem lo, She."

"Serah deh, mau Dion, mau On, mau Oon. Itu nama kegiatan udah nemu belum? Ini proposalnya mau dikerjain."
Riri sudah mulai habis kesabaran.

"Gak jadi disingkat, dibiarin panjang aja." ujar Dion santai.

"What the.... Huff.. Sabar, sabar, sabar." Riri mencoba meredam emosinya.

"Tahu begini gue tadi gak ikut rapat minim guna ini, mana kejebak hujan lagi." rutukku.

"Udah, santai aja kenapa, toh lo juga ga rugi-rugi amat kan? Setidaknya lo bisa ngobatin kangen lo-lo sama gue."

"Najis.. Huweekk."

Ucapku dan Riri sambil memeragakan orang muntah.

"Halo... Udah selesai rapatnya?"

Seorang cewek cantik tiba-tiba masuk dengan rambut setengah basah. Dia Rara, kembaran Riri. Razka Fajrisa dan Rizka Fajrisa. Meskipun lahir ditanggal dan ibu yang sama, kedua bersaudara ini sangat tidak layak disebut kembar.

Aku sendiri juga bingung pada awalnya. Tapi lama-kelamaan, aku bisa menerima kenyataan bahwa manusia itu memang unik.

Razka, atau yang kupanggil Rara, karena Riri tidak mau dipanggil Rizka. Dia adalah wakil ketos satu. Cantik dan kalem, sangat berlawanan dengan kembarannya.

"Dari mana, Ra? Kok gak ikut rapat tadi?" tanyaku.

"Oh, habis ada rapat sama anggota PALA*. Mau ke puncak, hehehe.." jawabnya.

"Emang Mami ngebolehin kamu berangkat?" tanya kembarannya, Riri.

"Boleh, kan lo juga ikut." jawabnya santai.

"Ih, ogah, berangkat aja sendiri sono! Gue mending nyantai di rumah, main ke rumah Sheila, daripada ikut lo ke hutan, banyak nyamuk, capek lagi. Ogah gue!"

"Ayolah Ri.. Mami gak ngebolehin kalo lo gak nemenin gue. Gue pengen banget, Ri. Ya..ya..ya.. Pliss.." mohon Rara.

"Sekali ogah tetep ogah. Lagian ngapain sih lo ikutan segala? Mending lo di rumah bantuin Mami masak!" tolak Riri yang tetap bersikukuh.

"Shei, lo mau ikut gak? Biar Riri juga ikut?" tawar Rara.

"Aduh, sorry, Ra, gue udah ada rencana ke pantai sama bonyok*. Lain kali deh, Ra. Sorry ya.."

"Nah tuh, mending gue ikut Sheila ke pantai sama bonyoknya. Nanti pasti ditraktir seafood." timpal Riri.

"Razka.. Aku ga dibolehin masuk, nih?"

Sebuah suara menginterupsi konflik saudara kembar yang tidak kembar ini.

"Eh, Ferdi, gue lupa kalo ngajak lo. Sorry banget, sini masuk aja."

Rara mengajak seseorang masuk. Cowok itu Ferdi, kelas 11-C, ketua ekstra PALA. Aku hanya tahu nama dan orangnya, tapi tidak pernah benar-benar kenal. Dan sepertinya dia pacar baru Rara, mereka tampak sangat akrab.

"Hai, numpang bentar ya, hehe.." sapanya.

"Fer, ini Rizka, saudara kembar gue. Dan ini Sheila, tetangga gue."

Rara memperkenalkan Aku dan Riri.

"Hai, sorry, gue ga begitu kenal sama BPH OSIS kecuali, Dion, Rama, dan Indra, dan Rara pastinya karena kita satu ekstra."

Dia tersenyum manis. Senyuman yang konon bisa meluluhkan Bu Sri, guru matematika paling killer.

"Oh.. Sans* aja." timpal Riri.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Bundaku menelpon dan mengabarkan bahwa beliau sudah ada di depan menjemputku.

"Gaes*, gue balik duluan ya, udah dijemput."

"Yah..kok lo balik sih. Gue numpang lo deh, nyokap lo bawa mobil kan?" tanya Riri.

"Bawa kok. Yaudah bareng aja. Rara?" tawarku.

"Eh, gue masih ada urusan dikit sih, nanti deh gue pulang sendiri."

"Yaudah, balik ya gaes. Dion, Rama, Indra, Niko, Rara, balik dulu ya.." pamit ku sambil ber-toss dengan mereka.

Toss atau salaman sebelum pulang adalah tradisi kami sejak dulu. Dan karena ini kami jadi seperti keluarga.

"Lo lupa sama Ferdi?" tanya Riri.

"Oh iya, balik dulu, ya."

Aku ber-toss canggung dengan Ferdi.

Tbc...

___________

*BPH : Badan Pengurus Harian
*Kabid Porseni : Kepala Bidang Prestasi Olah raga dan Seni
*Gabut : gaji buta (nganggur)
*geol : gem/game online (saudara ojol alias ojek online)
*PALA : Pecinta Alam
*bonyok : bokap-nyokap
*sans : slang word dari "santai"
*gaes : slang word dari "guys"

BAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang