Me, You, and Silence

2.2K 42 1
                                    

Minggu ujian semester empat tiba. Itu artinya minggu terakhir menjadi siswa kelas 11.

Dan minggu ujian artinya adalah minggu hectic* bagi kami BPH OSIS. Karena selain belajar untuk ujian, kami harus mematangkan konsep acara Pekan Seni dan Olah raga yang sudah menjadi tradisi setelah ujian dan sebelum liburan semester tiba.

Bahkan menjelang seminggu sebelum ujian berlangsung, aku harus sering mampir ke ruang OSIS untuk mengebut pengerjaan proposal* dan beberapa surat penting yang harus segera dikeluarkan.

Meskipun sudah membagi tugas dengan Riri, tetap saja ada beberapa yang terkadang miskom* dan salah format. Sehingga harus mengulang membuatnya.

Seperti sekarang ini. Aku dan Riri sedang merevisi surat permohonan peminjaman tempat dan pengajuan anggaran dana yang sejak tadi masih saja dikalkulasi berulang-ulang oleh Rama.

"Gimana, Ram? Apa lagi, nih, yang mau diubah? Kayaknya ini dana udah mentok segini deh, Ram." tanyaku

"Bentar-bentar gue hitung lagi. Ini dana buat konsumsi sebanyak ini, bagian keuangan bakal ngasih gak, ya? Aduh harusnya masih dipotong sih, bentar deh, gue panggil sie konsumsi dulu, kali aja dia punya rekomendasi yang lebih murah lagi." ujar Rama sambil mengotak-atik ponsel ditangannya.

"Elah.. Ram, kenapa gak dari kemarin, sih, rundingannya? Udah sore, nih."
Protes Riri.

"Tau nih, anak. Bikin repot aja." timpalku.

"Hehe.. Sorry, gue kelupaan kemarin. Khilaf hehe.."

"Huh.. Dasar! Eh, BTW* itu bos lo kemana, Ram?" tanya Riri.

"Bos gue? Dion maksud lo? Ogah banget gue jadi kacungnya dia. Idih..." Rama bergidik.

"Lah.. Kan lo emang kacungnya?"

"Gila apa ya, lo, Shei? Kalo gue kacung, lo berdua juga, keleus*. Lo mau jadi kacungnya Dion? Gue mah ogah! Gue berdikari!"

"Iya juga, sih, lo aja tuh She yang jadi kacungnya Dion."

"Kok gue, sih. Ogah gue!" sergahku.

"Buktinya lo mau aja disuruh ngerjain LPJ, surat ini, surat itu."

"Ngaca deh, Ri, lo juga kan?"
ujarku dengan senyum penuh arti.

"Iya juga, ya? Kudeta!"

"Gila lo, Ri."

"Kan gue partner lo, She. Ini ketularan lo."

Ya, jangan heran dengan kebodohan yang selalu terjadi di ruangan ini. Sepertinya ini kutukan dari bangunan ini. Siapapun yang masuk dan bergabung dengan kumpulan yang ada di dalamnya, niscaya akan menjadi gila. Ya, sepertinya ini kutukan.

Dan tiba-tiba Aku dan Riri dikagetkan oleh Rama yang sedang menelepon dengan suara seperti sedang menyiapkan pasukan di lapangan.

"Halo, Fer!... Gue pengen diskusi masalah konsumsi yang biasa lo pesen buat anak PALA, nih."

"..."

"Oh.. Oke-oke, gue di ruang OSIS, lo kesini, deh!"

"..."

"Oke... Yoi bosqu." Rama mengakhiri teleponnya.

Aku dan Riri hanya bisa melongo melihat kejadian tadi. Fix, kegilaan ini kutukan.

Kami berempat sekarang, kegilaan sudah mulai berhenti, berubah menjadi keseriusan. Ya, Rama dan Ferdi sedang serius membahas tempat catering* yang sangat murah dengan porsi banyak. Bahkan aku sendiri heran tempat seperti itu ada di Jakarta.

"She, suratnya ini doang kan, yang  mau di fotokopi?" tanya Riri.

"Ye.." jawabku singkat.

"Yaudah, kuy!" ajak Riri.

"Mager. Lo aja, deh, Ri. Deket kan, di koperasi. Jam segini masih buka, kok. Sekalian titip es krim ya, Ri. Duitnya gue ganti kok, tenang aja."

"Ah..elah.. Lo mah. Dikit-dikit mager. Gendut lo ntar."
dumel Riri sambil bangkit sendirian.

"Hehehe.. Jangan lupa pake nota* ya, fotokopiannya, es krimnya jangan dimasukin nota juga, ngamuk ntar bank-nya."
ujarku sambil melirik Rama. Yang dilirik sepertinya sedang tidak bisa diganggu.

"Ye." jawab Riri singkat.

"Eh, Ri, mau keluar, lo? Titip bungkusin siomay depan sekalian, Ri!" seru Rama.

"Ogaah..!!" jawab Riri dari luar sambil berjalan menjauh.

"Elah.. Tuh bocah pelit banget. Mana gue laper lagi." dumel Rama.

"Yaudah, beli sendiri aja sih." saran Ferdi.

"Lo, mau juga?" tawar Rama kepada Ferdi.

"Nggak usah, deh, makasih." jawab Ferdi.

"She? Mau?" tawar Rama kepadaku.

"Nggak, deh, gue udah nitip es krim." balasku.

"Yaudin*, sih. Lo, tunggu sini ya, Fer. Sama tolong lo hubungin yang punya catering, itu itung-itungannya udah gue catet di kertas. Gue balik bentar lagi, oke?"

"Siap bosqu.." jawab Ferdi enteng.

Dan kemudian Rama pergi. Meninggalkan ku sendiri. Nggak deh, sama Ferdi.

Ya, aku dan Ferdi, berdua, canggung. Suasana sepi. Ferdi masih berkutat dengan poselnya, sedang berusaha menghubungi catering.

Dan aku. Mengamatinya. Ah.. Bodo amat lah. Lalu kupalingkan pandanganku ke arah laptopku yang menyala mencoba mencari kesibukan dari sana.

Sepi.


Tbc...

_______________

*hectic : tidak tenang, ribut
*proposal : dokumen rancangan kegiatan secara rinci, dibuat untuk mendapat persetujuan kegiatan dari pihak lain
*miskom : miss komunikasi (salah paham)
*BTW : By The Way (ngomong-ngomong)
*keleus : slang word dari "kalii"
*catering : jasa boga/jasa pemesanan makanan/masakan
*nota : bukti transaksi tunai (diperlukan saat laporan pertanggung jawaban keuangan)
*Yaudin : plesetan dari kata "yaudah"

BAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang