Posisi aneh

1K 37 0
                                    

Jam istirahat. Antagoners squad kembali berkutat di basecamp.

"Shei, lo nggak makan?" tanya Resti.

"Nanti aja."

Aku kembali menekuni novel Harry Potter yang kupinjam dari Riri beberapa hari lalu.

"Shei, tolong pegangin tas gue, dong." suara Ferdi menginterupsi imajinasiku.

"Taruh aja di lantai. Gak ada yang mau nyuri tas lo juga."

"Gak ada tempat. Gue pengen tiduran."

"Taruh di kursi atau meja."

"Lebih aman sama lo."

Kemudian dengan seenaknya Ferdi menempatkan tasnya di atas kakiku yang kuselonjorkan.

"Gue buang sampah dulu, ya."

Aku hanya mengawasi gerak geriknya sambil mendumel.
"Dasar cowok absurd."

Aku kembali dengan novelku dan imajinasiku sampai tiba- tiba kakiku terasa berat.

Ferdi merebahkan kepalanya di atas tasnya yang berada di kakiku

"Heh, lo ngapain sih, Fer?"

Aku menggoyang-goyangkan kakiku agar terlepas dari posisi aneh ini.

"Diem dong, Shei. Gue ngantuk banget pengen merem. Tadi bangun kepagian nih, gue."

"Tidur di UKS sana!"

"Ketahuan sama dedek gemez dong."

Iya juga.

"Ya tapi jangan di kaki gue juga. Berat nih."

"Bentar aja Shei."

Aku goyang-goyangkan lagi kakiku berharap dia terganggu dan enyah.

"Shei, diem. Lu goyang-goyang lagi gue peluk lo."

Sial. Memang sulit berhadapan dengan orang gila.

"Duileh.. suami istri-able banget sih kalian. Jangan-jangan lo habis lulus langsung cus KUA, nih." ejek Andre.

"Fer, jangan gila deh, jadi gosip nih. Gue ga mau jadi pelakor. Masih bagus kalo dilabrak pake disawer duit, lah kalo sawernya batu kan sakit."

"Fer, bangun!"

Ferdi bergeming.

"Sialan lo Fer, jangan mesra di sini, dong. Kasian nih, gue jomblo. Sedih liatnya." ganti Indra Si Jones berkomentar.

"Pasangan baru mah bebas mau mesra." timpal Andre.

"Ck..ck.. Ditunggu ya undangannya." Nana ikut menimpali.

Dan makin banyak lagi kata-kata yang membuat pipiku semakin merah.

Sadar Sheila, jangan terbang, jangan baper. Jantungku, plis jangan keras-keras detaknya.

Aku menenangkan diri, mencoba abai dengan siulan dan olokan mereka dengan pura-pura fokus pada novel yang kupegang.

Sampai tiba-tiba orang yang sangat-tidak-kuharapkan-untuk-melihat-posisi-aneh-ini muncul di ambang pintu dengan sapaan riangnya.

"Hai, para penjahat!"

"Loh, Razka, ngapain lo ke sini?" tanya Andre.

"Oh, enggak, mampir aja kok, hehe. Sekalian ada perlu sih sama Sheila." 

Matanya bertemu denganku. Dia melihat posisi aneh ini.

Refleks aku menarik kakiku yang dijadikan bantal oleh Ferdi tanpa peduli bahwa kepalanya langsung bertemu lantai. Bahkan aku tidak peduli dia mengaduh kesakitan.

"Sheila, gue pinjem flashdisk lo yang dibawa Rizka, ya. Buat copy file LPJ ke sekolah."

Posisiku yang tidak jauh dari pintu dan kebetulan sudah melihatnya sejak datang. Akhirnya aku hanya mengangguk meng-iyakan.

"Bawa aja, Ra."

"Oke."

Setelah itu dia langsung pergi.

Aku merasa sangat bersalah. Rasanya ingin kukubur diriku di tanah. Sedalam-dalamnya.

Ternyata rasanya seperti ini. Ketika 'terduga pelakor' ketahuan. Aku merasa sangat malu dan bersalah.

Ferdi protes padaku yang tega mempertemukan kepalanya dengan lantai.

Aargh...ini semua salah Ferdi.
Harusnya dia tadi menurut perkataanku untuk bangun. Tidak, ini juga salahku harusnya tadi langsung kutarik saja kakiku saat dia mulai menjadikannya bantal. Bukannya malah deg-deg-an. Arrgh... Bagaimana ini.

Belum cukup dengan lantai, aku menghadiahi lagi kepala Ferdi dengan jurus timpukan novel yang kupegang.

Aku kesal. Gara-gara dia aku harus terjebak dalam posisi aneh dan ketahuan pacarnya pula.

Aku segera meninggalkan Ferdi dan memilih keluar. Berpikir bagaimana caranya minta maaf pada Razka dan menjelaskan kesalah pahaman ini.

Sial.

Tbc...

______________

Halo.. Adakah yang nunggu kelanjutan cerita absurd ini?
Terima kasih banyak sudah mau baca dan menunggu kelanjutan cerita gaje ini hehehe
Silahkan jika ada yang mau koreksi saltik
Maaf apabila cerita ini tidak seperti yang diharapkan pembaca sekalian.

Terima kasih sudah mau membaca
:)♥♥

BAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang