Pekolar (Pekan Olah Raga)

1.5K 45 1
                                    

Ujian selesai, dan acara yang sudah ditunggu-tunggu tiba.

Ya, hari ini Pekan Olahraga Akhir Semester sudah dibuka, dan diawali dengan pertandingan Futsal Putri kelas 11-A melawan 10-D. Lapangan futsal penuh oleh supporter dari masing-masing kelas.

Aku dan Riri tidak mau ketinggalan pertandingan yang memang ditunggu-tunggu ini.

Sebagian orang di sini sebenarnya lebih menunggu konflik hati yang bakal berujung perang.

Kelas 11-A adalah kelas si Berbi pelakor, Fanya. Dia adalah "Dewi Sekolah", teman-temanku memberinya julukan itu karena skandalnya yang sering menjadi orang ketiga diantara monyet-monyet bertebar cinta. Akhirnya julukan nista itu pun tersemat untuknya.

Tapi jika dikaji ulang, siapa sih yang nggak mau sama dewi sekolah? Bahkan cowok-cowok yang janji bakal setia sama monyet cintanya bisa tiba-tiba amnesia. Tapi ya bomat* lah ya.

Sedangkan kelas 10-D adalah kelas cewek yang di-pelakor-in, yang  ternyata sekelas sama cowoknya. Hahaha.

Aku sudah membayangkan bagaimana pertandingan akan berakhir dengan ajang tarik tambang menggunakan rambut. Pasti seru sekali hahaha.

Setengah babak pertandingan berlangsung. Tetapi adegan perang yang kuharap-harapkan belum juga terjadi. Padahal kedua tokoh jagoan sudah berada pada arena yang sama.

Dan ditengah kesenanganku yang terhanyut jalannya pertandingan, sambil berharap-harap bahwa Fanya dan rivalnya akan segera saling lempar sepatu. Tiba-tiba datang orang yang paling tidak ingin aku jumpai di muka bumi ini sekarang. Karena tujuannya yang pasti adalah merusak kesenangan.

"She! Disini lo rupanya! Gue cari sampe muter-muter juga!"

"Apaan? Minggir, dong, ngehalangin pemandangan seru aja lo!" usirku agak berteriak karena suasana memang sangat riuh.

"She, gantiin wasit badminton!" teriaknya, mencoba mengalahkan keriuhan agar aku mendengarnya.

"Apa?!"

Tiba-tiba Dion menarik tanganku membawaku keluar lapangan futsal.

"Eh..eh.. Apaan sih!" aku meronta agar tanganku dilepaskan. Malu, karena beberapa orang melihat ke arah kami.

"Gantiin jadi wasit badminton. Wasitnya gak dateng, lo aja yang gantiin." ucap Dion setelah sampai di luar dan melepas tanganku.

"Hah? Kenapa gue?" tanyaku tidak suka.

"Lo kan anak club badminton, jadi lo pasti ngerti dong."

"Kenapa gak si Ridho, aja? Dia kan ketua clubnya?"

"Si Ridho bentar lagi main futsal. Udahlah lo aja, ntar gue kasih hadiah, deh."

"Hadiah? Hadiah apa dulu, nih?"

"Apapun, deh. Minta apa aja, asalkan lo gantiin wasit."

"Oke. Tapi gue minta sesajen dua es krim m*gn*m, rasa coklat almond sama white coklat, dan harus udah ada saat gue selesai jadi wasit." ujarku.

"Buset dah, serah lo, deh. Pokoknya lo jadi wasit. 5 menit lagi ya! Langsung ke lapangan indoor!" perintahnya seraya berlari seperti mengejar sesuatu.

Aku kembali ke dalam lapangan untuk berpamitan pada Riri. Suasana semakin riuh setelah gawang kelas 10-D terbobol 1-0 dari 11-A.

"Dari mana lo?" tanya Riri.

"Dipanggil Dion, disuruh gantiin wasit badminton." ujarku sambil mengerucutkan bibir tanda sebal.

"Lah, gue sendirian, dong?"

"Lo mau ikut gue? Yuk ke lapangan indoor!" ajakku dengan nada sok imut.

"Sok imut lo, nyong! Ogah ah, bentar lagi tawuran, nih. Pasti seru!" tolaknya dan kemudian mengacuhkanku dan kembali larut dalam keseruan pertandingan.

Sedangkan aku, berjalan gontai menuju lapangan indoor sambil nelangsa.



Tbc...

______________

*bomat : bodo amat/ gak peduli

Hai... Terima kasih yang sudah mau baca ^^
Boleh minta vomentnya ya ^^
Saya masih baru, jadi mohon dukungan dan bantuannya
Terima kasih ^^

BAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang