9

301 34 22
                                    

Ini part terpendek yang aku tulis di work ini. Gak nyampe 1000 kata. Ini gegara part 8 panjang banget hampir 3000 tapi mau dibagi susah. Jadilah part ini semacam filler ala ala. Serius. Ini update an terakhir. Aku bakal lanjut sepulang dari tugas ke daerah. Tapi aku gak bisa janjiin bakal lanjutin work yang mana 🤣 Anggap aja update an beruntun BIMANTARA ini untuk menebus hari-hari yang hilang. Wkwkwkkwkwkwk.

Semoga vote dan komennya mendadak banyak pas aku balik. huahahahahahahhh ngarep

Palangka Raya, 3 tahun kemudian

"Mama!"

Mahira menoleh kaget. Matanya menyipit melihat anak laki-laki gembil berlari menghampirinya.

"Mama!!"

"Hei, anak kecil. Tante bukan mama kamu." Mahira tertawa.

"Mama! Mama kenapa disini? Mama jahat gak pernah pulang!"

Duh anak siapa sih nih? Nanti aku dikira menelantarkan anak pula.

"Tante bukan mama kamu, nak. Ayo sini, kita ke resepsionis supaya kita bisa cari mama kamu ya."

"Gak mau! Maunya sama mama aja!"

Duh. Mahira menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Matanya mencari seseorang yang ternyata tengah berlari-lari kecil membawa setangkai permen lolipop.

Ya ampuuun... permen lagi.

"Nakaaa!"

Suara itu membuat jantung Mahira seolah berhenti berdetak.

"Nakaaaa!"

"Ya, pa! Naka sama mama nih!"

Mampus! Gak mungkin kan?

Belum sempat Mahira kabur karena anak kecil itu memeluk kakinya, tatapannya sudah bersiborok dengan kedua mata yang sangat ia kenali.

"Mahira????!"

"Mama! Pelmen!"

Dengan sigap Mahira menyembunyikan wajah si kecil dibelakang tubuhnya.

"Mahira! Ya ampun! Aku kangen banget sama kamu, Mahira. Aku cari kamu kemana-mana. Tapi jejak kamu benar-benar bersih. Aku.... Aku gak nyangka kita justru ketemu disini. Kami baru sebulan lalu pindah kemari dan hari ini temanku nikah disini jadi-"

"Lepas."

"Oh, sorry..."

Bima. Ya. Laki-laki itu langsung memeluknya dan bicara panjang lebar.

"Sorry, Ra. Aku terlalu senang akhirnya menemukan kamu. Aku... Aku senang banget, Ra."

"Mahira, ayo. Ya ampun Kalendra, kamu papa cariin ternyata malah sama mama."

Bima terpaku. Tatapannya penuh tanya.

"Ayo, Ra.... Papa sama mama udah nungguin tuh."

Pria tampan yang baru datang tadi menggendong si kecil yang Mahira sembunyikan dibalik badannya.

"Anak kamu?"

"Iya."

Bima sempat melihat wajah anak itu. Terasa faniliar. Kalau dulu anaknya dan Mahira masih hidup, akan mirip siapa kira-kira?

"Jadi.... itu suami kamu?"

"Um."

Bima menarik putranya yang masih mendekap kaki Mahira erat.

"Ayo, Naka."

"Naka mau sama mama."

"Nakaaaa.... Ayo."

Anak kecil itu hampir menangis, matanya berair.

"Dia mirip Arumi."

Bima tertawa dipaksakan. "Iya. Sama sekali gak mirip aku."

"Mau sama mamaaa...."

"Sayang, tante bukan mama kamu."

"Tapi foto mama ada dirumah. Geeedeee banget."

Bima membekap putranya. Tersenyum serba salah pada Mahira.

"Maaf untuk gangguan kecilnya. Aku senang bisa ketemu kamu. Selamat ya. Anak kamu imut sekali."

"Um."

"Sampai jumpa lagi, Mahira."

Mahira tidak membalas. Dia justru berharap sebaliknya. Berharap tidak akan berjumpa lagi dengan Bima. Dia melambai sedih ke arah Naka yang menahan tangis.

Kanaka... Kamu sudah besar sekarang.

****

"Kamu gak fokus. Papa nanyain kapan kamu mau menikah sama Yudhis."

"Oh...." Mahira mengangkat wajahnya. "Belum ada arah kesana, pa. Kami masih saling menyesuaikan."

"Apa lagi sih yang ditunggu, Mahira? Kasihan Kale. Masa dia mau panggil unclenya papa terus? Mau sampai kapan?"

"Tapi kak Zelo gak keberatan kan? Secara teknis, kak Zelo memang papanya Kale juga."

Rahadian Wilmar menarik napas resah. "Papa hanya ingin kamu bahagia, Mahira. Puluhan tahun papa mencari kamu, lalu menemukan kamu berada di titik terendah dalam hidup, papa merasa gak berguna. Mamamu menangis setiap kali memandang foto bayimu. Mamamu bahkan membawa kesedihan itu sampai ke liang lahat."

Hesti Wilmar mengusap lengan suaminya. "Pa..."

Pegawai ayahnya membawa kabur Mahira ketika masih bayi. Orang itu meminta tebusan. Rahadian Wilmar sudah memberikan apa yang orang itu inginkan tapi Mahira tidak pernah kembali pada mereka.

"Yudhis itu anak yang baik. Pegawai papa yang teladan. Salah satu yang terbaik di perusahaan papa. Dia calon pemimpin anak cabang Wilmar Group, Mahira."

"Mahira mau menikah dengan Yudhis setelah kak Zelo menikah."

"Mahira..." Zelo menggeram jengkel.

"Lagian ya, pa... Mahira sudah pernah menikah. Kak Zelo belum. Nanti dia semakin santai gak mikirin berkeluarga. Jadi mendingaaan..." Mahira menyentuh punggung tangan ayahnya. "Papa fokus sama kak Zelo dan Faya." Faya adalah anak ayahnya dengan Hesti. Saudara seayah. "Mahira urusan belakangan."

BIMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang