Sudah hampir seminggu Kanaka menolak pergi ke sekolah. Beberapa gurunya bahkan bergantian datang ke rumah tapi anak itu tetap kukuh pada pendiriannya. Hari ini Bima masih tidak berhasil mengajak putranya bicara dan dia terpaksa meninggalkan anak itu untuk meeting dengan perusahaan yang akan menjalin kerjasama dengan cabang yang ia pimpin.
Bima nyaris melonjak dari kursinya melihat siapa perwakilan perusahaan yang datang. Wakil direktur Wilmar Persada ternyata adalah pria yang dilihatnya tempo hari. Suami Mahira.
"Zelo Adi Ananda Wilmar."
Bima menyambut dengan ragu ketika pria itu mengasongkan tangannya.
"Satya Bimantara Harimurti."
Bima merasa tak nyaman dengan sorot tajam menelisik yang terang-terangan dilemparkan Zelo padanya sepanjang meeting. Apa Mahira menceritakan sesuatu padanya setelah pertemuan tak sengaja mereka di loby hotel waktu itu? Meski begitu, meeting berjalan lancar tanpa hambatan dan mereka ternyata sepakat nyaris dalam segala aspek.
Termasuk soal Mahira?
Bima menghalau pikiran itu dari dalam kepalanya. Dia tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang lain.
"Saya menantikan proses serta hasil kerjasama ini, bapak Bimantara."
Nada formal Zelo membuat Bima semakin merasa tertekan. Pria ini pasti jauh lebih baik darinya sampai membuat Mahira memilih dia.
Oh jelas saja. Dia jelas bukan kamu yang selalu menyakiti Mahira, Bima.
"Kalau memang tidak ada hal yang perlu dibicarakan lagi, saya permisi. Masih ada beberapa hal yang harus dibereskan."
"Tunggu," sergah Bima.
"Ada apa?"
Keraguan Bima dengan mudah dibaca oleh Zelo jadi dia meminta asistennya keluar dari ruangan yang kemudian disusul asisten Bima. Kini tinggal mereka berdua.
"Saya ingin minta tolong."
"Bantuan seperti apa yang anda butuhkan, pak Bima?"
"Mahira. Mmm.... Bisakah Mahira ke rumah saya untuk menemui Kanaka?"
Alis Zelo yang terangkat naik membuat Bima cepat-cepat melanjutkan kalimatnya.
"Saya tahu tidak sopan meminta istri orang lain datang menemui anak saya. Tapi tolong.... Kanaka sudah berhari-hari tidak mau sekolah."
"Lalu apa hubungannya ini semua dengan istri saya? Saya bahkan baru bertemu anda hari ini." Kedua jemari Zelo bertaut didepan dada.
"Anggap saja ini permintaan dari seorang teman lama. Istri saya meninggal. Mahira sempat membantu mengurus Kanaka ketika bayi. Saya berharap banyak bahwa Mahira akan berhasil membujuk Kanaka."
"Oh... Teman lama ya?"
***
"HAHAHAHA! Kamu harusnya lihat muka pias mantan suamimu itu, Mahira."
"Kak Zelo...."
"Dia bahkan mengira kakak ini suami kamu. Astaga."
"Tapi kakak iyain kan?"
"Secara tersirat. Kakak gak mengiyakan juga gak menyanggah."
Mahira lega.
"Biar aja dia mikir gitu."
"Mahira.... Mahira...."
Mahira mengaduk pelan sup di dalam panci. Membiarkan Zelo membantunya menyusun piring makan.
![](https://img.wattpad.com/cover/130855984-288-k844857.jpg)